Pemerintah Diminta Batasi ULN

NERACA

Jakarta - Pengamat ekonomi dari Koalisi Anti Utang Dani Setiawan mengatakan bahwa pemerintah harus membatalkan sejumlah Utang Luar Negeri yang masih berjalan untuk mengurangi beban APBN. "Pemerintah sebaiknya berhenti menerima utang yang belum ditarik, agar beban APBN berikutnya dapat dikurangi," kata Dani di Jakarta, Kamis (9/10).

Dia mengatakan, saat ini, terdapat beberapa utang luar negeri yang belum diterima pemerintah walaupun nilai utang telah disepekati dengan pihak asing. Utang-utang yang masih tersisa itu, menurut ia, lebih baik dihapuskan karena menimbulkan beban biaya komitmen yang akan dialokasikan pada anggaran negara selanjutnya.

Selama ini, Dani menuturkan, besaran defisit dari rencana belanja negara terhadap pendapatan diambil dari utang luar negeri dan penerbitan obligasi. "Ketergantungan tersebut sudah harus dievaluasi oleh pemerintah, sehingga negara tak hanya mengandalkan sistem peminjaman asing saja untuk membayar defisit APBN," katanya.

Sebelumnya, pemerintah periode sekarang telah mengajukan defisit anggaran sebesar 2,32 persen dari PDB atau setara dengan Rp257,6 triliun dalam RAPBN 2015. Defisit anggaran sebesar 2,32 persen dari PDB, setara dengan Rp257,6 triliun, turun dari asumsi APBN-P 2014 sebesar 2,4 persen.

Pada kesempatan berbeda, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economist and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan Presiden dan wakil presiden terpilih Jokowi-Jusuf Kalla harus memprioritaskan pembenahan postur Anggaran Perencanaan Belanja Negara (APBN) sebagai upaya pertama yang dilakukan dalam merumuskan program pembangunan ekonomi, setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan dalam membenahi postur APBN yaitu soal subdisi bahan bakar minyak (BBM), utang serta belanja rutin.

Menurutnya, hutang perlu menjadi perhatian oleh pemerintah karena sudah terlalu besar dan dinilai tidak efektif penggunaanya untuk belanja pembangunan. Ia berpendapat perlu dicari cara agar utang yang selama ini digunakan untuk belanja pembangunan dapat lebih efektif penyerapannya. “Hutang sudah terlalu besar dan tidak efektif, harusnya pemerintah sudah tidak lagi mengandalkan utang karena akan terus membebani APBN kedepannya,” ujarnya. [agus]

BERITA TERKAIT

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…