Kredit Perbankan Tumbuh 28%

NERACA

Jakarta-- Bank Indonesia mengungkapkan pertumbuhan kredit perbankan terus meningkat dan telah mencapai 28% pada pekan lalu. "Kredit terus meningkat dan angka minggu lalu telah mencapai 28% dibanding tahun lalu. Komposisinya juga lebih banyak ke sektor produksi yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D Hadad dalam sebuah diskusi yang digelar BNI di Jakarta, Kamis.

Sementara data sampai April 2012, menurut Muliaman kredit tercatat Rp2.317 triliun meningkat 5,4% sejak awal tahun atau 25,7 persen dibanding April 2011. Tingginya kredit, lanjutnya juga berdampak terhadap jumlah kredit bermasalah yang sampai April 2012 mencapai 2,30%, dibandingkan Desember 2011 2,17 persen. Sementara NPL net stabil pada kisaran 1,09%.

Dijelaskan Muliaman, sebagian besar kredit sektor produktif tumbuh lebih tinggi dibandingkan posisi Desember 2011, dengan sektor pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik tumbuh 83,7% atau Rp28,7 triliun, pertambangan tumbuh 32,7% atau Rp22,7 triliun, dan industri pengolahan dan perdagangan tumbuh 29,4% atau Rp97,7 triliun.

Kredit investasi juga tumbuh tertinggi dan lebih besar dibanding posisi Desember 2011 yakni sebesar 6,3% dari awal tahun atau 4,8% dibanding April 2011. Sementara kredit modal kerja tumbuh 5,5% dari awal tahun dan tumbuh 27,1% dibanding April 2011 dan kredit konsumsi tumbuh 4,3% sejak awal tahun atau tumbuh 20,56% dibanding April 2011.

Untuk data kredit bermasalah, sampai April 2012 terbesar di kredit modal kerja yang tumbuh 2,8%, diikuti kredit investasi sebesar 2,2% dan NPL kredit konsumsi sebesar 1,7%. Dibanding posisi Desember 2011, data NPL terus meningkat namun, jika dibanding April 2011, NPL mengalami penurunan.

Berdasarkan sektor, NPL terbesar di sektor konstruksi sebesar 4,7%, menyusul sektor industri 3,4% dan perdagangan 3,3%.

Muliaman juga menyebutkan data undisbursed loan (komitmen kredit yang belum dilakukan penarikan) yang pada April 2012 meningkat Rp37,9 triliun sejak awal tahun hingga mencapai Rp723,7 triliun atau 31 persen dari total kredit.

Jumlah undisbursed loan itu terdiri atas yang "committed" (kesepakatan kredit yang tinggal menunggu untuk dicairkan) sebesar Rp271,5 triliun (38,1%) dan undisbursed loan uncommitted (kesepakatan kredit yang belum dipakai) Rp448,2 triliun (61,9%).

Secara sektoral kredit yang belum dicairkan ini terbesar di sektor pengangkutan, jasa sosial, jasa usaha dan perdagangan.

Muliaman mengatakan peningkatan kredit yang belum dicairkan ini wajar di tengah tingginya pertumbuhan kredit. "Trennya memang naik kalau kredit bertambah. Itu kan termasuk plafon-plafon kredit yang ditawarkan perbankan," pungkasnya. **cahyo

 

 

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…