Regulator Identifikasi 500 Komoditas Kurangi Impor

NERACA

Jakarta – Pemerintah melakukan langkah untuk mengidentifikasi sekitar 500 komoditas yang bila dilihat berdasarkan tingkat kandungannya dapat dikurangi impor yang terkait dengan komoditas tersebut.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Jakarta, disalin dari Antara, menyatakan bahwa sesuai hasil rapat kabinet terbatas kemarin (14/8), maka pemerintah saat ini sedang berupaya untuk mengurangi nilai defisit neraca perdagangan.

Menurut Suhariyanto, langkah pemerintah yang berupaya mengurangi defisit antara lain adalah dengan insentif ekspor terhadap industri yang berorientasi kepada ekspor. "Pemerintah akan mengendalikan impor. Pada tahap pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi 500 komoditas yang bisa diproduksi dalam negeri," katanya.

Kepala BPS menyatakan bahwa tentunya pemerintah bakal melakukan hal tersebut dengan penuh kehati-hatian dan dengan mempertimbangkan banyak hal. Komoditas yang akan dievaluasi ulang tersebut, lanjutnya, adalah komoditas yang mempunyai substitusi dari komoditas yang diproduksi dalam negeri.

"Banyak industri yang mempunyai bahan baku baik dari lokal maupun bahan modal, kita perlu mengidenifikasi industi mana yang kandungan lokalnya tinggi, dan mana yang kandungan impornya tinggi," paparnya. Ia mencontohkan, industri yang kandungan lokalnya tinggi antara lain adalah industri kelapa sawit, kertas, karet, dan plastik.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pemerintah akan mengambil langkah drastis dan tegas dalam pengendalian impor terkait kondisi neraca pembayaran yang makin tidak menggembirakan.

"Di Indonesia, salah satu yang dianggap harus dikendalikan adalah neraca pembayaran kita yaitu defisit transaksi berjalan," kata Sri Mulyani dalan konferensi pers bersama Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Gubernur BI Perry Warjiyo usai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (14/8).

Menkeu menyebutkan defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal I 2018 hanya sekitar 2 persen, namun pada kuartal II ini mencapai 3 persen dari GDP.� ���Ia menyebutkan bahwa impor barang konsumsi, bahan baku dan barang modal meningkat luar biasa tinggi pada kuartal II 2018. "Ekspor memang pertumbuhannya cukup bagus, double digit, namun impornya jauh lebih tinggi, dan pertumbuhannya double digit," katanya.

Menkeu juga menyebutkan untuk impor barang barang konsumsi maupun bahan baku akan diupayakan substitusi produk dari dalam negeri. "Kami sudah mengidentifikasi bersama Menperin dan Mendag, kami dari Kementerian Keuangan menetapkan PPh impor sebesar 7,5 persen," katanya.

BPS menyebutkan, nilai defisit neraca perdagangan Indonesia yang mencapai 2,03 miliar dolar AS pada Juli 2018 disebabkan tingginya impor sejumlah barang termasuk mesin mekanik dan peralatan listrik. "(Defisit pada Juli 2018) ini terbesar sejak Juli 2013," kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto.

Berdasarkan data BPS, nilai neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2018 mengalami defisit 2,03 miliar, dipicu oleh defisit sektor migas 1,19 miliar dolar AS dan nonmigas 0,84 miliar dolar.

Peningkatan impor migas dipicu oleh naiknya nilai impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah, hasil minyak dan gas masing-masing 81,2 juta dolar (15,01 persen), 382,4 juta dolar (28,81 persen) dan 11,7 juta dolar (4,29 persen).

Impor nonmigas menurut golongan barang yang terbesar berperan terhadap total impor nonmigas Januari-Juli 2018, yang pertama adalah golongan barang mesin dan pesawat mekanik yaitu perannya sebesar 16,78 persen.

Kemudian, golongan lainnya yang berperan terhadap total impor nonmigas Januari-Juli 2018 adalah mesin dan peralatan listrik (13,45 persen), besi dan baja (6,26 persen), plastik dan barang dari plastik (5,71 persen), serta bahan kimia organik (4,4 persen).

Sementara itu, golongan barang impor nonmigas yang mengalami penurunan terbesar adalah golongan gula dan kembang gula, serta bijih, kerak dan abu logam. Tiga negara pemasok barang impor terbesar nonmigas selama Januari-Juli 2018 ditempati China dengan nilai 24,83 miliar (27,39 persen), Jepang 10,45 miliar dolar (11,53 persen), dan Thailand 6,34 miliar (6,99 persen).

Sedangkan bila dilihat secara organisasi regional, impor nonmigas dari ASEAN mencakup 20,55 persen, sementara dari Uni Eropa 9,27 persen. Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari-Juli 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu masing-masing 27,03 persen, 22,99 persen dan 30,44 persen.

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…