Liga Primer Indonesia

Neraca. Sejarah persepakbolaan Indonesia akan mencatat lahirnya kompetisi baru: Liga Primer Indonesia (LPI). Sebanyak 19 klub sudah memastikan diri mengikuti kompetisi yang digagas oleh pengusaha Arifin Panigoro tersebut.

Dari 19 klub tersebut, tiga klub di antaranya sudah tidak asing lagi di ranah sepak bola Indonesia. PSM Makassar, Persibo Brojonegoro, dan Persema Malang yang memilh hengkang dari Liga Super Indonesia demi menuju klub yang lebih profesional tanpa menggantungkan dana APBD.

Liga Primer Indonesia sifatnya independen atau berdiri sendiri dan terpisah dari PSSI, kompetisi ini diadopsi dari Liga Primer Inggris. Sosok dibalik Liga Primer Indonesia adalah seorang pengusaha kondang, Arifin Panigoro. Kompetisi Liga Primer Indonesia atau biasa disingkat LPI ini menggunakan sistem kompetisi penuh atau double round robin. Sebuah sistem pertandingan home and away.

Kota Solo di Jawa Tengah akan mencatatkan diri dalam sejarah karena di sinilah bergulir untuk pertama kali kompetisi LPI pada 8 Januari nanti. Klub Kota Malang, Persema, adalah salah satu anggota baru yang berani melawan borgol kompetisi yang selama ini dikunci rapat oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Si jabang bayi ini belum lahir saja sudah dicekik PSSI yang merasa hegemoni mereka terganggu. Berbagai alasan dicari untuk menggagalkan kelahiran LPI yang digagas pengusaha Arifin Panigoro itu. 

PSSI menilai LPI dan kegiatannya ilegal. Klub yang menjadi anggota LPI tidak diakui PSSI dan para pemainnya dilarang bergabung ke dalam tim nasional. Sikap PSSI menyebabkan pemain potensial Irfan Bachdim yang sejak awal bergabung dengan Persema terancam dicoret dari timnas. 

Liga Primer lahir di momen yang tepat. Tepat karena inilah saat yang belum pernah terjadi dalam sejarah sepak bola, publik begitu antusias menonton dan membayar. Banjir penonton yang antre karcis dalam turnamen Piala Suzuki yang baru lalu adalah contoh kebangkitan antusiasme itu. 

Ketika PSSI memvonis LPI sebagai kegiatan ilegal, jelas terlihat orientasi yang sangat berbeda di antara keduanya. PSSI lebih mengutamakan legalitas organisasi dan para pengurusnya, sedangkan LPI fokus pada mutu kompetisi, sesuatu yang boleh dikatakan telah mati selama era kepemimpinan Nurdin Halid. Itulah sebabnya desakan publik agar Nurdin mengundurkan diri tidaklah mengada-ada. 

Profesionalisme dan kemandirian adalah perbedaan fundamental antara LPI dan Liga Super Indonesia (LSI) yang dikelola PSSI. LPI menggerakkan kompetisi tanpa menyusu kepada APBD, sedangkan LSI bergantung pada suntikan dana pemerintah. Kalau sebuah kompetisi masih mengemis dana pemerintah, bagaimana mungkin menegakkan kemandirian? 

Seharusnya PSSI menerima kehadiran LPI dengan lapang dada karena itulah organisasi yang memperkaya kompetisi di Tanah Air. Dari kompetisi yang kaya dan bermutu akan lahir tim sepak bola yang bermutu di tingkat dunia. Bila sepak bola kita bermutu, keinginan Nurdin menjadikan Indonesia tuan rumah Piala Dunia masuk akal. Ada hal yang sulit diterima akal sehat adalah, keinginan PSSI menjadikan Indonesia tuan rumah Piala Dunia di tengah kompetisi sepak bola yang amburadul. 

Publik tidak ingin selera sepak bola mereka dikelabui dan dijajah kompetisi dengan PSSI sebagai penyelenggara tunggal. Oleh karena itu, seharusnya kita sambut gembira kompetisi Liga Primer yang menjanjikan mutu untuk memperkaya kualitas sepak bola Indonesia. Bahkan saat ini, perkembangan dari liga ini semakin pesat. Semoga dari kedua organisasi olahraga sepak bola ini, akan muncul pemain-pemain muda yang berbakat dan nantinya bisa berbicara di kancah internasional. Jadi, apanya yang salah dengan LPI? 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…