Konsumsi Pertamax Naik, Pertamina Tambah Impor

NERACA

Jakarta – Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menjadi Rp8.500 per liter. Harga tersebut tak jauh berbeda dengan harga BBM non subsidi dengan selisih Rp1.400. Dengan selisih yang tidak terlalu jauh tersebut, membuat masyarakat mulai beralih dengan mengkonsumsi BBM non subsidi sehingga konsumsi BBM non subsidi khususnya pertamx pun ikut melonjak, bahkan sampai 40%.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya menyatakan peningkatan konsumsi BBM non subsidi atau pertamax mencapai 40% sehingga pihaknya akan nembah stok pertamax dengan mengimpor 1 juta barel. “Konsumsi pertamax dalam beberapa hari ini naik 40%, karena sebagian masyarakat beralih ke BBM non subsidi setelah kenaikan harga BBM,” ujar Hanung, di Jakarta, Selasa (25/11).

Hanung mengungkapkan, akibat tingginya permintaan pertamax, Pertamina harus menambah stok dengan mengimpor pertamax pada Desember nanti. “Desember kita impor pertamax tambahan sebanyak 3-4 kargo di mana 1 kargonya 250.000 barel," ujarnya. Hanung menambahkan, Pertamina juga akan menambah tangki-tangki timbun BBM khusus pertamax di beberapa terminal BBM di Indonesia. "Yang jelas pasokan BBM aman, Pertamax cukup hingga 40 hari lebih," tuturnya.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir mengatakan, saat ini konsumsi bensin pertamax di Jakarta naik hingga 100%. Namun Ali tidak mau mengatakan secara rinci berapa liter konsumsi bensin pertamax di Jakarta saat ini. “Kenaikan konsumsi pertamax ada, cuma itu beberapa daerah saja. Seperti Jakarta naik sampai 100%. Tapi secara nasional sekitar 20-30%,” ujar Ali.

Menurut Ali, naiknya harga BBM bersubsidi beberapa waktu yang lalu membuka peluang untuk peralihan konsumen dari premium ke pertamax. “Secara nasional berdasarkan data terakhir kemarin, sudah terjadi peralihan sebesar 20% dari premium ke pertamax,” kata dia.

Meski terjadi peralihan konsumsi, kata Ali, Pertamina akan terus memantau perkembangan kondisi yang ada. Pertamina ingin melihat apakah peralihan tersebut sebagai salah satu bentuk dari efek psikologis dari masyarakat. Pertamina akan memonitor selama dua minggu hingga satu bulan ke depan untuk melihat perkembangan perubahan pola konsumsi masyarakat dari premium ke pertamax.

Di Bandung, Asisten Manajer External Relation Marketing Operation Region 3 Jakarta-Jawa Barat (Jabar)-Banten Pertamina Mila Suciani mengatakan penaikan harga BBM subsidi membuat perbedaan harga premium dan pertamax menjadi relatif tipis.

Hal tersebut diharapkan membuat masyarakat beralih mengkonsumsi BBM nonsubsidi. “Pascakenaikan harga BBM bersubsidi jenis premium menjadi Rp8.500, terdapat indikasi peralihan konsumsi dari premium ke pertamax," ujarnya.  Untuk wilayah Jawa bagian barat, kenaikan konsumsi pertamax di berbagai SPBU meningkat beragam mulai 30% hingga 200% dari konsumsi normal sebelum penaikan harga BBM bersubsidi. Meski terjadi peningkatan konsumsi pertamax, pihaknya belum dapat memastikan kondisi tersebut akan berlangsung tetap atau hanya sementara.

Pertamina mengapresiasi masyarakat yang telah sadar untuk beralih menggunakan BBM nonsubsidi. Untuk menjaga kesetiaan konsumen, pihaknya terus berusaha memonitor stok BBM agar selalu tersedia.

Sementara itu, di Kota Magelang, Jawa Tengah, juga mengalami hal yang serupa. Ketua Regu Petugas SPBU Menowo (4156101) Kota Magelang, Tri Priyono mengatakan naiknya konsumsi ini salah satunya karena selisih harga yang tidak terlampau jauh. Apalagi, ada wacana harga Pertamax di daerah-daerah juga akan turun seperti di kota besar yang sudah dibandrol Rp 9.950/liter.

Dia menuturkan, sebelum harga Premium naik, pihaknya menjual Pertamax rata-rata 800 liter setiap hari. Setelah harga Premium naik, penjualan Pertamax melonjak hingga lebih dari 1.000 liter per hari. Dominasi sepeda motor, terutama tahun pembuatannya di atas tahun 2000. “Memang naik, tapi secara umum penjualan Pertamax masih lebih rendah dibanding Premium. Setiap hari kami isi 16.000 liter Premium dan habis, tapi 16.000 liter Pertamax akan habis dalam waktu satu bulan kemudian. Artinya, permintaan Premium masih jauh lebih tinggi,” paparnya.

Menurutnya, masyarakat mulai melirik Pertamax selain harga, juga karena ada beberapa keuntungan yang diperoleh. Seperti lebih irit, memiliki kadar oktan lebih tinggi (92 oktan), dan bagus untuk kinerja mesin kendaraan.

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…