Kemitraan Regional - ASEAN Minta Indonesia Jadi Koordinator Perundingan Dagang RCEP

NERACA

Jakarta – Negara-negara anggota ASEAN telah meminta Indonesia sebagai negara koordinator Kemitraan Komprehensif Ekonomi Kawasan (RCEP) dapat segera menyelesaikan negosiasi dengan enam negara mitra, yakni Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.

"Kita sebagai 'country coordinator', semua meminta kita bisa menyelesaikan pembahasan RCEP di masa kepemimpinan Singapura, jadi kita mau mengupayakan semaksimal mungkin untuk 'finalize' RCEP," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Hotel Shangrila, Singapura, disalin dari Antara, kemarin.

Mendag hadir sebagai ketua delegasi Pertemuan Dewan Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) ke-16 sekaligus mendampingi Presiden Joko Widodo dalam berbagai pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-32 ASEAN di Singapura. Menanggapi permintaan negara-negara anggota ASEAN tersebut, Enggar mengatakan Indonesia akan bekerja semaksimal mungkin untuk menyelesaikan negosiasi, namun semua anggota harus sepakat terlebih dulu agar perhimpunan tersebut memiliki nilai tawar yang bulat dalam negosiasi dengan enam negara mitra.

"Saya 'push' lagi, sekali kita ASEAN sepakat maka jangan pernah dalam pembicaraan itu kita kembali lagi bicara di antara ASEAN, jadi kita harus ada 'ASEAN paper' dulu, ada kesepakatan ASEAN, karena ASEAN adalah inisiator dari RCEP itu," tuturnya.

Sebagai tindak lanjut, ASEAN plus enam negara akan melakukan pertemuan di Jepang pada Juli 2018 untuk segera membuat finalisasi RCEP. RCEP mulai diadopsi sepuluh anggota ASEAN secara bertahap sejak KTT Ke-21 ASEAN di Pnom Penh, Kamboja, pada 2012, dan negosiasinya dimulai pada awal 2013. Kemitraan regional tersebut bertujuan mencapai hubungan ekonomi yang saling menguntungkan di antara negara anggota ASEAN dan mitra dagang ASEAN.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan RI mengharapkan adanya peningkatan hubungan ekonomi antara Indonesia dan Bangladesh, melalui perumusan kerja sama bilateral dalam kerangka "Preferential Trade Agreement (PTA)".

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Arlinda di Jakarta, Sabtu menyatakan bahwa saat ini tren hubungan perdagangan kedua negara mengalami rata-rata peningkatan sebesar 6,71 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

"Kami berharap, kerja sama perdagangan Indonesia-Bangladesh akan ditingkatkan ke sektor-sektor lainnya karena Indonesia memiliki kekuatan di industri pertahanan, pesawat terbang, farmasi, alat kesehatan, dan jasa konstruksi," ucap Arlinda dalam keterangan tertulis yang diterima Antara.

Tercatat, pada 2017 nilai perdagangan kedua negara senilai 1,67 miliar dolar AS atau naik 25,07 persen dibandingkan tahun 2016. Ekspor Indonesia ke Bangladesh tahun 2017 tercatat mencapai 1,60 miliar dolar AS yang terdiri atas ekspor nonmigas senilai 1,58 miliar dolar AS dan ekspor migas sebesar 16,13 juta dolar AS. Sementara itu, impor Indonesia dari Bangladesh sebesar 73,9 juta dolar AS atau naik 6,99 persen dibanding tahun 2016.

Produk ekspor nonmigas Indonesia ke Bangladesh dengan nilai tertinggi pada 2017 adalah minyak kelapa sawit dan turunannya, bubur kayu kimia, benang, dan serat staple buatan. Sedangkan, lima besar produk yang diimpor Indonesia dari Bangladesh adalah benang jute, kaos oblong, singlet dan rompi, karung dan tas, serta pakaian.

Bangladesh mengimpor dari dunia di antaranya untuk komoditas minyak medium, katun, minyak kelapa, gula tebu mentah, gandum dan meslin, denim, minyak kedelai mentah, dan telepon.

Secara ekonomi, Indonesia melihat Bangladesh sebagai mitra dagang nontradisional yang sangat penting. Produk domestik bruto (PDB) Bangladesh pada 2016-2017 mencapai rekor tertinggi yaitu 246,2 miliar dolar AS dengan PDB per kapita mencapai 1.602 dolar AS. Perekonomian Bangladesh ditopang pasar domestik yang besar, industri manufaktur yang berorientasi ekspor, penerimaan remitansi yang tinggi, serta kemudahan investasi.

Sementara posisi Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-4 negara di dunia yang paling prospektif dalam hal investasi, dan peringkat kemudahan berusaha di Indonesia naik dari posisi 91 tahun 2017 ke posisi 72 di tahun 2018. selain itu, Global competitive index Indonesia juga naik dari posisi 41 ke 36.

Pada 2050 Indonesia diprediksi menjadi negara urutan ke-4 dari tujuh negara berkembang yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi global bersama Brasil, Republik Rakyat Tiongkok, India, Meksiko, Rusia, dan Turki.

Dengan jumlah penduduk hampir 300 juta orang, Indonesia merupakan pasar terbesar di kawasan ASEAN yang sangat menarik bagi pengusaha untuk berinvestasi dan berdagang. Indonesia dan Bangladesh juga memiliki beberapa kesamaan. Di antaranya, kedua negara memiliki jumlah pemeluk muslim terbesar dan sangat peduli pada pengungsi Rohingya. Indonesia dan Bangladesh juga tergabung dalam Organisasi Islam Dunia (OKI) dan sama-sama membela kemerdekaan negara Palestina.

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…