WAPRES INGATKAN KONDISI PEREKONOMIAN DUNIA MEMBURUK - Perbankan Nasional Masih Tetap Aman

Jakarta - Wakil Presiden Boediono menilai perekonomian global semakin memburuk. Potensi gangguan dan resesinya pun hampir menyerupai yang terjadi pada tahun 2007-2008, bahkan bisa jadi lebih buruk. Termasuk bakal berdampak pada sektor perbankan nasional. Namun, ekonom BRI Irianto  tidak sependapat dengan pernyataan Boediono tersebut.

NERACA

“Memang benar industri perbankan di Amerika Serikat dan Eropa memburuk. Namun, dampaknya ke perbankan nasional, nyaris tidak ada. Dampak krisis itu masih panjang. Contoh krisis 2007-2008 sudah terbukti perbankan kita kuat. Tidak akan kena ke perbankan nasional hingga tahun depan,” tegas Irianto kepada Neraca, Rabu (7/12).

Alasan Irianto, pertama, pasar domestik masih besar. Selama industri berjalan, perbankan pun aktif. Kedua, perbankan nasional membiayai usaha domestik dan tidak ekspansi ke luar negeri. “Perbankan kita jago kandang. Kalau pun buka cabang di luar negeri, ada peraturan yang membatasi gerak-gerik perbankan kita. Seperti tidak boleh menggaet nasabah negara bersangkutan. Porsi bisnisnya sangat kecil, di bawah 5%. Bank kita nasabahnya hanya pengusaha Indonesia yang buka usaha atau ekspor ke luar negeri. Ini sangat berbanding terbalik dengan bank asing yang buka cabang di sini,” ungkap Irianto lagi.

Hal senada dikatakan Guru Besar FE Univ.Brawijaya Prof Dr. Ahmad Erani Yustika. Menurut dia, perbankan Indonesia tidak serta-merta terimbas krisis perbankan Amerika atau Eropa karena pondasi perbankan nasional lebih kuat ketimbang di masa krisis 2008, apalagi krisis 1998. “CAR perbankan kita sekitar 17%, jauh lebih kuat daripada di masa krisis sekitar 8%. Di samping itu, kredit kita sudah prudent, jauh lebih baik daripada beberapa masa sebelumnya”, ujarnya kemarin.

Meski begitu, Erani tidak menampik bahwa dampak krisis global akan juga merembet ke Indonesia. “Itu pasti. Karena bagaimana pun sistem perbankan di dunia sudah saling terkoneksi. Perbankan tidak bisa lagi mengisolasi dirinya tanpa berhubungan dengan bank-bank internasional. Namun, seberapa jauh dampak  dari kolapsnya bank internasional, itu yang harus kita kaji lebih dalam”, katanya.

Erani menambahkan, krisis global akan terus menjalar 2-3 tahun mendatang. Yang sulit dihitung adalah tingkat kedalamannya. “Jika kita lihat ekonomi kita yang tidak bergantung pada ekonomi AS dan Eropa, apalagi seiring dengan munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru seperti China dan India, saya pikir krisis perbankan dunia tidak akan secara signifikan mempengaruhi perbankan nasional”, jelas Erani.

Apalagi, lanjut Erani, jika melihat sistem karakteristik bank di Indonesia, yang berbeda dengan perbankan di AS. Jika salah satu bank di Amerika "berulah" pasti akan merembet karena sistem derivasi yang mereka terapkan. Sementara bank-bank di Indonesia mayoritas bersifat konvensional. “Jadi, sebenarnya, kita diuntungkan dengan sistem perbankan seperti ini”, tegas dia.

Pengamat Perbankan dari Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih memiliki pandangan serupa. Menurut dia, sejauh ini krisis perbankan yang terjadi di Amerika tidak akan berpengaruh besar besar terhadap perbankan Indonesia,karena kebanyakan perbankan di Indonesia bersifat konvensional. “Kalau perbankan di luar negeri banyak yang menerapkan sistem derivatif, sehingga apabila salah satu hancur akan merembet terhadap bank lainnya”, jelas Lana, Rabu.

Lebih jauh lagi dia memaparkan, mungkin krisis perbankan yang terjadi di Amerika bisa merembet, apabila bank dalam negeri mempunyai eksposure terhadap bank induknya di luar negeri.

Hanya saja, Erani mengingatkan bahwa perbankan Indonesia rawan terhadap efek-efek psikologis dari kelakuan pelaku industri keuangan. Jika pelaku ekonomi melakukan tindakan yang menciptakan kepanikan, efek psikologis ini yang sulit dihitung. “Masalahnya, orang kita gampang sekali termakan rumor, sehingga industrinya mudah goyah. Efek psikologis dari sentimen inilah yang harus diwaspadai, terutama oleh bank sentral”, tukas Erani.

Pasalnya, kata Erani, sekuat apa pun bank nasional, kalau diguncang dengan isu-isu yang membuat panik, maka dampak buruk bisa terjadi. Makanya, BI harus membuat kebijakan yang bisa mencari jalan keluar setiap ada sentimen-sentimen negatif. Industri keuangan, termasuk perbankan, harus diberi sosialisasi yang tepat agar rumor-rumor di industri perbankan tidak berujung pada dampak negatif.

PHK Karyawan 

Sementara itu, Citigroup mengumumkan rencananya mengurangi 4.500 karyawan di berbagai belahan dunia dalam rangka mengurangi biaya di tengah kondisi pasar yang lebih ketat. Ini adalah PHK terbesar dalam sejarah Citigroup. Pengurangan pegawai itu mencapai 2% dari total pegawai Citigroup yang mencapai 267.000 orang hingga kuartal III-2011. "Kita harus mulai pengurangan karyawan pada kuartal ini dan itu akan berdampak pada sekitar 4.500 posisi dan akan dituntaskan pada beberapa kuartal mendatang," ujar Chief Executive Citigroup Vikram Pandit seperti dikutip dari AFP, Rabu (7/12).

Pandit yang berbicara pada Goldman Sachs Financial Services Conference itu menjelaskan, Citigroup akan menghadapi tuntutan hingga US$ 400 juta untuk pemotongan dan biaya yang berkaitan dengan PHK itu. "Kami mengantisipasi catatan tuntutan pada kuartal IV untuk pemotongan dan biaya lain yang berkaitan hingga sekitar US$ 400 juta," tambahnya.

Citigroup kini bergabung dengan bank-bank di berbagai belahan dunia yang sudah memangkas lebih dari 120.000 karyawannya karena aturan industri yang lebih ketat dan perekonomian yang masih lemah.

Awal tahun ini, rival Citigroup, Bank of America juga mengumumkan rncananya memangkas 30.000 tenaga kerja dan mengurangi biaya tahunan hingga US$ 5 miliar dalam sebuah program yang dikenal sebagai New BAC.

Pandit juga mengatakan, program pengurangan biaya Citigroup sebelumnya telah berhasil membawa penghematan hingga US$ 1,4 miliar pada tahun ini, atau hampir 4% dari total biaya operasional hingga kuartal III. Pada perdagangan Selasa (6/12/2011) kemarin, saham Citigroup ditutup turun 8 sen (0,27%) ke level US$ 29,75 di New York Stock Exchange. agus/iwan/ardi/munib/rin

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…