Mengukur Performa Industri Manufaktur di Tahun Politik

NERACA

Jakarta – Kementerian Perindustrian memproyeksi sejumlah sektor industri manufaktur akan mengalami kenaikan pertumbuhan karena dipengaruhi momentum Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019. Bahkan, beberapa investor tetap yakin menanamkan modalnya karena melihat kondisi politik dan ekonomi di Indonesia yang dinilai tetap stabil menjelang tahun politik.

“Kita punya pengalaman sebelum dan pasca-reformasi. Khusus dalam 20 tahun ini, kita sudah empat kali Pemilu dan kita juga hampir setiap dua tahun ada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), yang seluruhnya berjalan lancar dan demokratis,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (26/12).

Untuk itu, Menperin meyakini, pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) yang digelar serentak pada 17 April 2019, juga akan berjalan aman dan damai sehingga mendukung roda perekonomian guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. “Jadi, kita harus lebih optimistis, termasuk kepada para pelaku industri, supaya bisa mengambil peluang,” tegasnya.

Airlangga menyebutkan, salah satu katalis kuat yang mampu mendongkrak pertumbuhan industri tahun depan, terutama adalah melonjaknya konsumsi makanan dan minuman (mamin) serta tekstil dan produk tekstil (TPT). “Komoditas itu yang umumnya banyak dibutuhkan saat musim kampanye,” ujarnya.

Kemenperin mencatat, pada tahun 2014 dengan adanya momentum Pemilu, industri pengolahan naik menjadi 5,61 persen dibanding capaian tahun sebelumnya sebesar 5,45 persen. Adapun sektor yang menopang lonjakan tersebut, antara lain industri mamin, industri TPT, serta industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki.

“Kondisi perekonomian sekarang memang sudah jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2000-an. Artinya, ada realitas norma baru. Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini tidak lagi double digit. Rata-rata kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian di seluruh negara berkisar 17 persen,” paparnya.

Merujuk data World Bank Tahun 2017, lima negara yang industrinya mampu menyumbang di atas rata-rata tersebut, yakni China (28,8%), Korea Selatan (27%), Jepang (21%), Jerman (20,6%), dan Indonesia (20,5%). “Pertumbuhan di China saat ini juga single digit. Sekarang PDB kita sudah masuk klub USD1 triliun. Indonesia adalah negara besar, saat ini berada dalam kelompok G20 dan berada di peringkat ke-16 ekonomi dunia,” jelasnya.

Menperin memprediksi, di tahun 2019, industri pengolahan nonmigas akan tumbuh hingga 5,4 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi yang dipatok pada angka 5,3 persen. Sektor industri yang memberi kontribusi tinggi, di antaranya industri mamin bakal tumbuh sebesar 9,86 persen. Selanjutnya, pertumbuhan industri mesin diharapkan akan menembus 7 persen, industri TPT sebesar 5,61 persen, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 5,40 persen, serta industri barang logam, komputer, dan barang elektronika 3,81 persen.

Secara terpisah, Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengungkapkan, untuk menghadapi situasi defisit neraca perdagangan, Indonesia perlu melakukan dua hal utama. Pertama adalah, pemerintah perlu mendorong tumbuhnya industri non-ekstraktif yang berdaya saing di pasar internasional. Dengan mendorong tumbuhnya industri non-ekstraktif, diharapkan akan mendorong diversifikasi ekspor sehingga neraca perdagangan ke depannya tidak akan bergantung kepada komoditas alam yang tren harganya cenderung rendah dan volatil.

“Selanjutnya adalah, tumbuhnya industri non-ekstraktif dapat diiringi dengan mendorong arus masuk investasi asing langsung di sektor padat karya. Harapannya, arus modal yang masuk melalui investasi langsung dapat memberikan stabilitas perekonomian yang lebih baik, apabila dibandingkan dengan suntikan modal asing tidak langsung (melalui portofolio),” jelasnya.

Dalam mencapai hal tersebut, salah satu kunci kebijakannya adalah mendorong mempermudah kemudahan berusaha di Indonesia (Ease of Doing Business) sebagai bentuk perbaikan iklim investasi yang lebih kondusif. Tindakan pemerintah yang merevisi daftar negatif investasi untuk memperluas peluang masuknya arus investasi asing langsung sudah tepat dilakukan untuk memperkuat perekonomian nasional. munib

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…