Geliat Bisnis - 20 Industri Makanan-Minuman Promosi di Paris

NERACA

Jakarta – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 20 industri makanan dan minuman dalam negeri untuk tampil di pameran Salon International de L'alimentation (SIAL) 2016 di Paris, Perancis. Keikutsertaan ini guna menunjukkan daya saing produk agro asal Indonesia di pasar internasional sekaligus membuka peluang perluasan pasar ekspor.

“Perusahaan yang ikut berasal dari seluruh penjuru nusantara, dengan menampilkan keberagaman produk unggulan kita, mulai dari kopi, minuman ringan, olahan kelapa, minuman kesehatan, makanan ringan, biskuit, mie instan, olahan buah dan olahan ikan, serta bahan makanan organik,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Agro Kemenperin Enny Ratnaningtyas di Paris, sebagaimana disalin dari siaran pers.

Menurut Enny, ajang SIAL Paris 2016 akan semakin mendekatkan produk makanan dan minuman Indonesia kepada masyarakat Eropa, bahkan dunia. Hal ini karena pameran tingkat internasional ini diikuti oleh para pengusaha dan pengunjung dari seluruh mancanegara.

“Apalagi, para peserta pameran SIAL Paris 2016 dapat berpartisipasi aktif dengan seluruh para potential buyer baik dari Eropa, Asia dan juga para pengunjung dari seluruh dunia yang hadir pada pameran ini. Sehingga ke depannya dapat terjalin kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak,” harapnya.

Enny juga menyampaikan, kedua puluh perusahaan tersebut berada di Paviliun Indonesia, stan 4M138 di Hall 4 di Paris-Nord Villepinte yang dinilai lokasinya cukup strategis karena berdekatan dengan Indonesian Trade Promotion Center Lyon. Kegiatan ini berlangsung selama 16-20 Oktober 2016.

Di tempat terpisah, Dirjen Industri Ago Kemenperin Panggah Susanto menjelaskan, industri makanan dan minuman nasional telah mampu unggul di pasar domestik dan global. Ini ditunjukkan dari kinerja positifnya, seperti pada tahun 2015, yang memberikan kontribusi sebesar 30,84 persen terhadap PDB industri pengolahan non migas dan menyumbang 5,61 persen terhadap PDB nasional.

“Sementara itu, untuk nilai ekspor produk makanan dan minuman Indonesia pada tahun 2015 sebesar USD 26,539 miliar. Sedangkan, khusus ekspor produk makanan dan minuman ke Perancis pada tahun 2015 mencapai USD 34,5 juta atau 0,13 persen dari total ekspor produk makanan minuman ke dunia,” ungkap Panggah.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian memacu industri makanan dan minuman di dalam negeri dapat terus tumbuh melalui penyediaan kebutuhan bahan baku dan bahan penolong secara cukup dan berkesinambungan.  Oleh karena itu, keberadaan industri pendukungnya sangat diperlukan untuk menjaga konsistensi kinerja industri mamin yang dari tahun ke tahun mampu tumbuh dan berkembang.

Kemenperin menegaskan, industri makanan dan minuman memiliki arti penting dan strategis bagi perekonomian nasional, karena mendukung ketahanan pangan dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja maupun dalam perolehan devisa.

Pada triwulan I tahun 2016, industri makanan dan minuman memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp. 136,57 triliun (berdasarkan harga berlaku) atau memberikan kontribusi sebesar 31,4 persen terhadap PDB industri pengolahan non-migas. Pada periode yang sama, ekspor industri makanan dan minuman sebesar USD 499,1 juta atau menyumbang 5,88 persen dari ekspor hasil industri.

Bahkan, pertumbuhan industri makanan dan minuman (tidak termasuk industri pengolahan tembakau) berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen, sedangkan industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 7,54 persen.

Industri makanan dan minuman di Indonesia berkembang pesat dengan omset mencapai Rp. 400 triliun (US$ 30,5 miliar) pada kuartal pertama di tahun 2016. Menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), pertumbuhan sektor makanan dan minuman di kuartal pertama 2016 berada pada kisaran 8% hingga 9%. Walaupun terus berkembang pesat, industri makanan dan minuman masih menghadapi tantangan karena kenaikan bahan baku dan biaya tenaga kerja.

Pengemasan pada industri makanan dan minuman, seperti juga pada produk konsumen lainnnya, adalah bagian penting dari sebuah proses manufaktur. Pengemasan meminimalisir terkontaminasinya produk, membantu melindungi produk dari kerusakan, juga memungkinkan pemasaran dan branding suatu produk. Solusi pengemasan yang dipilih harus terukur secara investasi, mampu mempercepat waktu pemasaran, dan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan produk melalui teknologi visi terintegrasi. Untuk proses pengemasan yang berulang dan perlu pengemasan manual secara intensif, robot merupakan solusi ideal.

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…