Rendah Literasi Keuangan - Minat Nabung Saham di Yogyakarta Minim

NERACA

Yogyakarta - Kesadaran masyarakat untuk berinvestasi lebih kecil dibandingkan dengan menabung di bank, apalagi bila investasi dimaksud adalah investasi di pasar modal masih jauh kata ideal dari total populasi jumlah penduduk Indonesia. Hal inipun dibenarkan Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan(OJK), Sardjito, hingga saat ini minat masyarakat Indonesia menabung saham di pasar modal masih rendah.”Hingga saat ini yang betul-betul mengimplementasikan pemahamannya mengenai pasar modal dengan menabung saham masih di bawah satu persen," kata Sardjito di Yogyakarta, kemarin.
Menurutnya, kendati sosialisasi serta peningkatan literasi masyarakat mengenai pasar modal terus dilakukan, namun hingga saat ini pemahaman masyarakar Indonesia berkaitan dengan pasar modal masih di bawah lima persen. Dijelaskannya, sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa menabung saham merupakan aktivitas ekonomi yang terbatas bagi kalangan menengah ke atas.

Di sisi lain masyarakat sebagian beranggapan bahwa bermain saham merupakan kegiatan usaha yang haram. Sehingga untuk meluruskan pemahaman itu, OJK akan terus menggencarkan sosialisasi. Kata Sardjito, kondisi pasar saham Indonesia kini masih didominasi investor asing dengan persentase mencapai 64%. Kondisi itu, cukup berbahaya karena jika terjadi gejolak kenaikan suku bunga dan mereka menarik seluruh sahamnya. "Jika itu terjadi maka saham kita akan ambruk,"ujar Sardjito..
Oleh sebab itu, menurut dia, kampanye menabung saham harus terus digencarkan untuk seluruh kalangan masyarakat, apalagi kini sudah ada pembukaan rekening efek mulai Rp100 ribu. Sementara itu, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan terus menambah jumlah galeri investasi di berbagai daerah sebagai sarana masyarakat berkonsultasi dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pasar modal. Saat ini galeri investasi seluruh Indonesia mencapai 215 galeri. "Pada tahun ini kami harapkan bisa bertambah menjadi 220 galeri," kata Direktur Keuangan dan SDM PT BEI, Choirudin.
Penambahan galeri investasi, menurut dia, akan mulai difokuskan untuk wilayah luar Jawa. Dimana BEI sudah memulai pembangunan galeri baru di Banjarmasin, Manokwari, dan Palangkaraya. 

 

Potensial Go Public

Selain itu, pihak BEI mendorong perusahaan-perusahaan di daerah melakukan penawaran umum perdana saham atau "go public" untuk meningkatkan persebaran investor pasar modal di daerah.”Sampai sekarang kami akui masih belum banyak perusahaan daerah yang go public," kata Choirudin.
Menurut Choirudin, di tingkat daerah hingga saat ini yang sudah tercatat melakukan penawaran umum perdana saham kebanyakan adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD). Sebagian BPD juga sudah ada yang menerbitkan obligasi."Sudah banyak BPD yang go public seperti BPD Jawa Timur dan Jawa Barat,"tuturnya.
Disampaikan Choirudin, sejumlah kendala yang menyebabkan belum banyaknya perusahaan daerah go public di antaranya masih kurangnya pemahaman atas manfaat melaksanakan penawaran umum (initial public offering/IPO). Padahal, menurut dia, selain berperan mendorong kemajuan persebaran investor pasar modal di daerah, dengan go public para pengusaha lokal justru dapat menikmati penambahan modal operasional usahanya.
Sementara itu, lanjut dia, di level UMKM ke depan juga akan didorong untuk berani melantai di pasar saham. Hingga saat ini BEI bersama OJK masih menggodog aturan yang melandasi UMKM bisa go public. Kepala Kantor Perwakilan BEI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Irfan Noor Riza membenarkan apa yang disampaikan Choirudin, hingga saat ini perusahaan lokal di DIY belum ada yang melakukan penawaran umum perdana saham atau go public. Padahal, ditinjau dari rata-rata omzet perusahaan, Irfan menilai cukup banyak perusahaan di DIY baik berskala besar atau menengah yang sebetulnya cukup potensial dan layak menawarkan sahamnya di pasar modal."Di DIY ini potensial dan banyak perusahaan yang sudah layak dan memenuhi persyaratan. Namun itu semua kami kembalikan kepada perusahaan yang bersangkutan,"ungkapnya. (ant/bani)

 

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…