Neraca, Jakarta Timur tak pernah kehilangan denyut kehidupannya. Di balik padatnya aktivitas perdagangan, tumpukan pemukiman, serta dinamika sosial yang beragam, Jatinegara menyimpan kisah anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan berbagai keterbatasan. Di sinilah muncul tantangan sekaligus harapan untuk memastikan mereka tetap punya ruang berkembang, terutama dalam penguatan karakter dan keterampilan non-akademik.
Melihat realita ini, mahasiswa/i Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR mencoba hadir melalui program Satoe Spark, sebagai bagian dari implementasi pembelajaran Community Development yang mereka jalani. Bukan sekadar program sekali jalan, Satoe Spark diharapkan menjadi pemantik awal agar percikan kecil yang ditanamkan, bisa terus menyala dan berkembang jangka panjang.
“Yang ingin kami bangun bukan hanya kegiatan seremonial, tapi bagaimana proses belajar ini bisa memberikan bekal yang akan terus mereka bawa ke kehidupan sehari-hari,” ujar Silvia Praestice, Ketua Pelaksana Satoe Spark.
Melalui serangkaian workshop kreatif, seperti tie dye, public speaking, hingga penguatan kerja sama tim, anak-anak di Rumah Belajar Gang Satoe diberikan pengalaman belajar yang menyenangkan. Mereka diajak untuk tampil percaya diri, menyampaikan ide, berlatih bicara di depan umum, sekaligus merasakan bagaimana pentingnya kerja sama dan saling menghargai.
Bagi mahasiswa LSPR yang terlibat, Satoe Spark bukan hanya bagian dari proses akademik, tetapi juga membuka pandangan baru tentang pentingnya menciptakan program sosial yang berkelanjutan. “Kami belajar bahwa keberlanjutan bukan hanya soal berapa banyak kegiatan yang dibuat, tapi bagaimana komunitas lokal bisa terus berdaya dan menjalankan program ini bahkan setelah kami selesai,” tambah Silvia.
Keberlanjutan yang dimaksud mencakup penguatan peran Rumah Belajar Gang Satoe sebagai pusat pembelajaran komunitas, serta menjalin kolaborasi jangka panjang dengan Karang Taruna sebagai mentor lokal. Dengan keterlibatan aktif komunitas, benih soft skill yang ditanamkan bisa terus bertumbuh, bukan hanya di generasi saat ini, tapi juga untuk generasi selanjutnya.
Dari sudut pandang mahasiswa/i LSPR, Satoe Spark menjadi bukti nyata bahwa pendidikan bukan melulu tentang kurikulum, tetapi soal bagaimana memberi ruang bagi setiap anak untuk berani mencoba, mengekspresikan diri, dan menumbuhkan percaya diri mereka. “Setiap percikan kecil yang kita nyalakan hari ini, semoga bisa terus menyinari langkah mereka menuju masa depan yang lebih baik,” tutup Silvia penuh harap.
Pengurus Bank Sampah Beo Asri melakukan penimbangan minyak jelantah atau used cooking oil (UCO), yang dikumpulkan oleh warga di Kelurahan…
CAPAIAN TRANSAKSI UMKM PERIODE JANUARI - MEI 2025 : Pekerja menata kerajinan produksi UMKM yang dijual di pusat oleh-oleh Dekranasda…
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TENGAH MENURUN : Sejumlah pencari kerja antre mencari informasi saat pameran bursa kerja di Solo,…
Pengurus Bank Sampah Beo Asri melakukan penimbangan minyak jelantah atau used cooking oil (UCO), yang dikumpulkan oleh warga di Kelurahan…
CAPAIAN TRANSAKSI UMKM PERIODE JANUARI - MEI 2025 : Pekerja menata kerajinan produksi UMKM yang dijual di pusat oleh-oleh Dekranasda…
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TENGAH MENURUN : Sejumlah pencari kerja antre mencari informasi saat pameran bursa kerja di Solo,…