Pengelolaan Finansial Mumpuni Tumbuhkan Kewirausahaan

 

NERACA

Jakarta – Di tengah semakin kompleksnya tantangan dunia usaha, kewirausahaan tidak lagi dipahami sekadar sebagai aktivitas berjualan atau membuka usaha kecil. Kewirausahaan sudah menjelma menjadi sebuah pola pikir strategis yang melibatkan keberanian mengambil risiko, inovasi dan pengelolaan sumber daya secara efektif. Salah satu sumber daya paling krusial yang kerap terabaikan adalah aspek finansial.

Masih rendahnya literasi keuangan menjadi penghambat utama tumbuhnya kewirausahaan yang tangguh. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2025 menunjukkan, indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 66,46%. Sementara, pada tahun 2023, indeks literasi keuangan adalah 65,43%. Meski terlihat naik, kenaikan indeks literasi keuangan hanya 1.03% dalam dua tahun. 

“Sinergi antara kewirausahaan dan literasi keuangan sangat penting dan berfungsi sebagai fondasi untuk menghadapi dunia yang kompetitif. Kewirausahaan adalah cara berpikir yang melahirkan solusi terhadap permasalahan sosial, sementara literasi keuangan adalah keterampilan mengelola sumber daya secara bijak, dua hal yang sangat relevan untuk masa depan,” jelas Peneliti dan Analis Kebijakan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Muhammad Nidhal dalam CIPS Learning Hub (CLH) Goes to Campus yang berlangsung pada Kamis (15/5).

Penelitian CIPS pada tahun 2022 mengungkapkan, kesenjangan antara inklusi dan literasi keuangan masih sangat besar. Kesenjangan ini berdampak serius pada para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), di mana lebih dari 80% diantaranya gagal bertahan di tahun ketiga karena lemahnya pemahaman dalam pengelolaan keuangan.

CIPS merekomendasikan beberapa hal untuk memperkuat kewirausahaan di Indonesia. Yang pertama adalah kolaborasi lintas sektor sebagai solusi utama untuk meningkatkan literasi keuangan dan kewirausahaan di Indonesia. Pemerintah sebagai regulator diharapkan terus memperbarui kebijakan agar relevan dengan tantangan zaman dan mendukung ekosistem kewirausahaan yang berkelanjutan. 

Sektor swasta pun diimbau untuk aktif terlibat melalui program tanggung jawab sosial (CSR) dan kolaborasi dengan komunitas serta lembaga pendidikan. Yang kedua adalah penguatan kegiatan edukatif berbasis praktik kewirausahaan di lingkungan pendidikan serta pemanfaatan teknologi edukatif, seperti permainan Monetory untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan keuangan. Penting untuk membangun pola pikir kewirausahaan yang berorientasi pada aksi nyata, komitmen, dan konsistensi, bahkan dari hal-hal kecil di sekitar kita. 

CIPS, berkolaborasi dengan Ultra Voucher dan IPMI Institute melalui Program CLH Goes to Campus, berupaya menyuguhkan sudut pandang baru dalam memahami isu-isu yang relevan dengan masyarakat, khususnya dalam bidang kewirausahaan dan literasi finansial. Selain itu, kami ingin menginspirasi mahasiswa dalam membekali diri menghadapi tantangan ekonomi masa depan. 

Bertempat IPMI Institute, kegiatan ini mengangkat tema “Siap Taklukan Pasar dengan Kewirausahaan dan Melek Finansial” dengan menggandeng akademisi, pelaku industri, dan peneliti kebijakan publik. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta mengenai pentingnya pengelolaan keuangan dalam merintis dan mengembangkan usaha, serta bagaimana prinsip kewirausahaan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengambilan keputusan finansial yang bijak.

CLH menghadirkan diskusi interaktif dan permainan edukatif berbasis studi kasus lewat aplikasi Monetory, sebuah game yang dikembangkan oleh CIPS, berguna untuk melatih konsumen muda agar dapat membuat keputusan finansial yang cerdas dan bijak.

Inisiatif ini dirancang agar generasi muda, tidak hanya memahami prinsip dasar pengelolaan keuangan, tetapi juga mampu merancang solusi praktikal yang dapat meningkatkan daya tahan usaha sejak dini. Tujuan dari sesi ini adalah menumbuhkan kesadaran praktis peserta tentang bagaimana keputusan keuangan dapat berdampak terhadap tujuan hidup, termasuk dalam membangun usaha. 

Dengan pendekatan yang menyenangkan dan aplikatif, peserta diharapkan tidak hanya memahami teori, tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung dalam mengasah keterampilan finansial dan kewirausahaan mereka.

BERITA TERKAIT

Regulasi Adaptif untuk Lindungi Pebisnis di Era "Gig Economy"

    NERACA Jakarta – Direktur Program dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eisha Maghfiruha Rachbini menilai adanya…

Pemerintah Optimis Target Pertumbuhan Ekonomi Tercapai

    NERACA Jakarta – Di tengah tantangan global dan ketidakpastian perekonomian dunia, Pemerintah Indonesia tetap optimis bahwa target pertumbuhan…

Pemerintah Evaluasi Tarif Angkutan Udara

  NERACA Jakarta – Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan sedang mengevaluasi penetapan tarif angkutan udara dengan mempertimbangkan kenaikan biaya…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pengelolaan Finansial Mumpuni Tumbuhkan Kewirausahaan

  NERACA Jakarta – Di tengah semakin kompleksnya tantangan dunia usaha, kewirausahaan tidak lagi dipahami sekadar sebagai aktivitas berjualan atau…

Regulasi Adaptif untuk Lindungi Pebisnis di Era "Gig Economy"

    NERACA Jakarta – Direktur Program dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eisha Maghfiruha Rachbini menilai adanya…

Pemerintah Optimis Target Pertumbuhan Ekonomi Tercapai

    NERACA Jakarta – Di tengah tantangan global dan ketidakpastian perekonomian dunia, Pemerintah Indonesia tetap optimis bahwa target pertumbuhan…