Tingkatkan Daya Saing di Pasar Internasional - Pengusaha Diminta Genjot Ekspor Produk Inovatif

NERACA

 

Jakarta – Di tengah krisis global saat ini persaingan dangan semakin ketat. Oleh karena itu, para eksportir perlu meningkatkan daya saing agar mampun bersaing di pasar internasional dengan mengekspor produk yang inovatif dan bernilai tambah. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengungkapkan target ekspor Indonesia diupayakan seperti tahun 2011, yaitu mencapai US$203 miliar.

“Bukan hal yang mudah dalam mencapai target tersebut, terutama di tengah terjadinya perlambatan ekonomi dunia. Negara-negara cenderung protektif sehingga mereka mengaplikasikan berbagai hambatan perdagangan. Para pelaku ekspor Indonesia dituntut memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut,” ujarnya pada acara dialog dengan alumni dari Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI), Rabu (27/6).

Untuk meningkatkan ekspor, Gita menggarisbawahi pentingnya para pelaku untuk mengekspor produk yang bernilai tambah. Dia menjelaskan bahwa hilirisasi akan mendorong peningkatan nilai ekspor Indonesia ke dunia karena harganya lebih tinggi dibandingkan komoditi yang belum diolah. Selain itu, hilirisasi juga dapat membantu mengembangkan industri nasional, hingga meningkatkan perekonomian rakyat.

Dia juga mengingatkan para pelaku eskpor untuk mewaspadai dampak perekonomian global dengan melakukan diversifikasi pasar. “Selain mengandalkan pasar tradisional, kita harus mencari pasar lain yang belum dieksplor secara baik, seperti negara-negara Amerika Selatan, Timur Tengah dan Afrika,” lanjutnya.

Namun, Gita mengakui masalah infrastruktur untuk menekan biaya logistik masih menjadi salah satu kendala, karena akan berdampak terhadap harga produk ekspor yang kurang bersaing. Oleh karena itu, dia menghimbau para eksportir agar dapat mensiasati dengan mencari informasi produk yang dibutuhkan negara tujuan terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan supaya tidak menimbulkan kerugian hanya karena biaya pengiriman.

Perekonomian Indonesia akan semakin baik dengan adanya semangat inovasi bagi pelaku usaha. Saat ini, kondisi postur perekonomian Indonesia cukup bagus, yakni berada diperingkat ke-15 terbesar di dunia. Dengan pertumbuhan sebesar 6-7% bisa jadi pada 2020 akan masuk peringkat 10 besar. Posisi Indonesia sekarang jauh lebih baik dibandingkan dengan Belanda yang berada di peringkat 17.

"Bahkan pada 2030 bisa masuk peringkat 5. Namun itu tergantung penyikapan kita, bagaimana mengambil risiko dan terus mendorong pemerintah untuk mendorong semangat kewirausahaan. Saya optimis ekonomi Indonesia akan semakin bagus dengan semangat inovatif produk-produk ekspor,” pungkas Gita.

Diversifikasi Pasar

Pada kesempatan terpisah, Ekonom Center for Strategic and International Studies (CSIS) Titik Anas, mengatakan, negara-negara di Afrika dan Amerika Latin berpotensi menjadi pasar ekspor produk-produk Indonesia hingga lima tahun mendatang. "Selama pihak Indonesia mau berupaya ke sana karena pergantian pasar dari Eropa-Amerika Serikat tentu tidak mudah," kata Titik selepas peluncuran buku 'Indonesia Rising: The Repositioning of Asia's Third Giant' di Jakarta, kemarin.

Lebih jauh Titik mengatakan Pemerintah Indonesia bertugas mencari sumber-sumber potensi pasar produk dalam negeri di samping memberikan akses bagi eksportir Indonesia. "Eksportir Indonesia harus memahami pasar yang akan dituju dan usaha membangun jaringan di pasar yang baru, yaitu importir di negara tujuan," terang Titik.

Sebelumnya, Persatuan negara-negara Uni Afrika mengharapkan kerjasama di bidang ekonomi dengan ASEAN terutama Indonesia. Nilai ekspor Indonesia ke Afrika melonjak 53%, atau setara lebih dari US$2,5 miliar (Rp23,75 triliun) dalam enam bulan pertama pada 2011. Volume perdagangan antara Indonesia dan Afrika telah mencapai lebih dari US$9,7 miliar (Rp92,17 triliun).

Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, pada 2010, negara-negara ASEAN mengekspor berbagai produk ke Amerika Latin dan Karibia senilai US$27,5 miliar dan mengimpor beragam produk dari Amerika Latin dan Karibia senilai US$21,04 miliar. Ekspor Indonesia  ke kawasan Amerika Latin dan Karibia pada tahun 2011 mencapai nilai US$3,92 miliar sedangkan impor senilai US$4,63 miliar yang didominasi oleh produk pakan ternak dan sisa industri makanan, gula dan produk sereals, serta besi dan baja.

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…