Dampak Pelemahan Rupiah - Produsen Elektronik Siap Naikkan Harga Jual

NERACA

 

Jakarta - Tren pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terjadi dalam sebulan terakhir ini. Kondisi ini jelas tidak menguntungkan bagi industri elektronik dalam negeri. Soalnya, sebagian besar komponen elektronik yang dibutuhkan masih impor.

AG Rudyanto, Ketua Electronic Marketers Club (EMC) merasa khawatir dengan kondisi ini. \"Bila dalam beberapa waktu ke depan masih seperti ini, industri maupun penjual elektronik bersiap menaikkan harga jual,\" katanya di jakarta, Senin (3/6).

Rudyanto memprediksi, bila nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak bergerak jauh dari kondisi saat ini yang sekitar Rp 9.803 (kurs tengah Bank Indonesia per 31 Mei 2013), produsen elektronik bisa mengerek harga jual di kisaran 2%-2,5% dari harga saat ini. Imbasnya, kenaikan bakal merembet ke harga tingkat ritel. \"Bila ditotal, prediksi kenaikan harga bisa mencapai 5%,\" katanya.

Sebelumnya, industri elektronik dalam negeri juga sudah mengerek harga jual hingga 5% pada Februari 2013 lalu. Kenaikan ini untuk mengompensasi beban biaya produksi yang membengkak akibat kenaikan upah pekerja dan biaya energi.

Alhasil, permintaan barang elektronik makin melemah. Pada Januari 2013, permintaan produk elektronik memang tinggi lantaran masih memakai harga lama. Memasuki bulan berikutnya, permintaan mulai menurun akibat harga jual yang naik.

Penjualan elektronik di Januari 2013 yang sempat melejit menyelamatkan penjualan elektronik sepanjang kuartal I-2013. Di periode ini, penjualan terkerek 13,8% menjadi Rp 7,6 triliun dibanding periode serupa tahun lalu.

Meski naik, EMC pesimistis penjualan elektronik sampai akhir tahun ini tumbuh sesuai target. Tahun ini, EMC menargetkan pertumbuhan penjualan elektronik nasional antara 10%-15%, atau sekitar Rp 27,5 triliun sampai Rp 28,7 triliun. \"Namun seberapa besar koreksi yang terjadi harus kami lihat dulu sampai akhir semester pertama,\" ucap Rudyanto.

Meski begitu, Rudyanto yakin, periode penurunan penjualan elektronik maksimal berlangsung selama tiga bulan saja. Setelah itu, kondisi bisa kembali normal. Pasalnya, daya beli masyarakat Indonesia makin kuat.

Rencana Kenaikan BBM

Sebelumnya rencana pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dipastikan akan memicu kenaikan harga produk elektronik. Kenaikan BBM jenis solar dan premium tersebut diperkirakan akan menaikkan harga produk elektronik setidaknya sebesar 5%.“Pengalaman-pengalaman sebelumnya, jika harga BBM naik, harga produk pasti ikutan naik, termasuk produk elektronik.

Jangankan jika sudah naik, baru sebatas rencana saja, ada beberapa barang yang mulai naik,\" kata Stephanus, pemilik toko elektronik di Kebayoran Lama, Jakarta. Dikatakannya, kenaikan produk elektronik tersebut disebabkan meningkatnya biaya transportasi dalam proses distribusi barang. Pihaknya memprediksi, biaya angkutan barang akan naik lebih dari 30% saat terjadi kenaikan harga BBM tersebut.

Menurutnya, produk elektronik yang bakal naik itu antara lain kipas angin, kulkas, AC, televisi, dvd player, mesin cuci dan sejumlah produk elektronik lainnya. Bahkan, kipas angin, televisi dan dvd diprediksi bakal naik harga lebih dari angka 5%.\"Kalau barang lain sepertinya tidak akan lebih karena sangat berdampak terhadap hasil penjualan,\" katanya.Hal yang sama juga diungkapkan Ahong, pemilik toko elektronik yang tak jauh dari sana.

Dia menjelaskan, kenaikan harga barang elektronik yang bakal terjadi tersebut nantinya akan berdampak pada angka penjualan. \"Biasanya permintaan akan berkurang hingga dua atau tiga bulan setelah harga naik,\" katanya.

Begitupun, pihaknya tetap akan memberlakukan harga baru untuk menghindari kerugian akibat biaya operasional yang bakal melambung itu. Satu-satunya jalan yang bakal ditempuh adalah dengan menaikkan harga barang.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo, mengatakan, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ditargetkan pada bulan Juni mendatang. Juni menjadi target pemerintah untuk penyelesaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP).

Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi setelah disetujuinya pengalokasian anggaran kompensasi kepada masyarakat dalam APBNP. \"Juni sudah (dinaikkan). Direncanakan bulan Juni, APBN-P selesai, syukur sebelumnya,\" ujarnya.

Seperti diberitakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berharap pembahasan APBN-P 2013 bisa tuntas dalam waktu satu bulan ini. Secara khusus presiden meminta kerja sama DPR agar cepat melakukan pembahasan. Pemerintah berencana menaikkan harga premiun menjadi Rp6.500 per liter dan solar Rp5.500 per liter mulai Juni 2013.

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…