Ekspor Turun Gara-Gara Banyak Dijegal Asing

NERACA

Jakarta - Belum lagi Amerika Serikat menerapkan kebijakan quantative easing, pasar uang dan pasar saham di Indonesia sudah babak belur. Padahal, quantative easing baru akan diterapkan tahun 2015 mendatang. Bagaimana jika AS benar-benar mulai menerapkan regulasi yang menarik pulang dolar ke tanah airnya.

Pemerintah beralasan bukan rupiah yang jatuh, tapi dolar yang menguat, itu dibuktikan dengan mata uang negara lain yang ikut melemah. Hanya bedanya, pelemahan mata uang negara lain seperti China atau Thailand, tidak punya dampak negatif terhadap pasar barang. Sementara Indonesia karena menjadi net importer untuk pangan dan energi, maka kejatuhan rupiah ibarat palu godam yang menghantam kepala. Maklum saja, setiap kenaikan nilai dolar Rp 100, maka APBN bakal bertambah bebannya Rp 1 triliun.

Menurut pengamat ekonomi Yanuar Rizki, kejatuhan rupiah sebenarnya sudah dimulai sejak September 2011. Penyebabnya, Indonesia mulai jor-joran melakukan impor. Namun saat itu, perdagangan luar negeri Indonesia belum defisit. Selain itu, investasi yang masuk ke Indonesia masih mampu menjaga cadangan rupiah.

Sayangnya, meski sudah mengetahui ada masalah besar dalam perdagangan luar negeri, dimana impor terus membesar sementara ekspor menukik turun, namun tak ada upaya pemerintah untuk mengurangi impor dan mendongkrak ekspor.

Malah, pemerintah seperti kalap dalam melakukan impor. Terbukti, setiap ada gejolak harga, bahkan sampai harga bawang dan cabe, solusi yang diambil adalah menambah impor untuk memperkuat pasokan. “Pemerintah tak punya strategi memperkuat produksi pangan dalam negeri,” jelas Yanuar.

Dalam kondisi yang sudah terhantam masalah, Presiden SBY dan menteri-menterinya malah terlena oleh euforia pertumbuhan ekonomi yang mencapai 7%. Padahal, pertumbuhan ekonomi itu tercapai bukan karena hebatnya kinerja pemerintah, tapi karena capital inflow yang besar.

Penurunan ekspor dan banjir impor kian merajalela pada 2012. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang Januari sampai Desember 2012, total nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 190,04 miliar, atau turun 6,61% dibanding periode sama tahun 2011 yang mencapai US$ 203,5 miliar.

“Secara keseluruhan selama tahun lalu (2012) baik sektor migas maupun non migas merosot yang mengakibatkan terjadi akumulasi penurunan total ekspor,” kata Kepala BPS, Suryamin, tahun lalu.

Total ekspor migas selama tahun 2012 tercatat US$ 36,97 miliar turun 10,86% dibanding total ekspor migas tahun 2011 yang mencapai US$ 41,48 miliar. Sedangkan ekspor nonmigas merosot 5,52% dari US$ 162,12 miliar menjadi hanya US$153,07 miliar.

Sementara itu, total impor Indonesia selama tahun 2012 mencapai US$ 191,67 miliar, atau meningkat 8,02% dibanding periode sama tahun 2011 yang mencapai US$ 177,44 miliar. Kenaikan total nilai impor terutama didorong melonjaknya impor migas sebesar 4,58% dari US$ 40,71 miliar menjadi US$ 42,57 miliar, dan impor nonmigas sebesar US$ 9,05 miliar dari US$ 136,73 miliar menjadi 149,11 miliar.

Salah satu penyebab ambruknya ekspor Indonesia adalah jegalan dalam bentuk black campaign dari banyak negara terhadap produk negeri ini. Hasilnya, banyak komoditas Republik ini yang sulit menembus pasar Eropa, Amerika Serikat bahkan pasar Asia. Kalaupun bisa tembus, biasanya sulit tumbuh dna meningkat.

Menurut Kusnan Rahmin, Direktur Utama April Asia, black campaign dilakukan terhadap produk berbasis kehutanan. Akibatnya, produk seperti kertas dan pulp sulit masuk ke Eropa. Bukan hanya kertas, ekspor crude palm oil juga mengalami nasiob serupa. Itu penyebab volume dan nilai ekspor Indonesia terus merosot dan akhirnya mengalami defisit dalam perdagangan. Bagaimana dengan sektor lain, ya sama saja.

Sayangnya, pemerintah masih pura-pura tidak paham bahwa ekspor Indonesia dijegal dibanyak negara. Boleh jadi, pejabat di republik ini lebih senang mengurus impor yang menghasilkan banyak rupiah buat kantongnya. Kalau sudah begini, memang wajar kalau ekonomi di Indonesia disebut autopilot. Lantaran pemerintah tak pernah hadir membantu dunia usaha mengatasi masalah. kam

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…