NERACA
Jakarta - Setelah sempat terkendala izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) akhirnya bisa segera menggelar penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue untuk kemudian dilanjutkan dengan penerbitan obligasi wajib konversi (OWK). Perseroan telah mengantongi persetujuan terkait rencana tersebut melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) BNBR.
Sehingga, BNBR akan menerbitkan 20,74 miliar saham, setara dengan 15,46% dari modal ditempatkan disetor penuh. Kemudian dilanjutkan dengan penerbitan OWK dengan harga pelaksanaan Rp 50 per saham.”OWK ini yang akan dikonversi oleh kreditur," ujar Direktur Keuangan BNBR, Amri Aswono Putro di Jakarta, kemarin.
Kreditur yang dimaksud adalah Credit Suisse AG cabang Singapura dan Daley Capital Limited. Jumlah utang kepada masing-masing kreditur tersebut adalah US$ 70,43 juta dan US$ 7,48 juta. Sebagai informasi, sepanjang tahun 2016, kinerja keuangan BNBR masih membukukan raport merah. Bahkan induk usaha Grup Bakrie ini mencatatkan total rugi membengkak 105% menjadi Rp 3,6 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Perseroan juga mengantungi pendapatan turun 37,81% menjadi Rp 2 triliun. Sementara laba bruto turun dari Rp 626 miliar menjadi menjadi Rp 96 miliar. Penurunan beban yang tidak sebanding dengan penurunan pendapatan membuat BNBR membukukan rugi usaha Rp 443,9 miliar. Meski sudah membukukan laba selisih kurs sebesar Rp 212 miliar, BNBR memiliki rugi bersih pada entitas asosiasi dan pengendalian bersama sebesar Rp 1,5 triliun. Selain itu, ada beban penyisihan penurunan nilai investasi sebesar Rp 1 triliun.
BNBR menyebutkan penurunan nilai (impairment) itu berasal dari entitas PT Kalimantan Prima Power sebesar Rp 921,3 miliar dan PT Guruh Agung sebesar Rp 102,4 miliar. Entitas asosiasi BNBR di Singapura, Bakrie Petroleum International Pte Ltd dengan kepemilikan 41% saham, mengalami rugi bersih Rp 4,5 triliun pada tahun 2016. Padahal di tahun 2015, entitas ini mencetak laba Rp 1,4 triliun.
Kinerja BNBR di akhir 2016 berubah drastis dari kinerja pada kuartal III 2016 yang masih mencatatkan laba bersih Rp 20 miliar. William Suryawijaya, Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities pernah bilang, melihat kinerja perseroan yang masih tertekan, dirinya menilai masih banyak risiko pada kinerja jangka panjang BNBR. "Selain harus fokus mengurangi utangnya, BNBR perlu memperbaiki tata kelola perusahaan," tandas William.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…