Rokok Elektrik Tak Buat Berhenti Merokok

Orang-orang yang berpindah dari rokok tembakau ke rokok elektrik atau e-cigarette, tidak lantas bisa membuat kebiasaan merokok berhenti. Hal tersebut disampaikan sebuah studi baru yang dilakukan Pusat Studi Tembakau di University of California, San Francisco, Amerika Serikat.“Kemungkinan berhenti bahkan 28 persen lebih rendah bagi pengguna rokok elektrik dibanding yang tidak sama sekali,” kata penulis studi Stanton Glantz, seperti dikutip Reuters.

E-cigarette memang mengadopsi teknik merokok layaknya rokok tradisional, tapi alih-alih berisi tembakau yang kemudian dibakar, rokok elektrik menggunakan baterai dan alat pemanas untuk menghasilkan nikotin dan aroma lainnya melalui uap, ketimbang asap.

Glantz dan rekan penelitiannya, Sara Kalkhoran menulis dalam The Lancet Respiratory Medicine bahwa ada banyak alasan orang bermigrasi ke rokok elektrik, salah satunya untuk berhenti dari rokok konvensional. Alasan lainnya, rokok elektrik dipercaya lebih sehat dibanding rokok tradisional.

Kedua alasan tersebut, tulis Glantz dan Kalkhoran, berkontribusi tinggi terhadap meroketnya popularitas dan penjualan e-cigarette.

Di penelitian yang baru, para peneliti melakukan studi literatur terhadap jurnal-jurnal tentang penelitian medis dan kesehatan, yang fokus pada penggunaan rokok elektrik dan efektivitasnya dalam membuat orang berhenti merokok.

Mereka menemukan 38 studi dan menggabungkan data dari 20 penelitian yang membandingkan perokok tradisional yang kemudian berpindah ke rokok elektrik dan mereka yang berhenti tanpa ‘hijrah’ ke e-cigarette.

Penelitian yang menjadi data dalam studi, dilakukan antara tahun 2008 dan 2015, dengan jumlah responden perokok mulai dari 100 hingga beberapa ribu orang. Umumnya, durasi penelitian berlangsung dari beberapa bulan hingga beberapa tahun.

Dari studi tersebut, mereka menyimpulkan para pengguna rokok elektrik justru lebih sulit berhenti merokok. “Angkanya 28 persen lebih rendah pada para pengguna rokok elektrik,” kata Glantz. “Jadi, bukan hanya tidak membantu orang berhenti merokok, e-cigarette justru menghalangi orang untuk berhenti merokok.”

Kendati demikian, Glantz dan Kalkhoran tidak menemukan alasan yang jelas kenapa e-cigarette membuat orang justru sulit berhenti merokok. Kemungkinannya, ungkap Glantz, rokok elektrik menjadi alternatif sumber nikotin bagi para perokok di lingkungan yang bebas asap.

Padahal di sisi lain, lingkungan bebas asap rokok adalah cara efektif membuat orang berhenti merokok. “Adanya e-cigarette membuat para perokok menemukan cara lain untuk merokok di lingkungan yang bebas asap sekalipun dan ini justru menganulir kampanye berhenti merokok,” kata dia.

Meskipun begitu Glantz mengatakan bahwa beberapa orang memang akhirnya bisa lepas dari rokok tradisional dengan bantuan rokok elektrik dan empat dari studi yang mereka periksa, membuktikan bahwa e-cigarette bisa membantu berhenti merokok.

Di tengah derasnya seruan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan, maka para perokok pun mulai berpikir untuk berhenti merokok. Salah satu alternatif yang populer untuk dilakukan adalah dengan menggunakan rokok elektrik.

Salah satu jenis perangkat elektronik ini akan memanaskan semacam cairan dengan bermacam rasa sesuai dengan favorit Anda. Cairan ini tetap mengandung nikotin seperti rokok biasa namun mengeluarkan uap seperti asap rokok biasa. Sayangnya penelitian yang dilakukan di Jepang ini menemukan bahwa uap rokok ini mengandung zat karsinogenik atau zat penyebab kanker seperti formaldehyde dan acetaldehyde.

Formaldehyde sendiri merupakan zat kimia yang ditemukan di dalam bahan bangunan dan balsem cair. Zat ini bisa meningkatkan risiko Anda untuk terkena kanker 10 kali lipat lebih tinggi dari rokok biasa.

Dilansir dari straitstimes.com, badan kesehatan dunia atau WHO sendiri sebenarnya telah melarang penjualan rokok jenis ini secara bebas sebab dikhawatirkan mampu membahayakan kesehatan terutama jika asapnya dihirup oleh anak-anak. PBB pun melarang untuk mengonsumsi rokok ini di ruang tertutup publik agar uapnya tidak membahayakan.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…