Defisit Perdagangan, Pemerintah Perlu Dorong FDI

NERACA

Jakarta –Neraca perdagangan di November 2018 mengalami defisit sebesar US$2,047 miliar dan merupakan performa perdagangan terendah sejak Januari 2014. Pemerintah perlu mendorong masuknya investasi asing langsung (Foreign Direct Investment-FDI) ke Indonesia untuk menghadapi defisit neraca perdagangan.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman menjelaskan, dalam kasus Indonesia, neraca defisit perdagangan disebabkan antara lain oleh ekspor yang masih didominasi komoditas alam. Komoditas seperti minyak sawit dan batu bara yang masih mendominasi komponen ekspor Indonesia saat ini mengalami penurunan harga pasar.

Penurunan harga pasar berakibat pada rendahnya nilai ekspor dan meningkatnya defisit neraca perdagangan. Selain itu, impor juga tidak mengalami pengurangan yang signifikan setelah beberapa regulasi yang telah dirilis pemerintah, di antaranya adalah B20 dan penahanan impor barang konsumsi.

”Yang penting diketahui bersama adalah defisit neraca perdagangan merupakan fenomena yang sebenarnya lumrah terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini karena negara-negara tersebut perlu modal yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, dan modal ini didapatkan melalui impor dari negara-negara maju dalam bentuk barang modal,” jelas Ilman dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (19/12).

Namun, defisit neraca perdagangan juga dapat berakibat pada cadangan devisa yang tergerus terus-menerus, terutama apabila investasi asing mandek. Sehingga hal ini dapat mengancam stabilitas nilai tukar Rupiah di masa mendatang.

Menghadapi situasi defisit neraca perdagangan, Indonesia perlu melakukan dua hal utama. Pertama adalah, pemerintah perlu mendorong tumbuhnya industri non-ekstraktif yang berdaya saing di pasar internasional. Dengan mendorong tumbuhnya industri non-ekstraktif, diharapkan akan mendorong diversifikasi ekspor sehingga neraca perdagangan ke depannya tidak akan bergantung kepada komoditas alam yang tren harganya cenderung rendah dan volatil.

“Selanjutnya adalah, tumbuhnya industri non-ekstraktif dapat diiringi dengan mendorong arus masuk investasi asing langsung di sektor padat karya. Harapannya, arus modal yang masuk melalui investasi langsung dapat memberikan stabilitas perekonomian yang lebih baik, apabila dibandingkan dengan suntikan modal asing tidak langsung (melalui portofolio),” jelasnya.

Dalam mencapai hal tersebut, salah satu kunci kebijakannya adalah mendorong mempermudah kemudahan berusaha di Indonesia (Ease of Doing Business) sebagai bentuk perbaikan iklim investasi yang lebih kondusif. Tindakan pemerintah yang merevisi daftar negatif investasi untuk memperluas peluang masuknya arus investasi asing langsung sudah tepat dilakukan untuk memperkuat perekonomian nasional.

Seperti diwartakan sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia pada November 2018 mengalami defisit tertinggi sepanjang tahun 2018 yaitu 2,05 miliar dolar AS. "Neraca perdagangan November mengalami defisit yang cukup dalam, yang dipicu oleh defisit sektor migas dan non-migas masing-masing sebesar 1,46 miliar dolar AS dan 0,58 miliar dolar AS," kata demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suharyanto.

Suharyanto memaparkan, nilai ekspor pada November 2018 mencapai 14,83 miliar dolar AS atau turun 6,69 persen dibandingkan ekspor Oktober 2018. Demikian pula jika dibandingkan November 2017, angkanya turun 3,28 persen.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari-November 2018 mencapai 165,81 miliar dolar AS atau meningkat 7,69 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan ekspor non-migas mencapai 150,15 miliar dolar AS atau meningkat 7,47 persen.

Sementara nilai impor Indonesia pada November 2018 mencapai 16,88 miliar dolar AS atau turun 4,47 persen jika dibandingkan Oktober 2018, namun jika dibandingkan November 2017 angkanya naik 11,08 persen.

Adapun nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal selama Januari-November 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 23,72 persen, 21,44 persen dan 24,80 persen. munib

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…