WASPADAI GEJOLAK EKONOMI TIONGKOK - Ekonom Pesimis Pertumbuhan Saat Ini

Jakarta – Kalangan ekonom ISEI menilai pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia saat ini tidak memberikan harapan yang cukup untuk pembangunan masa depan. Sementara Bank Indonesia mewaspadai rontoknya sejumlah saham di Bursa Tiongkok, mengingat negara itu sebagai mitra utama perdagangan Indonesia.

NERACA   

Ketua Umum Ikatan SarjanaEkonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution memaparkan peta permasalahan ekonomi Indonesia, sementara Presiden Jokowi memberikan respon dan jawaban dalam bentuk presentasi berjudul “Menangkal Perlambatan Ekonomi” di Jakarta, Kamis (9/7).

Darmin mendesak pemerintah segera mengambil kebijakan untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi yang memberi harapan masa depan. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi yang dicapai saat ini tidak memberikan harapan yang cukup untuk pembangunan masa depan.

"Untuk itu pemerintah harus mempercepat belanja dan mengendalikan nilai tukar," ujarnya seperti dikutip Antara.

Dia menyebutkan ada empat persoalan pokok yang perlu dijawab yaitu pperlambatan pertumbuhan ekonomi, harga dan ketersediaan bahan pokok, kestabilan rupiah dan tabungan masyarakat. "Pemerintah harus memberikan insentif untuk memutus lingkaran pesimisme pasar," ucap Darmin.

Menurut dia, efektivitas kebijakan fiskal merupakan kunci permasalahan. Di satu sisi pemerintah sudah mengumpulkan pajak dan bahkan ditargetkan dalam jumlah yang sangat besar.

Di sisi lain, kemampuan pemerintah dalam membelanjakan sangat lambat. Uang yang tersedia untuk dibelanjakan pemerintah pada tahun 2015 jauh lebih besar ketimbang tahun lalu, namun tidak efektif dalam pos pembelanjaan. Kebijakan fiskal dinilai tidak memberi stimulus ekonomi yang cukup.

"Jika belanja modal dan barang pemerintah berjalan dengan baik, dunia usaha akan bergairah melakukan investasi dan rumah tangga pun akan ikut menaikkan konsumsi," tutur Darmin.

Sehari sebelumya, Bank Indonesia mewaspadai dampak penurunan harga saham di bursa Tiongkok terhadap Indonesia karena negara itu adalah pendorong pertumbuhan ekonomi dunia dan salah satu mitra utama perdagangan Indonesia.

"Kita harus antisipasi karena Tiongkok jadi pusat pertumbuhan ekonomi regional dan dunia. Kalau koreksinya tajam itu bisa ada dampak dan harus diantisipasi karena ada risiko interconnected antara negara," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Rabu (8/7).

Agus mengatakan, pertumbuhan pasar modal di Tiongkok sangat mengagumkan dan bisa dikatakan tumbuh sudah sangat tinggi sehingga apabila tergerus sampai 30% sejak 12 Juni 2015 lalu, jika dibandingkan pertumbuhan selama setahun terakhir, relatif akan masih tinggi.

Namun, lanjut Agus, yang perlu diperhatikan adalah dampaknya kepada pertumbuhan ekonomi Tiongkok itu sendiri karena akan berpengaruh besar terhadap Indonesia dan dunia seperti ditunjukkan dengan melemahnya harga komoditas dunia karena menurunnya permintaan dari Tiongkok.

"Kalau sekarang terjadi koreksi bahkan bila ada kebijakan menahan harga saham dibeli dan di-hold (ditahan) setahun ternyata tetap koreksi, kita waspadai ini. Ekonomi Tiongkok sangat dekat dengan ekonomi Indonesia, kita mesti waspadai kalau ada perlambatan ekonomi Tiongkok," ujarnya.

Agus masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik pada semester dua mendatang, namun kondisi ekonomi Tiongkok perlu lebih diperhatikan.

"Studi kita kalau pertumbuhan ekonomi Tiongkok sampai tergerus 1%  dampak ke pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa 0,4-0,6 %. Jadi kita betul-betul harus perhatikan," kata dia.

Harga saham di Tiongkok terus anjlok pada pekan ini.  Indeks Harga Saham Gabung Shanghai turun hampir 7 % dan indeks harga saham gabungan Shenzhen turun 4%.

Ekspor Bisa Drop

Kekhawatiran Agus tak berlebihan, karena Tiongkok adalah negara tujuan ekspor keempat Indonesia setelah AS, India, dan Jepang. Sebab itu, BI telah merevisi proyeksi penurunan pertumbuhan ekspor Indonesia tahun ini lebih dalam dari 11% menjadi 14%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statitik (BPS), ekspor pada 2014 tercatat sebesar U$176,29 miliar  atau menurun 3,43% dibanding periode yang sama 2013. Jadi, jika BI memperkirakan ekspor drop hingga 14%, berarti tahun ini kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2015 hanya US$151,61 miliar. Salah satu penyebab kinerja ekspor yang lebih buruk ini diakibatkan perekonomian Tiongkok melemah. BI memperkirakan ekonomi negara itu  hanya tumbuh 7,1% pada 2015.

Namun, lanjut Agus, yang perlu diperhatikan adalah dampaknya kepada pertumbuhan ekonomi Tiongkok itu sendiri karena akan berpengaruh besar terhadap Indonesia dan dunia seperti ditunjukkan dengan melemahnya harga komoditas dunia karena menurunnya permintaan dari Tiongkok.

Lagi pula, pasar keuangan Tiongkok belum terlalu terbuka. Selain itu, pasar bursa di negeri itu tidak sebesar bursa AS.  Merosotnya pasar saham Tiongkok lebih disebabkan faktor bubble di sektor keuangan. Pemicunya, pemerintah setempat melakukan intervensi untuk menstabilkan harga saham.

Sebelumnya Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop juga mengatakan jatuhnya harga saham Tiongkok belum berdampak terhadap ekonomi negeri itu.  Sebab, hingga kini sektor riil di negara tirai bambu tak terpengaruh.

Diop juga menilai jatuhnya saham di Tiongkok belum mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global,  meskipun  negeri itu merupakan mitra dagang terbesar Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Di bagian lain, Bank Dunia meminta Indonesia untuk tetap mewaspadai dampak ekonomi akibat krisis yang terjadi di Yunani. Terutama apabila krisis tersebut berlarut-larut dan tak kunjung usai dalam waktu dekat.

Ekonom Utama Bank Dunia Ndiame Diop mengatakan,  berlarutnya krisis keuangan di Yunani akan berimbas pada pemulihan ekonomi Eropa. Semantara itu, kondisi berbagai negara berkembang termasuk Indonesia kata dia, masih bergantung pada pemulihan ekonomi Eropa.

"Kami harus mengatakan apabila krisis Yunani berlarut-larut, maka akan berdampak pada pemulihan Eropa dan dampaknya mungkin ke global (termasuk Indonesia)," ujar Ndiame usai acara pemaparan hasil laporan perekonomian Indonesia oleh Bank Dunia di Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut dia menuturkan bahwa saat ini Eropa masih sangat penting bagi ekonomi global. Pasalnya kata Ndiame, Eropa masih menjadi "mesin" ekonomi dunia saat ini. Meski begitu, Ndiame melihat krisis yang terjadi di Yunani tak akan berdampak langsung kepada Indonesia.

Sebelumnya, rakyat Yunani menggelar referendum terkait dana bantuan internasional atau bailout. Mereka setuju untuk menolak dana yang dipinjamkan untuk membayar utang negara yang dikenal dengan sebutan "negeri para dewa" itu.

Terhadap antisipasi terhadap kondisi ekonomi global terkait dengan kapabilitas menteri ekonomi di bawah pemerintahan Jokowi, Mantan Deputi Gubernur BI yang juga mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution menyatakan, saat ini banyak menteri yang tidak memiliki kapabilitas di bidangnya. Hal itu sangat berbeda dengan para menteri pada era Orde Baru.

"Lebih hebat Soeharto-lah, dia memang tidak tamat sekolah dasar, tetapi menteri-menterinya hebat," ujarnya di Jakarta, pekan ini.

Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa reshuffle menteri di bidang ekonomi perlu dilakukan karena tantangan ekonomi saat ini sangat berat sehingga dibutuhkan menteri-menteri yang memiliki kemampuan dan pengalaman di bidangnya masing-masing. bari/mohar/fba


BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…