NERACA

Jakarta – Meningkatnya harga jual batu bara menaruh harapan besar bagi pelaku bisnis tambang dan turunannya bisa membawa kinerja keuangan tahun depan lebih baik dari tahun ini. Hal inilah yang diharapkan PT Indo Straits Tbk (PTIS) akan pencapaian kinerja tahun depan lebih baik dari tahun sebelumnya. Oleh karena itu, perseroan menargetkan dapat memperoleh total kontrak senilai US$ 13 juta hingga US$ 13,5 juta di 2018.

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Indo Straits, Anton Ramada Saragih mengatakan, total kontrak tahun depan akan terdiri dari carry over kontrak tahun ini senilai US$ 6,83 juta, kemudian ditambah kontrak baru yang sudah terealisasikan senilai US$ 1,55 juta. Kemudian, ada juga potensial kontrak yang sudah masuk dalam pipeline perusahaan senilai US$ 5 juta.”Dengan asumsi perolehan kontrak tersebut, diestimasikan pendapatan pada tahun 2018 mendatang ditargetkan mencapai US$ 12 juta hingga US$ 12,5 juta. Sedangkan untuk proyeksi laba bersih diharapkan dapat mencapai 10% hingga 20% dari pendapatan,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Meskipun begitu, lanjutnya, perseroan tetap berupaya untuk mencapai titik break event point terlebih dahulu untuk tahun 2018 mendatang. Untuk mendukung target tersebut, perseroan mengalokasikan dana belanja modal statis, atau sama dengan tahun 2017. Namun, besarannya akan disesuaikan dengan perolehan kontrak-kontrak baru yang terealisasi. Meski tidak menyebut jumlah pastinya, Adrian menjelaskan, dana belanja modal akan digunakan untuk membiayai peralatan atau armada yang diharapkan mampu berkontribusi positif terhadap kinerja perusahaan. 

Tahun depan perseroan juga menargetkan pendapatan di atas US$ 10 juta dengan margin antara 10%–20%. Kalau target terpenuhi, Indo Straits memperkirakan bisa mencatatkan break even point (BEP) atau posisi impas antara penghasilan dengan total biaya yang dikeluarkan. "Memang kalau untuk untung sepertinya belum akan bisa," kata Sutina, Direktur Operasi PT Indo Straits Tbk.

Sebagai informasi, belum lama ini perseroan mendapatkan kontrak baru senilai Rp 21 miliar. Kontrak tersebut berlaku selama enam bulan terhitung sejak 1 Januari 2018. Disebutkan, perusahaan mendapat kontrak penyediaan Crane Barge. Pengerjaannya untuk pengerukan, pengangkatan dan pekerjaan tambahan lainnya. “Diperoleh oleh perusahaan dari pemberi kerja yaitu suatu perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi minyak dan gas di Kalimantan,"kata Anton Armada.

Perusahaan tidak memiliki hubungan afiliasi dan kontrak ini akan berdampak positif terhadap kegiatan operasional perusahaan. Selain mendapatkan sumber pendapatan baru, perusahaan juga memiliki kesempatan memperkuat posisi sebagai perusahaan jasa kelautan terintegrasi. “Diharapkan bahwa, dengan adanya perolehan kontrak baru ini, keberlangsungan usaha perusahaan akan lebih menjanjikan," lanjutnya.