NERACA
Jakarta – Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia dan memiliki kekayaan biodiversitas flora atsiri yang mencapai hingga 97 jenis tanaman. Minyak atsiri menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia yang memiliki nilai strategis, baik dari sisi ekonomi maupun sebagai bahan dasar pengembangan industri berbasis sumber daya alam.
Saat ini, Indonesia menempati posisi sebagai eksportir minyak atsiri terbesar ke-8 di dunia, dengan nilai ekspor mencapai USD259,54 juta pada tahun 2024. Tujuan utama ekspor minyak Atsiri Indonesia selama periode tahun 2019 – 2024 yaitu negara India, Amerika serikat, China, Singapura, dan Perancis.
“Berangkat dari potensi tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan industri minyak atsiri, dengan melakukan pembentukan Pusat Flavor and Fragrance (PFF) di Bali dan Sumatera Barat, sebagai upaya mendorong pengembangan industri hilir,” ujar Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza di Jakarta.
Namun demikian, beberapa tantangan yang dihadapi industri minyak atisiri di dalam negeri, antara lain keterbatasan ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan, terbatasnya akses ke pasar global, kurangnya diversifikasi produk hilir, serta keterbatasan teknologi produksi dan pengolahan. “Untuk itu, diperlukan sinergi yang kuat antara pemerintah, pelaku industri, dunia pendidikan, dan masyarakat, guna membangun industri atsiri yang inklusif, adaptif, dan berdaya saing global,” ungkap Faisol.
Sebagai langkah strategis dalam menjawab tantangan tersebut, pemerintah mendorong implementasi kebijakan yang mencakup peningkatan jaminan ketersediaan bahan baku, peningkatan kemampuan produksi dan mutu minyak atsiri nasional, serta penguatan posisi dagang minyak atsiri nasional di pasar domestik dan global.
“Kebijakan lainnya, yakni penguatan pasar dan investasi dengan menciptakan ekosistem usaha yang kondusif dan inklusif, serta penguatan diversifikasi produk hilir minyak atsiri melalui inovasi dan pengembangan nilai tambah, guna mendorong munculnya produk-produk kreatif dan berdaya saing tinggi yang berbasis kekayaan hayati Indonesia,” imbuh Faisol.
Tahun ini, Kemenperin hadir dalam program inisiatif strategis yang mampu mengintegrasikan promosi, edukasi, kolaborasi, dan inovasi dalam satu rangkaian kegiatan terpadu melalui penyelenggaraan Aromatika Indofest 2025. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk melahirkan gagasan baru, penguatan ekosistem minyak atsiri, perluasan akses dan pangsa pasar minyak atsiri, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya, inovasi, dan kontribusi dalam bidang minyak atsiri.
“Melalui kesempatan ini, saya mengajak seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, pelaku usaha, penggiat aromatika, komunitas, serta media untuk bersama-sama meningkatkan awareness, partisipasi, dan kemitraan strategis dalam menyukseskan Aromatika Indofest 2025,” tutur Faisol.
Faisol berharap kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan Aromatika Indofest 2025, untuk bersama-sama sukseskan kegiatan tersebut. “Semoga program ini dapat menjadi momentum penting dalam memperkenalkan dan memajukan produk unggulan dari industri minyak atsiri ke pasar dunia,” jelas Faisol.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyatakan, kegiatan Aromatika Indofest 2025 sebagai momentum memperkuat branding minyak atsiri Indonesia di tingkat nasional dan internasional. “Melalui sinergi semua pihak, kita berharap bisa meningkatkan daya saing produk minyak atsiri, memperluas akses pasar, serta mendorong munculnya inovasi berbasis kekayaan hayati Indonesia,” ujar Putu.
Sebelumnya Putu juga menyatakan, minyak atsiri memiliki peran strategis dalam berbagai industri, seperti penggunaannya pada produk flavor, fragrance, dan wellness. “Dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia sebagai salah satu penghasil minyak atsiri terbesar di dunia, kami bertekad untuk mendorong hilirisasi komoditas ini demi meningkatkan nilai tambah dan daya saing di pasar internasional,” ujar Putu.
Selain itu Kemenperin mendukung ekspor produk berbasis minyak atsiri dengan standar tinggi yang diminati pasar internasional, dengan cara menguatkan daya saing sektor pariwisata seperti Bali, Sumatera Barat dan provinsi lainnya melalui kolaborasi dengan pelaku usaha di industri spa, wellness, hotel dan wewangian.
NERACA Indramayu – Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taufan Marhaendrajana,…
NERACA Jakarta - Pemerintah terus memperkuat stabilitas sektor industri padat karya melalui deregulasi dan perlindungan tenaga kerja guna mencegah potensi…
NERACA Jakarta – Industri wastra atau kain tradisional Indonesia seperti batik dan tenun sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri fesyen…
NERACA Indramayu – Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taufan Marhaendrajana,…
NERACA Jakarta - Pemerintah terus memperkuat stabilitas sektor industri padat karya melalui deregulasi dan perlindungan tenaga kerja guna mencegah potensi…
NERACA Jakarta – Industri wastra atau kain tradisional Indonesia seperti batik dan tenun sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri fesyen…