TARGET PERTUMBUHAN EKONOMI 2016 MENURUN - JK Optimis Ekonomi Stabil

Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan optimis pada kestabilan perekonomian Indonesia, meski pemerintah menurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sekitar 5,5%-5,6%, lebih rendah dari tahun 2015 sekitar 5,8%-6,2%. Sementara pengamat ekonomi menilai angka pertumbuhan 2016 itu masih terlalu optimis.

NERACA

JK menilai, kondisi perekonomian dunia saat ini yang kurang mendukung telah mempengaruhi ekonomi dalam negeri Indonesia, sehingga pemerintah harus menurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini juga diprediksi turun dari semula 3,8% menjadi 3,5%.

"Penurunan menjadi 5,5%, kondisi sekarang, kondisi dunia memang kurang mendukung, tidak pesimis, begitulah dunia," ujarnya kepada pers di Jakarta, Rabu (24/6).

Sebelumnya, dalam rapat kerja dengan Komisi XI di DPR-RI, pemerintah memutuskan menurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 menjadi di kisaran 5,5%- 6%. Ini disebabkan oleh pengaruh perekonomian global tahun ini dan 2016 diprediksi masih penuh dengan ketidakpastian. Apalagi kondisi perekonomian Yunani yang masih terlilit krisis utang dinilai bisa memengaruhi, serta ditambah dengan adanya isu kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat.

Angka ini lebih rendah dari usulan yang disampaikan pada draf Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 di mana angka pertumbuhan ekonomi dipatok di kisaran 5,8%–6,2%. Pemerintah juga menetapkan asumsi makro lainnya untuk RAPBN 2016 yakni inflasi yang ditarget 3,5-5% dan kurs rupiah di kisaran Rp12.800- 13.200 per US$.  

Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, pemerintah masih menaruh harapan terhadap perkiraan membaiknya kondisi perekonomian global tahun depan. Namun, dia tetap mengkhawatirkan kondisi perekonomian global yang tidak pasti. Dia beralasan, pemangkasan asumsi pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya di kisaran 5,8%-6,2% menjadi 5,5%-6% karena Kemenkeu menggunakan indikator makroekonomi yang lama.

Dia pun menyebut revisi asumsi ini sudah memperhitungkan indikator makroekonomi termasuk pertumbuhan ekonomi kuartal I/2015 yang hanya 4,7%. ”Melihat perkembangan terakhir, kami mengusulkan pertumbuhan ekonomi tahun depan 5,5 sampai 6% di mana 6% adalah kemungkinan optimisme ekonomi global,” ujar Bambang.

Membaiknya perekonomian global menurut Bambang,  adalah proyeksi dari lembaga moneter internasional (IMF) yang memprediksi ekonomi global tumbuh 3,8%. ”Angka ini lebih baik dari proyeksi IMF tahun ini sebesar 3,3%,” ujarnya.  

Meski demikian, Bambang mengatakan  tahun depan adalah periode ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Kondisi ekonomi global, menurut dia, tidak lagi ditentukan hanya oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed). ”Kalau kemarin isunya hanya The Fed, sekarang Yunani juga ikut berpengaruh terhadap ekonomi global,” ujarnya.  

Menkeu mengakui, kesulitan mencapai angka pertumbuhan sesuai proyeksi akibat berbagai tekanan internal dan eksternal yang mengganggu kinerja perekonomian nasional. Kenyataannya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2015 hanya sebesar 4,71%.

Hal senada juga dilontarkan oleh Gubernur BI Agus Martowardojo. Menurut dia, perkiraan ekonomi global tahun depan yang lebih baik dari tahun ini akan berdampak pada perekonomian nasional. ”Membaiknya pertumbuhan ekonomi global memengaruhi kinerja ekspor karena harga komoditas akan terbantu,” tutur dia.

Agus memperkirakan ekonomi Indonesia tahun 2016 akan tumbuh pada kisaran 5,4%-5,8% dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp13.000-Rp13.400 per US$. Dia pun menyebut prospek ekonomi nasional tahun depan masih akan dipengaruhi oleh konsumsi domestik dan investasi. ”Kalau belanja infrastruktur bisa direalisasikandisemesterII/ 2015, ini juga akan membantu pertumbuhan ekonomi di 2016,” katanya.

Pertumbuhan Terbatas

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2015 masih akan terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Namun, akan membaik pada triwulan-triwulan berikutnya.

“Pertumbuhan ekonomi tidak akan tinggi-tinggi. Jadi pertumbuhannya itu terbatas. Kuartal I kan cuma tumbuh 4,71%, memang dari sisi demand-nya menurun,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta, pekan lalu. .

Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan masih tumbuh terbatas pada triwulan II- 2015, disebabkan karena ekspor yang masih tertekan sejalan dengan perekonomian global dan harga komoditas yang masih rendah.

Selain itu menurut dia, investasi yang juga diperkirakan masih tumbuh terbatas telah berdampak pada ekonomi nasional. Ini seiring dengan masih lemahnya impor barang modal dan perkembangan realisasi infrastruktur yang belum secepat perkiraan.

Pertumbuhan ekonomi pada semester II-2015 diperkirakan membaik, didukung oleh meningkatnya konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan semakin meningkatnya implementasi proyek-proyek infrastruktur dan meningkatnya penyaluran kredit perbankan.

Sebelumnya BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2015 hanya akan berada pada kisaran 5- 5,4%. Itu pun jika didukung oleh percepatan realisasi belanja pemerintah pada proyek-proyek infrastruktur serta perbaikan iklim investasi.

Namun, pengamat ekonomi Institute for Development of Economic dan Finance (Indef) Eko Listyanto menilai, asumsi pertumbuhan ekonomi indikatif 2016 yang ditetapkan pemerintah di kisaran 5,5%- 6% itu masih terlalu optimistis, karena kondisi internal dan eksternal saat ini dinilai tidak mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Menurut dia, ketidakpastian ekonomi global maupun kondisi fundamental ekonomi dalam negeri tidak mendukung asumsi pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah. ”Kalau terlalu muluk, bisa menciptakan distrust . Dunia usaha nantinya akan mengabaikan (pemerintah) dan berjalan sendiri-sendiri,” ujarnya belum lama ini.  

Eko mengatakan, target ekonomi pemerintah idealnya menjadi patokan bagi seluruh pelaku usaha, baik badan usaha milik negara (BUMN) maupun swasta, termasuk perbankan. Namun, jika target selalu tidak tercapai, pelaku usaha akan meragukan kredibilitas pemerintah dan cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan. ”Target 5,5%-6% itu kan sebetulnya untuk memberikan optimisme kepada pelaku usaha bahwa ekonomi bergairah, tapikalau fundamental ekonomi tidak mendukung ya susah,” ujarnya.

Eko menilai ekonomi nasional tahun depan masih akan menghadapi perlambatan terkait ekonomi global yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Begitu pula ekonomi dalam negeri yang belum membaik ditandai anjloknya penjualan. ”Sektor konsumsi yang menjadi bumper ekonomi pun terus menurun. (Pertumbuhan) ekonomi tahun depan sekitar 5%,” tuturnya.

Senada dengannya, pengamat ekonomi dan pasar uang Farial Anwar menilai asumsi pertumbuhan ekonomi indikatif tahun 2016 yang ditetapkan pemerintah terlampau optimistis. Perlambatan ekonomi global, terutama China dan isu utang Yunani menurutnya masih akan berdampak pada ekonomi nasional. ”Di dalam negeri juga masih bermasalah. Tahun depan (pertumbuhan) mungkin di bawah 5%,” ujarnya kepada media cetak nasional, pekan ini.  

Dia memahami penetapan asumsi makro yang optimistis tersebut untuk mendorong masyarakat agar tidak pesimistis. Namun, rentang yang terlalu jauh antara target dan realisasi menurutnya bisa berdampak pada sektor keuangan. Sebelumnya pemerintah dan DPR menyepakati sejumlah asumsi makro indikatif 2016 yakni pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,5%-6%, nilai tukar Rp13.000-13.400 per dolar AS, tingkat inflasi 4% plus minus 1% dan suku bunga SPN tiga bulan pada kisaran 4%-6%. bari/mohar/fba



BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…