Kejar Pasar Timur Tengah - Indonesia Bisa Ambil Peluang Ekspor Busana Muslim dan Makanan Olahan

NERACA

Jakarta – Timur Tengah adalah salah satu pasar non tradisional yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan ekspansi produk asal Indonesia. Deputi Menteri Koordinator Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady menyatakan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) Indonesia mempunyai peluang masuk ke pasar Timur Tengah melalui hud Dubai, Uni Emirat Arab.

Menurut dia, produk asal Indonesia seperti busana muslim serta produk manufaktur untuk konsumsi sehari-hari seperti makanan olahan menjadi produk-produk yang sangat potensial dan bisa diterima di negeri Timur Tengah. Namun begitu, Edy menilai produk Indonesia masih kalah dibandingkan dengan produk asal Malaysia dan Singapura, akan tetapi variannya sangat terbatas.

“Kalau dari Malaysia dan Singapura di sana kebanyakan manufaktur biasa. Masih sangat kurang untuk busana muslim, kita bisa pasarkan, kemudian makanan olahan, lantas produk perikanan, di sana kan ikan dari Laut Mediterania, jenisnya tidak variatif, kayak ikan gabus semua, ini peluang buat kita. Ini peluang yang wajib kita ambil dan manfaatkan," kata Edy di Jakarta, Selasa (7/4).

Ia menjelaskan UKM akan sangat diuntungkan dengan pemasaran ke Dubai, karena di sana pengapalan hingga penyimpanan gudang cukup membayar biaya jasa, tanpa dikenai pajak atau bea masuk. Kecuali, bila perusahaan tersebut ingin memasarkan barang jadi ke pasar UEA, baru dikenai pajak final 6%. Itupun beban yang lebih murah dibanding pasar benua lain. “Bayangkan, itu cuma 6% kalau di jual di dalam negeri mereka, karena di Dubai itu tidak dihitung bea masuk per komponen. Jadi justru cocok UKM kita ke sana kalau kita berpikir ingin mengembangkan investasi yakni membangun usaha hilir di Dubai buat kepentingan ekspor,” urai Edy.

Selain busana muslim, yang disebut Edy sudah cukup dikenal di pasar internasional, UKM Indonesia yang tertarik ke Negeri Para Emir itu perlu juga memikirkan penjualan produk halalan Thayiban. Maksudnya, adalah produk-produk olahan yang dihasilkan dari produk yang tersertifikasi dan jelas muasalnya. “Selama ini kan baru produk halal, sekarang harus masuk juga thayiban, misalnya kita jual furnitur ya kayunya harus tersertifikasi, bukan barang curian. Kebutuhan seperti itu besar di negara Timur Tengah, terutama furnitur,” tegasnya.

Kerja sama ekonomi Indonesia dan Uni Emirat Arab selama ini masih sangat minim. Nilai ekspor langsung ke negara teluk itu cuma US$1,09 miliar tahun lalu. Selain itu, baru tiga perusahaan yang membuka kantor operasi di Otoritas Zona Bebas Jebel Ali (JAFZA) Dubai.

Edy meyakini, kerja sama itu bisa lebih besar lagi, bukan dari perdagangan langsung, tapi melalui pembukaan kantor cabang ekspor perusahaan asal Indonesia. “Kalau ekspor kurang signifikan, karena JAFZA atau UEA itu bukan negara tujuan ekspor langsung. Mereka itu hub, jadi tujuannya memang untuk singgah sebentar sebelum ekspor,” ungkapnya.

“Dubai ini kan zona pemrosesan seperti Batam, sudah ada jaringan kargo, udara, hampir ke seluruh dunia. Bahkan, semua kota Amerika dia bisa masuk kecuali Miami, kereta api ke seluruh jazirah Arab. Afrika juga terhubung dari Dakkar, Maroko, sampai Afrika Selatan. Selain itu posisinya juga di tengah, sehingga pengiriman barang lewat udara cuma 8 jam,” kata Edy.

Wakil Ketua Kadin Bidang Standardisasi dan Mutu Produk Achmad Widjaja menilai, pihaknya akan menjajaki serius tawaran Otoritas JAFZA. Anggotanya yang membutuhkan pusat pengapalan dinilai bakal tertarik memanfaatkan layanan hub di Dubai. Begitu pula perusahaan logistik atau pergudagangan yang mencari kontraktor untuk mendirikan gudang di Timur Tengah atau Afrika, ujarnya.

Ekspor Meningkat

Kementerian Perdagangan optimistis ekspor Indonesia ke wilayah nontradisional akan kembali menggeliat pada 2014. Ini seiring dengan pertumbuhan ekspor produk nonmigas yang diproyeksikan sebesar 5% pada 2014. “Promosi yang dilakukan secara gencar di Amerika Latin dan Afrika mulai menampakkan hasil dan dalam dimensi mereka masing-masing cukup baik. Ini mulai menggeliat,” ujar Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi.

Meski begitu, Bayu enggan menyebutkan proyeksi pertumbuhan rata-rata ekspor ke negara-negara nontradisional. Menurutnya, kinerja ekspor ke negara-negara tersebut masih fluktuatif setiap bulan. Meski demikian, kontribusinya terhadap total ekspor nasional diklaim meningkat walaupun relatif kecil. “Belum ajeg (kinerja ekspor), masih ada dinamika dengan new emerging. Kami tidak meng-approach dan tidak memetakan growth tapi kami konsisten (ekspor),” tutur Bayu.

Sekadar informasi, pangsa pasar di negara-negara nontradisional masih di bawah 20% dari total ekspor. Berdasarkan data Kemendag periode Januari-September 2013, ekspor nonmigas ke negara-negara nontradisional mengalami penurunan sebesar 1,05% dari US$19,29 miliar pada periode yang sama 2012 menjadi US$19,08 miliar.

Kontribusi ekspor nonmigas Indonesia ke pasar nontradisional berdasarkan kawasan ialah Asia sebesar 25,12%, Afrika 21,34%, Timur Tengah 19,03%, Amerika Latin 13,71%, Eropa Tengah dan Timur 12,73%, Eropa 5,81%, Australia dan Oseania 2,02%, dan Amerika lain 0,24%.

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…