Tenaga Kerja Pertanian Kian Menipis

NERACA

Jakarta - Sebagai negara agraris, Indonesia justru belum bisa memaksimalkan peran sektor pertanian. Bahkan malah sebaliknya sektor ini mulai terpinggirkan. Salah satu indikatornya terlihat dari data terbaru yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai struktur lapangan pekerjaan Indonesia hingga Februari 2014, mereka lebih pada lari bekerja pada sektor indutri.

Berdasarkan data yang ada lapangan pekerjaan sektor pertanian konsisten ditinggalkan masyarakat. Pada Februari 2012 jumlah masyarakat bekerja sektor pertanian mencapai 42,36 juta orang. Setahun kemudian atau Februari 2013, jumlah pekerja ini turun hingga hanya 41,11 juta orang. Per Februari 2014, pekerja sektor pertanian tinggal 40,83 juta orang.

“Mulai berkembangnya industri di Indonesia, menjadikan para tenaga kerja lebih memilih bekerja menjadi buruh pabrik dibandingkan menjadi petani,” kata Wynandin Imawan, Deputi Bidang Statistik Sosial, BPS sesaat memberikan paparan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2014, di Jakarta Senin (5/5).

Sejalan dengan itu, lapangan kerja yang terus meningkat jumlah pekerjanya dalam 3 tahun terakhir adalah lapangan kerja sektor industri, konstruksi, perdagangan, transportasi, keuangan, serta jasa kemasyarakatan.

Sedangkan menurut kepala BPS Suryamin menuturkan, jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan pada hampir semua sektor. Terutama sektor jasa kemasyarakatan meningkat sebanyak 640.000 dalam satu tahun terakhir. "Sektor perdagangan bertambah 450.000, sektor industri bertambah 390.000 orang. Sedangkan mengalami penurunan hanya sektor pertanian sebanyak 280.000 orang berkurang dibanding tahun lalu," katanya.

Dilain tempat Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Lukita Dinarsyah mengatakan, penyerapan tenaga kerja tertinggi berada di sektor industri dan jasa yang bersifat modern.

"Kemarin baru saja bergeser dari sektor primer. Yang didorong dari aturan yang baru agar sektor primer yang misalnya mineral untuk mengembangkan di dalam negeri, itu adalah salah satu upaya untuk menyerap dari setiap pertumbuhan ekonomi yang dimiliki," paparnya.

Sebenarnya, lanjut Lukita, sektor industri tanah air pernah mampu menyerap sekitar 300.000 hingga 400.000 tenaga kerja. Beberapa tahun belakangan ini, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi mampu menyerap sekitar 200.000 hingga 250.000 tenaga kerja.

"Itu memang pada saat sektor industri manufaktur jadi salah satu pendorong utama. Makanya ini didorong lagi termasuk hilirisasi industri itu. Ini baru kuartal I kita selalu hitungnya dalam satu tahun growth ekonominya berapa," tutur Lukita.

Dia mengklaim, pemerintah terus mendorong sektor manufaktur untuk terus bertumbuh agar tenaga kerja yang terserap semakin besar. "300.000 itu kan kondisi beberapa tahun lalu. Ini yang sekarang kita lakukan transformasi atau penguatan struktur ekonomi, termasuk hilirisasi dan MP3EI, pengembangan koridor kawasan ekonomi khusus itu kan larinya ke sektor industri," tutupnya. [agus]

BERITA TERKAIT

Jaringan Ekonomi Kreatif Indonesia (JEKI) Resmi Diluncurkan, Siap Salurkan Modal untuk Industri Kreatif

    NERACA Jakarta - Jaringan Ekonomi Kreatif Indonesia (JEKI) secara resmi diluncurkan di Hotel Des Indes Menteng, Jakarta yang…

Sepakat dengan Menhub, Ekonom Minta Pemerintah Tak Gegabah Atur Ojol

NERACA Jakarta - Gelombang tuntutan dari pengemudi ojek online (ojol) kembali memuncak dengan aksi demonstrasi besar pada 20 Mei 2025.…

Dirjen Bea Cukai Bakal Libatkan TNI dan Polri untuk Atasi Penyelundupan

  NERACA Jakarta - Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Djaka Budi Utama menyampaikan bakal menggandeng aparat TNI dan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Jaringan Ekonomi Kreatif Indonesia (JEKI) Resmi Diluncurkan, Siap Salurkan Modal untuk Industri Kreatif

    NERACA Jakarta - Jaringan Ekonomi Kreatif Indonesia (JEKI) secara resmi diluncurkan di Hotel Des Indes Menteng, Jakarta yang…

Sepakat dengan Menhub, Ekonom Minta Pemerintah Tak Gegabah Atur Ojol

NERACA Jakarta - Gelombang tuntutan dari pengemudi ojek online (ojol) kembali memuncak dengan aksi demonstrasi besar pada 20 Mei 2025.…

Dirjen Bea Cukai Bakal Libatkan TNI dan Polri untuk Atasi Penyelundupan

  NERACA Jakarta - Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Djaka Budi Utama menyampaikan bakal menggandeng aparat TNI dan…