Jalan Pembangunan Ekonomi

 

Oleh: Dhenny Yuartha Junifta

Peneliti INDEF

 

Perekonomian dunia semakin terintegrasi, saling bergantung, dan kompleks. Kompleksitas ini diwarnai oleh aksi setiap negara untuk semaksimal mungkin memberikan pengaruh ekonomi kepada negara lain. Alasannya, selain memaksimalkan sumber daya ekonomi domestiknya, negara yang “beraksi” juga ingin mendapatkan keuntungan ekonomi diatas negara lain. Itulah mengapa muncul pertempuran ideologi ekonomi antar negara. Untuk itu berbagai ruang dimanfaatkan, baik bilateral maupun multilateral.

Untuk mencapai tujuan meraup keuntungan ekonomi (kesejahteraan), langkah jangka pendek hingga jangka panjang pun dijabarkan. Disini letak perbedaannya, ada negara yang dalam penjabaran aksinya hanya sebatas memaksimalkan input sumber daya namun miskin visi besar. Ada yang lebih jauh bagaimana menjadi kiblat dan membangun ulang tata ekonomi dunia. Contohnya China yang muncul dengan model pembangunan Sosialisme-pasar. Model tersebut muncul sebagai alternatif dari model ekonomi kapitalisme Amerika Serikat dan sosialisme penuhnya era Uni Soviet.

Dahulu, dua negara adidaya Amerika Serikat dan Uni Soviet bertempur untuk menjadi kiblat pembangunan ekonomi. Setelah runtuhnya Uni Soviet, dunia disajikan pertempuran antara China dan Amerika Serikat. Kini perlahan Brazil mulai muncul sebagai alternatif pembangunan ekonomi khususnya bagi negara berkembang. Pasalnya, selain menunjukkan pembangunan makroekonomi yang bagus, Brazil juga sukses memberikan contoh bagaimana program kesejahteraan sosial bagi masyarakat miskin (Bosla Familia) dijalankan.

Sejarah pembangunan ekonomi Indonesia dapat menjadi petunjuk bahwa sebenarnya negara ini pun mampu hadir sebagai kiblat alternatif pembangunan ekonomi dunia. Estafet pembangunan ekonomi yang ditempuh dari berbagai rezim perlahan menjadi pondasi yang kokoh. Estafet tersebut kini dilanjutkan dengan jalan pengelolaan pada lima aspek pembangunan. Pertama, memperkokoh kerangka makroekonomi dengan perbaikan kualitas manusia. Kedua, keadilan ekonomi dan pemerataan pembangunan yang lebih masif. Ketiga, perbaikan tata kelola pembangunan melalui sinergi pemerintah pusat dan daerah. Keempat, pembangunan berkelanjutan dengan penekanan pada lingkungan hidup yang berkeadilan. Kelima, kemandirian ekonomi melalui struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing.

Terakhir jalan panjang pembangunan ekonomi Indonesia dapat terus diakumulasi. Peta jalan yang telah tersusun hendaknya dilanjutkan. Indonesia memiliki optimisme tinggi untuk mampu menjadi kiblat baru pembangunan ekonomi. Lima aspek pengelolaan ekonomi yang mulai kokoh dapat menjadi modal. 

 

BERITA TERKAIT

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

BERITA LAINNYA DI

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…