Dampak Cuaca Ekstrem - Distribusi Bermasalah Kerek Harga Cabai

NERACA

 

Jakarta - Pasar tradisional di Jakarta seperti Kramat Jati dan Cipinang tetap beroperasi meski banjir besar melanda kawasan-kawasan strategis di Jakarta. Hanya saja, beberapa harga bahan pokok terpantau naik, khususnya cabai, sebagai dampak dari buruknya distribusi.

Berdasarkan pantauan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan yang dilansir akhir pekan kemarin harga cabai hijau keriting naik 6,3%, menjadi Rp 25.000 per kilogram. Padahal awal pekan ini, harganya masih stabil di level Rp 13.286.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menilai kenaikan harga cabe belum tentu karena banjir. Menurutnya, pangkal masalahnya adalah proses distribusi antar kota di Jawa yang terganggu akibat musim hujan dan cuaca ekstrem. "Dari semua bahan pokok, cabai paling terpantau naik, tapi relatif masih terjangkau konsumen," ujarnya di kantornya, Minggu (20/1).

Komoditas cabe lain seperti cabai merah keriting juga ikut terkerek naik. Kenaikannya mencapai 13% menjadi Rp 21.445 per kilogram. Meski harga cabe naik, beras masih relatif stabil. Harga rata-rata beras jenis IR-64 di pasar tradisional DKI naik tiga persen menjadi Rp 7.675 per kilogram. Harga beras paling tinggi tercatat di Pasar Rawamangun, di mana saat banjir kemarin mencapai Rp 8.500 per kilogram.

Komoditas bahan pokok lain yang turut terkerek harganya selama masa banjir adalah daging ayam. Harganya melonjak 10 persen dibanding kemarin lusa, menjadi Rp 28.800 di Cipinang. Bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati juga naik 3,5% mencapai Rp 17.400 per kilogram.

"Ini mungkin imbas kenaikan harga daging sapi, pedagang ayam ikut menaikkan harga, tapi pasokan daging dan telur ayam saya lihat aman," ujarnya. Selebihnya, harga kebutuhan pokok terpantau normal. Garam tetap di level Rp 3.800 per kilogram sejak awal pekan ini. Minyak goreng curah juga konstan di harga Rp 10.000 per liter.

Harga Meroket

Sementara itu, banjir yang melanda Jakarta berimbas kepada meroketnya sejumlah komoditas sayuran dan buah-buahan di pasar-pasar tradisional di Kab Bogor. Hal tersebut tersebut disebabkan pasokan sayuran dan buah dari Pasar Induk Kramatjati tersendat. Kisaran harga komoditas sayuran dan buah-buahan melonjak hingga 50 % dari harga biasanya.

Para pedagang sayuran dan buah-buahan mengaku kenaikan harga terpaksa dilakukan karena memang harga dasar dari bandar sendiri sudah tinggi. Di tengah harga beli pedagang yang tinggi, pasokan pun mengalami keterlambatan sehingga menyebabkan kisaran harga jual melonjak tajam.

"Kita mendapatkan pasokan buah-buahan dari Pasar Induk Kramatjati. Harga dari bandar sudah tinggi jadi kita terpaksa menaikan harga jual meski dengan risiko pembeli merosot tajam. Pasokan juga terhambat setelah banjir yang terjadi di Jakarta," jelas Syahroni, salah seorang pedagang buah-buahan di Pasar Kramatjati.

Beberapa komoditas buah-buahan yang mengalami kenaikan cukup tinggi di antaranya apel newzealand yang semula dijual Rp25 ribu per kilogram kini melonjak menjadi Rp35 ribu. Begitu juga dengan jeruk santang yang melonjak dari harga Rp20 ribu menjadi Rp30 ribu per kg. Sementara itu, untuk pear shandong dari harga Rp19 ribu kini dijual dengan harga Rp27 ribu per kilogram.

"Ya kita terpaksa menaikan harga jual, karena memang harga beli kita dari bandar di Pasar Induk Kramatjati juga naik. Kenaikan harga sebagian besar terjadi pada harga komoditas buah-buahan impor. Sedangkan untuk harga buah lokal, terjadi kenaikan tetapi tidak terlalu melonjak," jelas Syahroni.

Sedangkan itu, untuk komoditas sayuran pun mengalami kondisi serupa. Kenaikan harga terjadi untuk komiditas sayuran seperti cabai merah, bawang merah, kol, dan wortel. Begitu juga dengan kisaran harga sembako seperti daging ayam dan telur ayam.

Untuk cabai merah terjadi kenaikan dari harga Rp12 ribu perkilogram kini melonjak hingga Rp20 ribu. Bawang merah yang semula dijual Rp11 ribu merayap naik hingga Rp19 ribu per kilogram. Sedangkan untuk kol naik dari Rp3.000 menjadi Rp5.000 per kilogram, dan wortel naik naik dari Rp2.500 menjadi Rp4.500 per kilogram. Komoditas daging ayam pun naik dari harga Rp24.500 per kilo menjadi Rp28 ribu dan telur ayam dari harga Rp15.000 naik menjadi Rp18 ribu.

Khusus komoditas sayuran, selain karena pasokan yang terlambat, kenaikan harga sayuran ini juga disebabkan faktor cuaca. Dimana di musim penghujan ini kualitas sayuran cepat membusuk. Sehingga pedagang mengantisipasi dengan sedikit menaikan harga untuk mengantisipasi kerugian bila pembeli menurun.

Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kab Bogor menyebutkan kenaikan harga sayuran dan buah-buahan yang terjadi saat ini wajar terjadi. Sebab penyebab dari kenaikan ini adalah pasokan yang tersendat karena banjir yang melanda ibukota Jakarta.

"Penyebabnya faktor alam, dimana cuaca hujan dan pasokan tersendat karena banjir. Ditengah kondisi tersebut, hukum pasar berlaku, permintaan melebihi persediaan otomatis harga merangkak naik," jelas Kabid Perdagangan pada Diskoperindag Ike Silviany.

Permasalahan yang menyebabkan kenaikan harga ini adalah permasalahan nasional. Dan tidak hanya terjadi di Bogor saja. Dengan lumpuhnya tranportasi di Jakarta, semua terkena imbas termasuk pasokan yang tersendat sehingga menimbulkan kenaikan harga beberapa komoditas.

"Kita terus memantau perkembangan harga-harga komoditas pokok yang ada di pasar-pasar tradisional. Untuk saat ini belum ada langkah-langkah untuk menekan lonjakan harga tersebut," paparnya.

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…