NERACA
Jakarta - Direktur PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Ahmad Siddik Badruddin menyebutkan upaya mendorong kedalaman pasar keuangan merupakan tantangan utama likuiditas perbankan di 2017. "Likuiditas perbankan di Indonesia masih belum dalam. Regulator, pemerintah, dan industri perlu berupaya memperdalam pasar keuangan," kata Siddik dalam seminar "Risiko Likuiditas dan Dampaknya pada Industri Perbankan 2017" di Jakarta, Rabu (3/5).
Ia menjelaskan rasio kredit perbankan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih 35 persen dan simpanan dibanding PDB mencapai 39 persen. Angka tersebut termasuk rendah dibanding negara-negara ASEAN. Di Filipina, misalnya, kredit terhadap PDB tercatat 42 persen dan dan simpanan dibanding PDB mencapai 62 persen.
Kemudian, Siddik juga menjelaskan tantangan lain likuiditas perbankan 2017 yaitu penyesuaian target pertumbuhan kredit dengan dana pihak ketiga guna menjaga likuiditas. "Likuiditas faktor penting pertumbuhan kredit. Pergerakan pertumbuhan kredit siklusnya hampir sama dengan pertumbuhan DPK," ucap dia.
Siddik mengatakan pertumbuhan kredit tumbuh lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan DPK sejak 2004. "Kalau pertumbuhan DPK itu terus lebih rendah dari kredit, maka secara bertahap LDR (loan to deposit ratio) akan meningkat," kata dia. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibanding DPK rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) terus meningkat tajam dari 58,1 persen pada tahun 2004 menjadi 90,5 persen pada akhir 2016.
Dengan proyeksi pertumbuhan kredit dan DPK, LDR diperkirakan akan mencapai 92 persen pada 2019 dengan asumsi pertumbuhan kredit 13-15 persen dan pertumbuhan DPK rata-rata 12-14 persen per tahun. Sementara itu, kondisi likuiditas perbankan Indonesia dinilai masih cukup baik karena penempatan likuiditas bank di instrumen Bank Indonesia sekitar Rp402 triliun per Maret 2017. Posisi LDR tercatat 88,89 persen per Februari 2017 sedangkan loan to funding ratio (LFR) berada pada posisi 87,35 persen.
Sebelumnya, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo menjelaskan, ada bank yang kelebihan likuiditas, namun ada juga bank yang likuditasnya terbatas. "Ini tantangan bagi bank yang relatif akses ke pasar uang tidak semudah bank lainnya. Saat ini mereka cenderung mengalami tekanan seandainya likuiditas terbatas, sebut saja bank skala kecil," jelas Dody.
Tantangan lain adalah masih minimnya ketersediaan instrumen di pasar uang. Selain itu, akses bertransaksi antar bank di Indonesia juga belum merata, yang membuat aturan ini masih sulit mendorong bertambahnya likuiditas bank kecil. "Relatif ada segmentasi. Bagi bank yang tidak mengalami akses yang cukup kuat tidak ada ruang," terang Dody.
Oleh karena itu, bank sentral menerapkan GWM Primer Averaging secara parsial. Penerapan GWM Primer Averaging 6,5 persen secara penuh pun belum ditentukan waktunya. Aturan tersebut akan berlaku mulai 1 Juli 2017 mendatang. Dalam penerapannya, bank sentral menerapkan masa transisi selama satu bulan. Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.19/6/PBI/2017 tentang Perubahan Kelima Atas PBI Nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional.
NERACA Jakarta – Manulife Syariah Indonesia secara resmi memperkenalkan Ma’ruf Amin sebagai Ketua Dewan Pengawas Syariah yang telah ditunjuk pada…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total investasi dana pensiun sukarela mencapai Rp371,40 triliun per Maret 2025, meningkat…
NERACA Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) memberikan fasilitas cash loan (CL) dan non-cash loan (NCL) senilai Rp700 miliar kepada…
NERACA Jakarta – Manulife Syariah Indonesia secara resmi memperkenalkan Ma’ruf Amin sebagai Ketua Dewan Pengawas Syariah yang telah ditunjuk pada…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total investasi dana pensiun sukarela mencapai Rp371,40 triliun per Maret 2025, meningkat…
NERACA Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) memberikan fasilitas cash loan (CL) dan non-cash loan (NCL) senilai Rp700 miliar kepada…