Indika Energy Siapkan Capex US$ 40,7 Juta

NERACA

Jakarta -Tahun ini, PT Indika Energy Tbk (INDY) menyiapkan belanja modal sebesar US$ 40,7 juta. Nilai belanja modal itu lebih kecil dari realisasi belanja modal pada tahun lalu yang sebesar US$ 58,7 juta. Informsai tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Penurunan harga batubara memaksa INDY sedikit menahan ekspansi sejak tahun lalu. Hal ini terlihat dari serapan anggaran belanja modal tahun lalu yang sebesar 85,9% dari alokasi anggaran awal yang senilai US$ 68,6 juta. Porsi belanja modal paling besar tetap akan disalurkan untuk anak usaha yang menggarap bisnis kontraktor batubara dan konstruksi pertambangan, PT Petrosea Tbk (PTRO). Belanja modal khusus PTRO mencapai US$ 27,4 juta.

Tahun ini, Petrosea banyak berharap bisa memperoleh tambahan pendapatan dari bisnis di luar penambangan batubara, seperti jasa minyak dan gas, rekayasa, dan konstruksi. Lalu, perusahaan transportasi dan logistik batubara terintegrasi, PT Mitrabahtera Sagara Sejati (MBSS) mendapat alokasi US$ 6,1 juta. Sementara produsen batuibara Kideco Jaya Agung mendapat alokasi belanja US$ 2,7 juta, dan untuk INDY sendiri sebesar US$ 4,7 juta.

Perseroan berharap volume batubara Kideco bisa mencapai 32 juta ton. Jumlah ini turun dibandingkan realisasi tahun 2015 lalu yang sebesar 39,8 juta ton. Per akhir tahun lalu, perseroan masih memiliki utang obligasi senilai US$ 671,4 juta yang terdiri atas senior notes sebesar US$ 171,4 juta, dan jatuh tempo pada 2018 mendatang, dan senior notes US$ 500 juta yang jatuh tempo tahun 2023.

Tercatat pada Desember 2015, perseroan berhasil menyelesaikan pembelian kembali sebagian obligasi tahun 2018 bernilai pokok US$ 126,6 juta dengan harga beli sekitar US$ 77,1 juta. Sementara saldo kas perseroan saat ini sebesar US$ 339,4 juta. Sepanjang tahun lalu, perseroan mencetak pendapatan sebesar US$ 1 miliar atau turun 1,1% dibandingkan tahun 2014. Pada periode itu, INDY masih membukukan kerugian sebesar US$ 44,5 juta.

Belum lama ini, Moody's menurunkan peringkat INDY menjadi Caa1 dari B3. Moody's juga menurunkan peringkat dua obligasi INDY menjadi Caa1. Outlook rating tersebut negatif. Penurunan peringkat ini mencerminkan utang perseroan yang besar, dan industri pertambangan global diperkirakan belum pulih. Sehingga, akan mempengaruhi arus kas perseroan. (bani)

BERITA TERKAIT

BTN Populerkan KPR Subsidi di Forum Keuangan Berkelanjutan

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…

BEI Buka Peluang Perpanjang Jam Perdagangan

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…

Siapkan Capex Rp1,8 Triliun - Blue Bird Tambah 1.200 Armada Taksi Baru

NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

BTN Populerkan KPR Subsidi di Forum Keuangan Berkelanjutan

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…

BEI Buka Peluang Perpanjang Jam Perdagangan

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…

Siapkan Capex Rp1,8 Triliun - Blue Bird Tambah 1.200 Armada Taksi Baru

NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…