ANCAMAN INFLASI TINGGI DI DEPAN MATA - Awas, Masih Ada Gejolak Harga Pangan

Jakarta-Meski hari raya Lebaran masih 20 hari mendatang, masyarakat perlu mengantisipasi gejolak kenaikan harga komoditas pangan yang kemungkinan bisa saja terjadi. Pasalnya, BPS mencatat inflasi Mei 2017 mencapai 0,39% yang disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga pangan. Angka inflasi ini lebih tinggi dibandingkan Mei 2016 (0,24%), namun lebih rendah dibanding Mei 2015 yakni 0,50%.

NERACA

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, inflasi Mei 0,39% dipengaruhi awal Ramadhan tahun ini yang jatuh pada akhir Mei. Hal ini berbeda dengan permulaan Ramadhan 2016 yang jatuh pada Juni. ”Inflasi 0,39% terjadi karena kenaikan harga di seluruh kelompok pengeluaran, yang terbesar pada kelompok bahan makanan, yaitu 0,86% dengan andil terhadap inflasi 0,17%,” ujarnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut BPS, beberapa komoditas pangan penyumbang inflasi adalah bawang putih (0,08%), telur ayam ras (0,05%), daging ayam ras (0,04%), sedangkan cabai rawit dan bawang merah menyumbang deflasi, masing-masing sebesar 0,04% dan 0,02%. ”Ini pergerakan bulanan. Kalau dilihat pergerakan mingguan, sebetulnya pada minggu keempat Mei harga bawang putih sudah mulai turun,” tutur dia.

Kecuk mengatakan, berbagai upaya pemerintah dalam mengendalikan harga pangan seperti ketentuan penetapan harga eceran tertinggi (HET) terhadap tiga komoditas pangan serta kewajiban distributor pangan untuk mendaftar dan melaporkan ketersediaan stoknya, membuahkan hasil berupa kenaikan harga yang relatif lebih rendah ketimbang tahun sebelumnya.

Dia mengingatkan, ”Permintaan bahan makanan pada Juni pasti akan naik, tapi dengan berbagai upaya antisipasi dari pemerintah, kita harapkan harga-harga masih terkendali.”  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei 2017 mencapai 0,39% secara nasional. Adapun inflasi tahun kalender sebesar 1,67% dan year on year (yoy) mencapai 4,33%.

Adapun kelompok pengeluaran penyumbang inflasi berikutnya adalah perumahan, air, listrik dan gas bahan bakar, dengan inflasi 0,35% dan andil terhadap inflasi 0,09%. Dalam hal ini, utamanya disumbang oleh penyesuaian tarif listrik rumah tangga dengan daya 900 VA, dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,06%. Kecuk memproyeksikan kenaikan tarif listrik masih akan berdampak hingga bulan ini.

Pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, inflasinya sebesar 0,38% dengan andil 0,06%. Di kelompok ini, komoditas nasi, lauk pauk, rokok kretek dan kretek filter menyumbang inflasi masing- masing 0,01%. Sebaliknya, gula pasir menyumbang deflasi dengan andil 0,01%. Deflasi ini disinyalir karena adanya ketentuan HET gula pasir di ritel modern sebesar Rp12.500/kg. Untuk kelompok sandang, meningkatnya permintaan baju muslim wanita jelang Ramadhan mendorong inflasi sebesar 0,23% pada kelompok ini, dengan andil 0,01%. Kecuk memperkirakan kenaikan berlanjut pada bulan ini, terutama jelang Lebaran.

”Kita juga perlu mengantisipasi transportasi yang biasanya mengalami kenaikan. Jadi, bulan Juni memang harus agak hati-hati karena masih ada pengaruh listrik pascabayar juga. Kalau harga pangan mudah-mudahan terkendali,” ujar Kecuk.

Infasi di Jakarta

Secara terpisah, Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Doni P Joewono mengatakan, meningkatnya permintaan masyarakat saat awal Ramadhan, terkait aktivitas konsumsi Ramadhan dan persiapan Hari Raya Idul Fitri, mendorong inflasi Mei 2017 mencapai 0,49% secara bulan ke bulan. "Akibat peningkatan konsumsi Ramadhan dan persiapan Idul Fitri, inflasi Mei mencapai 0,49%," ujarnya di Jakarta, Sabtu (3/5).

Menurut dia, perkembangan kenaikan harga-harga yang disertai penyesuaian harga administered prices dan tarif rumah sakit mengakibatkan inflasi bulan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi satu bulan sebelum Idul Fitri dalam tiga tahun sebelumnya, yaitu 0,43% secara bulan ke bulan.

Pencapaian tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi nasional 0,39%. Dengan perkembangan ini, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 1,85% year to date atau 4,0% year on year.

Dari sisi disagregasi, naiknya harga sebagian besar kelompok volatile food menjadi faktor utama pendorong inflasi Mei 2017. Memasuki bulan Ramadhan, harga telur ayam naik sebesar 7,0 % dari bulan ke bulan, seiring tingginya permintaan telur sebagai bahan baku membuat kue untuk keperluan Ramadhan. Komoditas pangan lain yang terpantau meningkat akibat naiknya permintaan adalah daging ayam ras 3,46% dibanding bulan lalu dan daging sapi 5,57% dibanding bulan lalu.

Sementara itu, bawang putih mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi 19,79 % dibanding bulan lalu, akibat berkurangnya pasokan impor dari Tiongkok menyusul mundurnya jadwal panen dari April ke Mei dan Juni. "Disamping itu, adanya beberapa praktik penimbunan menambah dorongan kenaikan harga bawang putih," ujarnya.

Sejalan dengan kelompok volatile food, inflasi inti juga mengalami kenaikan, walau masih terbatas. Komoditas yang tergabung pada kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kesehatan, merupakan pendorong utama kenaikan inflasi inti.

Kenaikan harga bahan baku daging ayam ras dan telur ayam, menyebabkan harga produk turunannya seperti nasi dengan lauk mengalami kenaikan sebesar 0,98% dari bulan sebelumnya.

Kenaikan juga disebabkan oleh dorongan permintaan kue-kue seperti biskuit dan kue kering dalam rangka persiapan hari raya. Selain karena dorongan permintaan, kenaikan harga komoditas tersebut juga didorong oleh meningkatnya harga bahan baku.  Dari kelompok pengeluaran kesehatan, naiknya tarif rumah sakit sebesar 4,07 % dibanding bulan sebelumnya, turut menambah tekanan inflasi dari kelompok inti.

Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai, capaian inflasi Mei sebesar 0,39% terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan kenaikan harga bahan baku jelang ramadhan dan lebaran memang tak terhindarkan. Dikhawatirkan, inflasi bulan ini memberi tekanan terhadap target inflasi sepanjang tahun yang sebesar 3-5%. "Inflasi 0,39% ya sedikit tinggi itu. Artinya, untuk mencapai target di bawah 5% masih oke, tapi terlalu tinggi," ujarnya, Jumat (2/6).

Pada bagian lain, Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengimbau masyarakat tidak belanja secara berlebihan pada musim ramadan dan lebaran tahun ini. Hal itu dilakukan guna menjaga terkendalinya tingkat harga dan inflasi.

"Kita sudah mendengar komitmen bagaimana pemerintah menjaga masing-masing sektor dan bahkan diyakini pasokannya ada. Yang penting, masyarakat tetap tenang, tidak melakukan belanja yang berlebihan sehingga harga tetap terjaga," ujarnya akhir pekan lalu.

Upaya stabilisasi harga pun menjadi perhatian utama bagi Agus. Pasalnya, inflasi harga pangan bergejolak pada Mei lalu telah mengerek laju inflasi hingga 0,85%. Kontribusinya bahkan mencapai sekitar 0,17% terhadap inflasi nasional pada bulan lalu. Untuk itu, menurut dia, BI dan pemerintah akan terus berkoordinasi untuk menjaga tingkat inflasi bahan pangan. Hal itu akan dilakukan dengan memastikan jumlah pasokan dan distribusi ke pasar. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…