Terperangkap Jebakan Globalisasi dan Ketergantungan

Oleh: Ambara Purusottama

Staf Pengajar, Prasetiya Mulya Business School

 

 

Pemerintah saat ini dihadapkan pada tantangan yang betul-betul kompleks. Tentunya tidak bisa dibandingkan dengan pendahulunya. Gelombang “serangan” datang silih berganti tanpa henti, baik dari luar maupun dari dalam. Beberapa kejadian yang menyebabkan melemahnya perekonomian Indonesiahampir tidak bisa diduga. Dengan kata lain ketidakpastian menjadi semakin pasti. Negara kita saat ini seperti terombang-ambing dan seolah-olah hanya menunggu nasib baik.Ketergantungan terhadap negara lain menjadi alasan utamanya.

Faktanya saat ini Indonesia sudah sangat bergantung kepada negara lain. Ketergantungan dari sisi ekonomi mungkin yang paling terasa saat ini. Amerika Serikat dan Cina merupakan dua negara yang saat ini berpengaruh besar terhadap kondisi global, termasuk Indonesia. Statistik menunjukkan bahwa setiap tindakan atau kebijakanyang diambil negara tersebut akan berpengaruh besar terhadap kondisi perekonomian negara ini. Beberapa kalangan berpendapat kondisi ini adalah konsekuensi dari globalisasi. Pada dasarnya globalisasi memiliki tujuan yang positif.Namun dampaknya tidak selalu “manis” dan kita selalu punya pilihan untuk menekan risiko yang akan terjadi.

Ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap kondisi global terlihat dari beberapa hal. Pertama, Indonesia sangat terekspos dengan harga komoditas. Hal ini disebabkan sebagian besar ekspor kita berbasis nilai tambah yang relatif rendah. Harga komoditas yang cenderung volatil berpengaruh terhadap kinerja keuangan Indonesia, khususnya ekspor. Pada saat harga komoditas sedang turun maka penerimaan pemerintah juga ikut-ikutan terkoreksi. Tidak hanya itu, efeknya dapat melebar hingga meningkatnya penggangguran. Padahal industri pertanian dan pertambangan merupakan salah satu tulang punggung penyerapan tenaga kerja Indonesia.

Kebijakan The Fed juga menjadi salah satu indikator ketergantungan Indonesia. Kebijakan yang dilakukan bank sentral AS, baik kebijakan konvensional maupun non-konvensional,berpengaruh besar terhadap kondisi perekonomian negara ini. Masih teringat pada saat The Fed merilis kebijakan non-konvensional, quantitative easing, kita seperti kejatuhan durian runtuh. Dana dari luar mengalir dengan derasnya. Capital inflow harus diakui ikut menggerakkan perekonomian kita ke tingkat yang lebih tinggi. Sebaliknya ketika The Fed merilis tapering-off perekonomian negara ini seperti mulai “kehabisan nafas”. Pada saat itu ekonomi cenderung mengalami perlambatan. Bahkan saat ini kita seakanterus menunggu kebaikan hati Gubernur The Fed, Janet Yellen, untuk menunda kebijakan menaikkan suku bunga sebagai reaksi membaiknya perekonomian Amerika. Gerak-gerik The Fed pun harus selalu diwaspadai karena bisa menyebabkancapital outflow yang masif.

Ketiga, tindakan pemerintah China membuat keadaan menjadi semakin buruk. Pelemahan nilai rupiah menjadi lebih terasa beberapa waktu belakangan sebagai akibat pemotongan nilai mata uang China, Yuan. Tujuan pelemahan nilai mata uang bukan tanpa alasan. Perlambatan ekonomi China dianggap sebagai pemicunya. Keinginan kuat untuk mempertahankan daya saing yang dimiliki menjadi dasar pengambilan keputusan pemerintah China yang dianggap “egois” bagi sebagian kalangan. Belum lagi efek dominonya seperti tindakan radikal pemerintah Vietnam yang justru ikut-ikutan memotong nilai mata uangnya, Dong.

Beberapa kejadian yang terjadi memang membuat posisi kita menjadi lebih sulit. Namun dalam konteks negara, tindakan negara Amerika dan China pada dasarnya bukan tindakan yang egois. Sangat dimengerti jika negara-negara tersebut mengambil tindakan dan bukan tanpa sebab. Pemulihan ekonomi menjadi kata kunci bagi keduanya. Amerika ingin pulih setelah resesi ekonomi berkepanjangan yang dialami sedangkan China ingin mendorong kembali pertumbuhan ekonominya seperti sebelumnya. Sebagai negara besar mereka pasti sudah mempertimbangkan dampaknya dan tidak berniat ingin merugikan negara lainnya. Namun momen yang cukup berdekatan membuat keadaan semakin sulit.

Pasar lokal langsung merespon negatif berbagai kejadian yang terjadi. Bursa efek hingga nilai mata uang menjadi indikator paling cepat dan mudah untuk diamati. Lebih lanjut, dampak negatif di sektor riil sudah mulai terasa. Merumahkan karyawan menjadi tindakan yang tidak terelakkanbagi beberapa perusahaan. Keadaan yang dilematis bagi perusahaan. Namun jika tidak melakukan hal tersebut maka beban operasional akan semakin membengkak. Akibat yang paling menakutkan dari kondisi ini adalah potensi gagal bayar, khususnya swasta. Utang luar negeri swasta tidak bisa dikatakan sedikit. 

Kondisi ekonomi saat initerjadi akibat terlalu fokus pada pertumbuhan tanpa diimbangi dengan konsep berkelanjutan. Singkatnya, kita melupakan manajemen risiko pengelolaan negara ini. Potensi pasar Indonesia yang begitu besar mendorong investor luar untuk mengais keuntungan yang menjanjikan. Indonesia merupakan salah satu negara yang diuntungkan ketika terjadi pemburukan ekonomidi negara-negara maju. Kondisi Amerika dan Uni Eropa yang cenderung tidak menguntungkan dimanfaatkan investor untuk memarkirkan dananya di tempat lain, termasuk Indonesia. Dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi membuat investor dapat menerima risiko berinvestasi di Indonesia.

Salah satu indikator ketidakseimbangan yang terjadi ditunjukkan oleh transaksi keuangan Indonesia. Bank Indonesia menyebutkan dana parkir di Indonesia justru sebagian besar bukan pada sektor yang sektor riil akan tetapi pada sektor investasi portfolio. Investasi portofolio dapat dikatakan sebagai “Hot Money” yang dapat datang dan pergi begitu saja atau dengan kata lain sifatnya lebih jangka pendek. Kecenderungan ini bisa dilihat pada statistik neraca pembayaran Indonesia bahwa grafik investasi portfolio memiliki tingkat volatilitas tinggi. Selain itu, proporsinya yang cenderung lebih besar menggambarkan ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap pihak luarmemiliki kecenderungan jangka pendek.

Growth vs Sustainability?

Hendaknya saat ini kita tidak lagi berpikir lagi seperti biasa. Pertumbuhan ekonomi memang penting tapi keberlanjutan ekonomi negara ini juga tidak kalah peting. Apa gunanya pertumbuhan tinggi namun hanya sesaat.Ketergantungan terhadap negara lain menjadi penyebab utamanya. Meskipun memberikan dampak postitif, ketergantungan merupakan sesuatu hal yang tidak selalu menyenangkan. Keadaan ekonomi saat ini merupakan tamparan keras bagi Indonesia untuk tidak lagi berpikir pertumbuhan. Kondisi saat ini juga menunjukkan negara ini terlalu mengandalkan dana luar tanpa memperbaiki kondisi internal. Keseimbangan merupakan kunci utama untuk bertumbuh namun tetap berdaya tahan.

Tidaklah mudah dan butuh waktu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Masalah yang terjadi sangatlah kompleks. Solusi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi harus dilakukan secara menyeluruh. Tindakan jangka pendek dan jangka panjang menjadi respon yang harus dilakukan. Tindakan jangka pendek menjadi sangat penting untuk mencegah keadaan menjadi semakin parah sedangkan tindakan jangka panjang bertujuan untuk memperbaiki ketahanan ekonomi nasional.

Tindakan jangka pendek akan fokus pada keseimbangan antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter fokus untuk menahan capital outflowagar tidak terlalu banyak yang keluar dan sekaligus menahan laju inflasi. Sedangkan peran kebijakan fiskal lebih difokuskan untuk menggerakkan perekonomian dan menahan laju pengangguran. Saat ini dunia usaha sedang mengalami problematika meningkatnya biaya produksi. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya harga bahan baku dan biaya bunga yang meningkat. Untuk menghemat biaya paling mudah adalah mengurangi salah satu faktor produksi yang ada, yaitu manusia. Meskipun mereka akan terekspos dengan biaya kompensasi karyawan namun minimnya pilihan membuat merumahkan karyawan menjadi jalan keluar yang paling mungkin. Dari semua biaya yang muncul, pajak merupakan faktor pengurang laba. Insentif pajak yang diberikan merupakan kompensasi bagi dunia usaha yang paling logis saat ini.

Pemerintah dalam jangka pendek juga harus memitigasi potensi terjadinya gagal bayar. Utang luar negeri yang membengkak sebagai akibat dari pelemahan nilai rupiah harus diantisipasi sejak dini. Pemerintah harus segera menyiapkan dana sebagai jalan keluarnya. Dana tersebut berfungsi sebagai dana cadangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Dana tersebut dapat dihimpun dari dalam maupun luar negeri. Tindakan ini bertujuan menstimulasi perekonomian agar dapat tetap berjalan apabila dibutuhkan. Disamping itu dapat memberikan efek positif secara psikologis kepada dunia usaha bahwa pemerintah tidak tinggal diam terhadap permasalahan yang dihadapi.

Dalam jangka panjang terdapat beberapa fokus yang perlu dilakukan. Pertama, perbaikan iklim bisnis dalam negeri termasuk merampingkan birokrasi perijinan berinvetasi langsung di Indonesia. Program ini akan meningatkan daya tarik investor dari luar untuk memarkirkan dananya dalam bentuk aset riil. Selain ekonomi dapat tetap dapat bertumbuh tumbuh, pengangguran pun akan dapat ditekan. Kedua, mendorong industri yang mempunyai nilai tambah dan memiliki daya saing. Tidak lagi berpangku pada industri yang terekspos langsung dengan harga pasar seperti komoditi bahan mentah. Terakhir adalah mengurangi ketergantungan terhadap barang impor yang sifatnya konsumsi yang cenderung tidak produktif, termasuk bahan bakar minyak.

Untuk mengimplementasikan strategi tersebut tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah sebagai regulator diharapkan mampu bertindak tegas meskipun kebijakan yang diambil tidak populis. Ketegasan pemerintah akan menjadi kunci sukses keberhasilan. Selain itu, dukungan dunia usaha dan masyarakat menjadi tidak kalah penting. Dukungan tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara. Kritikan yang membangun menjadi salah satunya. Kolaborasi yang baik dari berbagai pihak akan mempercepat tercapainya tujuan bersama.

BERITA TERKAIT

Jaringan Buzzer Konten Negatif Terbongkar, Masyarakat Wajib Jernih Terima Informasi

  Oleh : Kurniawan Santoso, Pemerhati Media Sosial    Gelombang narasi negatif yang belakangan ini beredar di tengah masyarakat dan…

PP Pemberantasan Judi Daring, Langkah Tegas Cegah Penyebaran

    Oleh : Tasya Nanda Syafitri, Pemerhati Sosial dan Budaya   Upaya pemerintah dalam memberantas praktik Judi Daring menunjukkan…

Tanggul Laut di Pantura Bukti Negara Hadir untuk Rakyat Pesisir

Oleh: Wahyu Gunawan, Peneliti Ekonomi dan Pembangunan Pembangunan tanggul laut di sepanjang pantai utara Jawa mulai dilakukan secara bertahap sebagai…

BERITA LAINNYA DI Opini

Jaringan Buzzer Konten Negatif Terbongkar, Masyarakat Wajib Jernih Terima Informasi

  Oleh : Kurniawan Santoso, Pemerhati Media Sosial    Gelombang narasi negatif yang belakangan ini beredar di tengah masyarakat dan…

PP Pemberantasan Judi Daring, Langkah Tegas Cegah Penyebaran

    Oleh : Tasya Nanda Syafitri, Pemerhati Sosial dan Budaya   Upaya pemerintah dalam memberantas praktik Judi Daring menunjukkan…

Tanggul Laut di Pantura Bukti Negara Hadir untuk Rakyat Pesisir

Oleh: Wahyu Gunawan, Peneliti Ekonomi dan Pembangunan Pembangunan tanggul laut di sepanjang pantai utara Jawa mulai dilakukan secara bertahap sebagai…