NERACA
Jakarta - Pondok pesantren (Ponpes) di Indonesia mempunyai peran penting dalam perjalanan bangsa ini, mulai dari era kemerdekaan hingga era pembangunan saat ini. Sebagai lembaga pendidikan tertua di negeri ini, kontribusi pesantren bersama kyai dan santri diberbagai aspek, sudah tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya, pesantren tidak hanya dilihat sebagai lembaga pendidikan agama semata tetapi juga multifungsinya sebagai agen perubahan sosial,agen pemberdayaan ekonomi masyarakat maupun penjaga nilai budaya tertentu.
Maka menyadari pesantren memiliki peran strategis ditengah masyarakat, karena itu kehadirannya juga diperhitungkan oleh pemerintah.Apalagi tiap tahunnya, pertumbuhan pesantren terus tumbuh pesat dengan jumlah santrinya yang terus meningkat. Menurut data 2012, jumlah pondok pesantren mencapai 27.230. Kenaikan ini dinilai cukup pesat mengingat pada tahun 1977 jumlah ponpes hanya 4.195. Sementara jumlah santri mencapai 3.759.198 orang.
Menteri Agama, Lukman Hakim bilang, dahulu kenaikan jumlah ponpes 2,5% saja butuh waktu 20 tahun. Namun saat ini, pertumbuhannya sudah cepat. Yang pasti, kata Lukman, saat ini pesantren tidak hanya lembaga pendidikan agama saja tetapi juga punya posisi strategis di tengah-tengah era globalisasi masuknya nilai-nilai yang begitu leluasa tanpa filter.
Ditengah berjamurnya pesantren di Indonesia, maka kemandirian ekonomi di pesantren dan santrinya menjadi keniscayaan dan tantangan kedepan untuk mempertahankan eksistensinya tanpa harus menunggu bantuan “uluran tangan” pemerintah maupun pihak-pihak lain yang secara politis mempengaruhi roda kepemimpinan dan sistem pembelajaran di pesantren. Salah satu kemandirian ekonomi di pesantren adalah mengadopsi pemanfaatan hemat energi dan ramah lingkungan.
Kebutuhan energi, seperti gas tabung untuk memasak bagi ratusan santri pesantren cukup besar, apalagi tiap tahunnya pesantren tidak pernah sepi dari kedatangan santri dan santriwati baru. Menyadari besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli tabung gas untuk memasak ratusan santri, rupanya direspon PT Perusahaan Gas Negara (Perseroan) Tbk (PGAS) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang energi untuk mengajak para kyai dan santri hijrah penggunaan gas tabung ke gas bumi yang difasilitasi perseroan. Apalagi, pemanfaatan gas bumi dinilai lebih efisien, ramah lingkungan dan aman.
Salah satu pesantren yang menuai berkah dari pemanfaatan gas bumi yang dipasok PGN adalah Pesantren Terpadu Darul Muttaqin, Surabaya. Sudah hampir lima tahun terakhir ini, pesantren tersebut memasak untuk sekitar 100 orang santri sehari-hari menggunakan bahan bakar gas bumi dari PGN.”Kami menjadi pelanggan PGN sudah 5 tahun yang lalu, atau sejak awal 2011," kata Kepala Bidang Sarana Prasaranaa Darul Muttaqin, Luthfi Zamrono.
Luthfi mengungkapkan, gas bumi tersebut digunakan untuk keperluan memasak sehari-hari untuk para santri yang menimba ilmu di pesantren. Dirinya merasa bersyukur bisa mendapatkan pasokan gas dari PGN. Hal ini karena ada kepastian pasokan bahan bakar selama 24 jam untuk keperluan masak. Terlebih pesantren saat ini melayani sekitar 100 orang santri, sehinga selama proses memasak gtidak pernah terjadi hambatan.
Lebih Murah
Bicara efisiensi, Luthfi membenarkan penggunaan gas bumi jauh lebih murah dari gas elpiji. Disebutkan, pondok pesantren hanya mengeluarkan biaya pemakaian gas bumi Rp 750.000. Biaya ini jauh lebih hemat bila dibandingkan menggunakan elpiji yang bisa mencapai lebih dari Rp 2 juta per bulan.”Sebelumnya kami pakai elpiji. Ketika beralih ke gas bumi, biaya yang dikeluarkan jauh lebih hemat. Kalau pakai elpiji, biaya yang kami keluarkan bisa tiga kali lipatnya,"ungkapnya.
Komitmen PGN untuk membumikan penggunaan gas bumi di likungan pesantren cukup agresif. Sebelumnya, perseroan melakukan sosialisasi tentang pemanfaatan energi terbarukan dalam bentuk gasifikasi biomassa kepada para kiai dan peserta Silaturahmi Nasional (Silatnas) Ayo Mondok di Taman Candra Wilwatikta Pandaan Pasuruan. Gasifikasi biomassa yang telah dimanfaatkan oleh rumah tangga dan pesantren ini berupa pellet energi yang terbuat dari serbuk gergaji kayu dan aneka limbah pertanian, seperti jerami, sekam padi, dan tongkol jagung yang mudah diperoleh bahan bakunya.
Memasak dengan media kompor biomassa ini terbilang cukup cepat dan simpel. Kompor yang telah diisi dengan pellet kemudian disemperot dengan cairan spirtus dan kemudian diberi pemantik api, hingga api menyala dengan stabil dan tidak menimbulkan asap seperti dapur yang menggunakan bahan bakar kayu atau minyak. Dengan 7 ons pellet bisa digunakan untuk memasak sekitar 1-2 jam.
Melihat besarnya manfaat menggunakan energi biomassa, koordinator nasional gerakan “Ayo Mondok” KH Luqman Harits Dimyathi mendorong kalangan pesantren untuk dapat memanfaatkan energi alternatif ini untuk memenuhi kebutuhan memasak sehari-hari para santri. Menurutnya, pesantren hari ini harus mulai memanfaatkan energi alternafif ini karena biaya untuk memasak sangat hemat dan juga ramah lingkungan.
Saat ini, pondok pesantren di Jawa Timur (Jatim) perlahan mulai beralih dari memasak kebutuhan sehari-hari menggunakan elpiji ke kompor biomassa (pellet) yang efisien dan ramah lingkungan. Salah satunya pondok pesantren Nurul Huda, Bendungan Tengah, Keraton, Pasuruan, Jawa Timur. Selama ini, pondok pesantren ini menggunakan elpiji untuk kebutuhan memasak 250 santri putri, bahkan menggunakan minyak tanah bila isi ulang elpiji sulit didapat.
Sementara, untuk kebutuhan memasak 200 santri putra pesantren ini menggunakan kayu bakar. "Kami sangat bahagia bisa menggunakan kompor pellet dari PGN, karena dengan kayu bakar dan minyak tanah biayanya cukup mahal dan asap yang proses pembakaran cukup berbahaya bagi kesehatan para santri. Sedangkan tabung elpiji kadang sulit di dapat," kata Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Huda, Gus Nadhimuddin. Selain pesantren Nurul Huda, masih ada beberapa lagi pesantren yang mulai beralih menggunakan kompor biomassa.
Kata Direktur PGN, Dilo Seno Widagdo, di luar negeri penggunaan kompor biomassa sudah biasa dilakukan. Kompor Biomassa merupakan adopsi inovasi oleh PGN, untuk mendukung penggunaaan energi baru terbarukan di Indonesia. Kelebihan kompor pellet biomassa ini, tidak menghasilkan asap, sehingga aman bagi kesehatan. Apalagi di Indonesia saat ini sudah ada 14 pabrikan yang memproduksi pellet biomassa, namun karena belum ada pasar di dalam negeri, hampir seluruh produksinya di ekspor ke Korea dan Jepang.
Di dua negara tersebut pellet juga digunakan rumah tangga untuk memasak, selain ada sebagian untuk pembangkit listrik. Sedangkan untuk kompor biomassa, saat ini sudah ada beberapa produsen kompor lokal yang memproduksi dengan kualitas yang bagus dan harga terjangkau. Untuk harga kompor buatan lokal berkisar Rp400.000.”Kompornya buatan dalam negeri, ada banyak pabrik yang produksi pellet di berbagai daerah, bahan bakunya dari limbah, tidak ada impor sama sekali. Aman dan tidak menimbulkan asap," kata Dilo.
Asal tahu saja, untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi impor, PGN sedang membangun infrastruktur gas bumi di Jawa Timur termasuk di Pasuruan. Saat ini ada lebih dari 260 pelanggan yang menikmati gas bumi PGN yang efisien dan ramah lingkungan, mulai dari rumah tangga hingga industri. Kemudian untuk jaringan pipa gas PGN di Pasuruan baru sekitar 189 km, perseroan akan perluas sehingga rumah tangga, industri, usaha kecil, dan lainnya bisa segera menikmati gas bumi yang hemat dan bisa masak sepuasnya tanpa khawatir kehabisan gas.
Hingga saat ini PGN telah menyalurkan gas bumi ke lebih dari 107.690 rumah, lebih dari 1.850 pelanggan komersial seperti mal, restoran, dan rumah makan, serta lebih dari 1.529 industri besar dan pembangkit listrik. (bani)
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…