Pada saat ini, kita hidup di dalam generasi milenial, dimana orang-orang hidup berdampingan dengan teknologi. Teknologi komunikasi dan informasi berkembang seiring bertambahnya kebutuhan manusia akan berkomunikasi dalam lingkungan sosial, kebutuhan akan informasi serta kebutuhan akan hiburan. Teknologi memberi berbagai macam dampak terhadap kehidupan manusia itu sendiri, baik dampak positif, maupun negatif, baik anak-anak, remaja, bahkan sampai orang dewasa.
Media merupakan salah satu perkembangan teknologi yang banyak orang gunakan untuk berkomunikasi secara lisan, maupun online, mencari informasi dan juga mencari hiburan. Penggunaan media tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, bahkan remaja dan anak-anak.
Dengan demikian apa yang disampaikan media dapat dengan cepat tersampaikan dan terserap oleh anak-anak. Tidak sedikit hiburan dan tayangan yang diberikan media yang tidak mendidik dan tidak pantas dipertontonkan untuk anak di bawah umur. Namun pengawasan orang tua yang kurang dan mudahnya mengakses media membuat anak-anak dengan mudah menikmati tayangan dari media.
Tidak jarang anak-anak mengikuti apa yang ditayangkan oleh media. Seiring banyaknya kelakukan anak-anak zaman sekarang yang nyeleneh sehingga muncul sebuah istilah “Kids Jaman Now”. “Kids Jaman Now” adalah istilah yang sedang marak dipakai di dunia maya. Ungkapan ‘Kids Jaman Now’ sendiri sedang ramai diperbincangkan oleh netizen di sosial media, seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan sebagainya.
Objek istilah ini mengacu kepada anak-anak generasi milenial sampai kepada generasi Z. Istilah “Kids Jaman Now” pertama kali diunggah oleh akun palsu yang mengatasnamakan Seto Mulyadi (pemerhati dan psikolog anak yang juga ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia). Sampai saat ini belum diketahui siapa pemilik akun palsu tersebut.
Istilah “Kids Jaman Now” merujuk pada kelakuan anakzaman sekarang yang dianggap di luar batas, kurang pantas, aneh dan nyeleneh. Dengan berkembangnya teknologi yang begitu pesat, membuat anak zaman sekarang tak terlepas dari dampak teknologi. Alhasil, anak zaman sekarang begitu cepat dewasa, cepat berdandan, cepat bergaul dan juga pacaran. Pikiran polos mereka tercemar oleh pesatnya perkembangan teknologi yang tanpa penyaring memberikan berbagai informasi.
“Kids Jaman Now” memberikan pandangan negatif dari cara dan tingkah laku anak-anak bersosialisasi, dan berinteraksi. Bahkan “Kids Jaman Now” menunjukkan maraknya anak-anak berpacaran sejak bangku SD. Survey orang berumur 17-25 tahun beranggapan bahwa fenomena “Kids Jaman Now” memberikan contoh negatif dan memberi gambaran buruk megenai anak-anak di zaman ini. Berdasarkan survey 9 dari 10 orang tidak menyetujui jika anak-anak usia SD sudah mengenal pacaran.
Ada beberapa penyebab yang menjadikan banyak fenomena cinta di bawah umur ini, seperti :
Tontonan yang tidak sesuai segmennya
Saat ini banyak sekali tontonan yang tidak sesuai dengan pemirsanya. Banyak tayangan-tayangan film yang menunjukkan kisah cinta orang dewasa di mana jam tayangnya di saat anak-anak menonton tv
Peran orang tua yang sangat minim
Kurangnya perhatian orang tua menjadi penyebab utama munculnya fenomena pacaran “Kids Jaman Now”. Longgarnya pengawasan orang tua dan perhatian dari orang tua membuat anak-anak menjadi “attention seeker” dengan cara berpacaran. Banyak orang tua yang merasa bahwa berpacaran merupakan hal yang wajar dan biasa di masa ini, sehingga masih banyak orang tua yang membiarkan anaknya untuk bergaul dan berpacaran.
Perkembangan teknologi yang tidak diawasi
Perkembangan teknologi juga mempengaruhi gaya hidup anak tersebut. Anak-anak yang memiliki smartphone secara pribadi (bukan dipinjamkan dari orang tua) akan membentuk sebuah privasi, baik komunikasi Bersama lawan jenis yang lebih dari teman atau konten apapun yang anak-anak itu simpan.
Gaya hidup perkotaan
Gaya berpacaran “kids Jaman Now” lebih sering terjadi pada perkotaan, di mana orang-orang lebih condong pada kehidupan hedonism yaitu untuk menyenangkan diri sendiri. Dibandingan dengan kehidupan daerah yang lebih memegang nilai dan norma dalam masyarakat.
Lalu apa yang akan terjadi dengan fenomena “Kids Jaman Now” tersebut? Berikut beberapa dampak negatif yang mungkin muncul dari gaya berpacaran “Kids Jaman Now”:
Mempunyai kepribadian yang rapuh
Pacaran di usia muda memberi dampak yang negatif dalam kehidupan anak itu sendiri terutama pada sisi psikologi anak itu. Anak-anak akan memiliki kepribadian yang rapuh. Kepribadian yang rapuh akan menghambat kepercayaan diri dan kreativitas sang anak di masa depannya.
Menurunkan konsentrasi
Berpacaran sejak dini akan menurunkan konsentrasi sang anak karena terlalu banyak memikirkan orang yang disayang, tentu akan mengganggu pikiran dan hati sang anak.
Menguras harta
Ketika berpacaran setiap orang pasti memiliki hasrat untuk menyenangkan hati kekasihnya. Untuk menyenangkan hati pasangannya anak akan rela berkorban apapun termasuk harta mereka. Seorang anak-anak belum memiliki penghasialn sendiri. Mereka masih meminta uang dari orang tua. Hal ini tentu akan membebankan para orang tua ketika anak-anak berpacaran.
Membuat stres
Seringkali orang-orang akan mengalami stres dalam hubungan mereka dikarenakan masalah-masalah yang ada dalam hubungan mereka. Stres mempunyai dampak yang buruk baik dari segi fisik maupun dari segi psikis. Orang yang stres biasanya akan mudah terkena gangguan penyakit dari luar juga mudah tertular penyakita dari seseorang. (CNN)
NERACA Jakarta – Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) menggelar upacara wisuda Sarjana, Magister dan Dokter Tahun 2025 di Balai…
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah terus meningkatkan pendidikan khusus yang bermutu bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan revitalisasi Sekolah…
Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Adityana Kasandravati Putranto ​​​​menekankan pentingnya peran orang tua dalam membekali anak agar tidak terjebak dalam…
NERACA Jakarta – Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) menggelar upacara wisuda Sarjana, Magister dan Dokter Tahun 2025 di Balai…
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah terus meningkatkan pendidikan khusus yang bermutu bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan revitalisasi Sekolah…
Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Adityana Kasandravati Putranto ​​​​menekankan pentingnya peran orang tua dalam membekali anak agar tidak terjebak dalam…