Struktur Perdagangan RI Dekati Negara Industri?

NERACA

 

Jakarta – Struktur perdagangan Indonesia dinilai sudah mulai mengalami perubahan. Maka tak ayal, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan Indonesia sedang menanjak untuk menjadi negara industrialis. “Kita menanjak menjadi negara industrialis,” ungkap Lutfi di Jakarta, Rabu (2/4). Menurut dia, ada beberapa alasan yang menyatakan bahwa Indonesia telah menjajaki untuk menjadi negara industrialis. Diantaranya adalah pertumbuhan industri otomotif yang mengalami peningkatan setiap tahunnya dan struktur impor yang mulai mengurangi impor jadi dan meningkatkan impor bahan baku dan barang modal.

Lutfi mengatakan industri otomotif di dalam negeri tengah mengalami pertumbuhan yang cukup pesar. Bahkan nilai ekspor otomotif Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan ekspor hasil tangkapan iklan dan komoditas pertanian lainnya. “Ekspor produk otomotif US$ 4,5 miliar/tahun. Artinya pabrik otomotif kita terus berkembang dan menjadi net positif bagi industri otomotif di dalam negeri. Sementara ekspor ikan dan produk lain hanya US$ 4,2 miliar,” imbuhnya.

Selain itu, struktur impor yang dominasi bahan baku penolong dan barang modal mengindikasikan bahwa industri dalam negeri tengah menggeliat. Struktur impor pada Januari-Februari 2014 masih didominasi oleh impor bahan baku/penolong yang mencapai 76,1%, dan barang modal 17,3%. Impor bahan baku/penolong mengalami penurunan 7,6% menjadi US$ 21.848,7 juta. Sementara impor barang modal mencapai US$ 4.968,4 juta, turun 4,1%, dan impor barang konsumsi turun 2,2%.

Sedangkan pemerintah juga telah memberlakukan pelarangan ekspor barang tambang dan mineral mentah ke luar negeri mulai 1 Januari 2014. Pelarangan ekspor barang tambang mewajibkan pelaku usaha agar mengolah hasil produk tambangnya dalam bentuk jadi atau setengah jadi kemudian bisa diekspor.

Di sisi yang lain, kenaikan ekspor tertinggi yang dicapai Indonesia didapat dari produk industri manufaktur, terutama yang bernilai tambah tinggi, seperti perhiasan/permata naik 106,2% dalam setahun, benda-benda dari besi dan baja (21,7%), berbagai produk kimia (18,1%), mesin-mesin/pesawat mekanik (14%), dan kertas/karton (6,4%).

“Kita lihat struktur dari keseimbangan (neraca perdagangan) secara keseluruhan. Kalau kita lihat nilai impor terbesar adalah untuk industri juga. Balance (keseimbangan) ke depan struktur perdagangan ini jauh lebih baik. Indonesia sedang bertransformasi menjadi negara industrialisasi tetapi mesti sabar,” jelasnya.

Investasi Meningkat

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan peningkatan investasi di Indonesia merupakan bukti bahwa deindustrialisasi tidak terjadi. “Jika ada analisis yang mengatakan bahwa Indonesia memasuki era deindustrialisasi, hal tersebut sangat salah. Indonesia sedang memasuki era perkuatan sektor industri dan dalam jangka waktu 5 tahun terakhir, investasi terus bertambah,” kata Kepala BKPM, Mahendra Siregar.

Dilihat secara keseluruhan, menurut Mahendra, dari 12 sektor industri yang masuk dalam klasifikasi investasi, total nilai investasi dari penanaman modal asing (PMA) pada 2010 baru mencapai US$ 3,3 miliar atau hanya sekitar 20%. Sedangkan pada 2013 nilai investasi PMA meningkat menjadi US$ 15,8 miliar atau naik hampir 5 kali lipat atau 55% dari total investasi di Indonesia. “Dalam 4 tahun terakhir pertumbuhan investasi Indonesia mencapai 5 kali lipat, naik dari 20% menjadi 55%. Maka terjadi perkuatan investasi terutama pada sektor industri,” paparnya.

Sumbangan nilai investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, lanjut Mahendra, mengalami peningkatan dari 22% pada 2000 menjadi 32% pada 2013. “Berdasarkan data dari JBIC, sebesar 30% investor Jepang menilai bahwa pasar Indonesia sangat menarik untuk melakukan investasi, namun 80% dari 500 responden investor Jepang tersebut menyatakan bahwa pada masa depan konsumsi dan pasar Indonesia akan lebih besar lagi. Kepada investor yang telah melakukan investasi, adalah hal tepat karena pasar Indonesia yang besar,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…