Tender Offer Sepi Peminat - Rencana Delisting LAMI Belum Direspon Pasar

NERACA

Jakarta – Lantaran sepinya respon pasar, PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI) bakal memperpanjang masa penawaran tender offer. Hal ini dilakukan perseroan menyusul masih sedikitnya pemegang saham publik yang mau melepas saham emiten properti dan real estate tersebut. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Disebutkan, perpanjangan masa tender offer akan dilakukan hingga 3 November 2017 mendatang. Sebelumnya, masa tender offer LAMI dilaksanakan mulai 7 September 2017 hingga 6 Oktober 2017. Namun, mendekati masa akhir tender offer, baru ada 49 pemegang saham yang mewakili 9,1 juta saham yang mengajukan formulir penawaran tender. Padahal, PT Laksana Citranusantara selaku pemilik 92,88% saham LAMI berniat membeli 81,73 juta saham publik. Artinya, baru sekitar 11% saham yang kembali dibeli melalui tender offer.

Laksana Citranusantara sebagai pemegang saham utama akan membeli seluruh sisa saham publik LAMI dengan harga Rp 814 per saham. Harga ini 121,20% lebih tinggi ketimbang harga saham terakhir LAMI pada level Rp 368 per saham pada 29 September 2016. Laksana Citranusantara memiliki 92,88% saham LAMI. Sedangkan sisanya 7,12% dimiliki oleh publik dengan kepemilikan di bawah 5%. Total nilai tender offer ini adalah Rp 66,53 miliar.

Tender offer sendiri dilakukan perseroan guna memuluskan rencana menjadi perusahaan tertutup. Selain mengubah bentuk menjadi perusahaan tertutup, perusahaan yang bergerak di bidang properti ini juga akan keluar dari lantai bursa usai tender offer. Pemegang saham mayoritas LAMI, PT Laksana Citranusantara akan membeli sisa saham LAMI sebanyak 7,11% yang masih beredar di publik. Jumlah tersebut setara dengan 81,73 juta saham yang masih dipegang investor ritel.

Langkah go private dan delisting ini dilakukan perusahaan karena LAMI tidak mampu memenuhi syarat minimal kepemilikan saham oleh publik sebesar 7,5%. Keputusan untuk go private dan delisting ini telah disetujui para pemegang saham pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Juni lalu. Pasca pelaksanaan tender offer ini, saham LAMI tak lagi bertengger di papan bursa untuk diperdagangkan.

Selain itu, perusahaan juga tak lagi diwajibkan untuk melaporkan laporan keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara rutin. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat pernah bilang, ada dua perusahaan yang mengajukan delisting karena mereka tidak berkeinginan untuk memenuhi saham yang beredar di publik (freefloat). Kedua perusahaan itu terdiri dari, PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) dan PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI).

Disebutkan, kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan di Surabaya dan perusahaan Jakarta.
Sampai saat ini, menurut Samsul, pemegang saham mayoritas perusahaan belum menemui kesepakatan untuk menghapus pencatatan saham. Makanya, bursa belum merestui keinginan itu.”Itu internal policy mereka, kalau pemegang saham tidak setuju delisting, kita ya tidak bisa juga," jelas Samsul.

BERITA TERKAIT

Buka Era Baru Investasi Obligasi di Indonesia, Indo Premier Sekuritas Luncurkan IPOT Bond

    NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…

Panca Budi Incar Penjualan Rp5,78 Triliun

NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…

Optimalkan Pasar Domestik - Indonesian Tobacco Bidik Penjualan Tumbuh 10%

NERACA Jakarta – Tahun ini, PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10% di tengah tantangan penurunan daya…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Buka Era Baru Investasi Obligasi di Indonesia, Indo Premier Sekuritas Luncurkan IPOT Bond

    NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…

Panca Budi Incar Penjualan Rp5,78 Triliun

NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…

Optimalkan Pasar Domestik - Indonesian Tobacco Bidik Penjualan Tumbuh 10%

NERACA Jakarta – Tahun ini, PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10% di tengah tantangan penurunan daya…