Akhir 2012, Neraca Perdagangan Indonesia Diharapkan Seimbang

NERACA

 

Jakarta – Selama 3 bulan ini neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit, walaupun secara kumulatif neraca perdagangan masih menyisakan surplus US$476,2 juta. Namun, dengan kondisi ekonomi global yang saat ini masih diperkirakan masih terus berlanjut hingga tahun depan, maka Pemerintah perlu melakukan antisipasi untuk menghadapi situasi yang lebih buruk pada sisi perdagangan.

Pengamat maupun pengusaha pun mulai pesimis akan kinerja ekspor yang kian menurun, namun Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengharapkan, tahun depan kapasitas produksi yang memiliki nilai tambah sudah meningkat, maka hasil produk-produk tersebut bisa diekspor dan dapat membantu neraca perdagangan kembali merangkak.

“Tahun ini neraca perdagangan nol atau seimbang, atau surplus US$5 miliar saja itu sudah bagus. Surplus tidak bisa sama dengan tahun lalu, untuk mengatasi defisit neraca perdagangan ini kita akan berupaya mengurangi ketergantungan ekspor komoditas dan lebih mendorong ekspor produk bernilai tambah,” terangnya saat bincang-bincang bersama wartawan pada acara buka bersama di Kementerian Perdagangan, beberapa waktu lalu.

Menurut Gita, selama impor bahan baku dan barang modal tinggi maka itu bagus, karena untuk meningkatkan produksi di dalam negeri yang bernilai tambah. Meski banyak kalangan merasa pesimis, tapi proyeksi neraca perdagangan Indonesia pada semester II/2012 diperkirakan dapat mencapai surplus, walaupun relatif tipis.

Pertimbangannya, karena para eksportir sudah memenuhi kebutuhan bahan bakunya di semester I dan waktunya untuk menjual kembali barang yang diproduksi. Maka dengan terpenuhinya kapasitas produksi kemungkinan impornya akan menurun. Oleh karena itu, dengan mulai membaiknya kinerja ekspor maka kemungkinan neraca perdagangan akan menciptakan surplus meski masih berada di bawah US$5 miliar.

Konsumsi Domestik

Beruntung dengan tingginya kontribusi konsumsi domestik, membuat ketahanan Indonesia dalam menghadapi dampak krisis ekonomi global jauh lebih baik dibandingkan Singapura dan Malaysia. Dalam kondisi terburuk, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa bertahan pada angka 4%. Pasalnya, sebagian besar perekonomian Indonesia, 60%-65% dikuasai konsumsi domestik.

Akan tetapi, bukan berarti Indonesia kebal krisis, bagaimana pun juga sudah seharusnya Pemerintah dengan pemangku kepentingan untuk menjaga neraca perdagangan agar tetap stabil. Gita pun juga tidak mau muluk untuk menargetkan nilai ekspor, karena tidak mudah untuk meningkatkannya, paling tidak nilai ekspor tahun ini masih bisa sama seperti tahun 2011.

“Selama ini kan, saya tidak pernah mengungkapkan target ekspor tahun 2012 akan mencapai US$230 miliar. Saya hanya mengharapkan paling tidak sama dengan tahun 2011, karena kondisinya sangat sulit,” jelasnya.

Tentu bukan hanya karena dampak krisis global, tapi pemerataan pembangunan infrastruktur di Tanah Air menghadapi berbagai tantangan yang terkait dengan realitas penyebaran penduduk, luas wilayah maupun kondisi geografis kepulauan yang ada. Masih banyak kendala dalam pembangunan infrastruktur terutama masalah pendanaan, tumpang tindih pembebasan lahan serta birokrasi yang lemah.

Akibatnya, biaya logistik yang harus dikeluarkan para pelaku roda perekonomian sangat tinggi. Infrastruktur merupakan kartu mati yang dapat menghambat akselerasi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing Indonesia, karena sarana infrastruktur yang ada masih terbatas menyebabkan tingginya biaya logistik. Selain itu, terbatasnya sarana infrastruktur yang memadai dapat mengakibatkan disparitas pertumbuhan sektoral yang berlangsung dari tahun ke tahun.

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…