Industri Harus Mengintegrasikan Prinsip-Prinsip Keberlanjutan

NERACA

Bali – Di tengah semakin besarnya tantangan perubahan iklim dan meningkatnya permintaan pangan global, transformasi di sektor kelapa sawit menjadi sebuah kebutuhan. Industri tidak bisa lagi hanya fokus pada peningkatan produksi tetapi harus mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan agro-ekologi ke dalam setiap aspek pertanian kelapa sawit.

“Kami percaya bahwa masa depan industri kelapa sawit bergantung pada inovasi berkelanjutan dan kolaborasi erat antara berbagai pihak. Seperti pemerintah, pelaku usaha, Lembaga Swadaya Masyarakat, akademisi, serta masyarakat. Kami telah berkomitmen untuk menerapkan praktik terbaik dalam pertanian berkelanjutan, serta melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem di sekitar kita,” jelas Franky O. Widjaja, Chairman and CEO, Sinar Mas Agribusiness and Food.

Dewi Lestari Yani Rizki, Direktur Konservasi Yayasan WWF Indonesia menambahkan, pihaknya meyakini industri kelapa sawit dapat bertransformasi menjadi bisnis sustainable kedepan untuk mendukung capaian Pemerintah Indonesia yaitu penurunan emisi karbon dan juga menyelamatkan keanekaragaman hayati. “Untuk itu perlu keseriusan bagi industri kelapa sawit untuk menerapkan tata kelola menuju keberlanjutan agar bisa menjawab tantangan pasar global,” jelas Dewi.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono menjelaskan, Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung tiga prioritas program yang diusung Presiden Prabowo Subianto, yaitu swasembada pangan, swasembada energi, serta hilirisasi industri. Melalui pengelolaan sumber daya alam yang bijak, Indonesia dapat mencapai kemajuan dalam sektor pangan dan energi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Tidak hanya itu, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan juga mendorong swasembada pangan melalui program tumpang sari tanaman pangan (padi gogo) di lahan perkebunan termasuk lahan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dan lahan kelapa. Ini sebagai bentuk upaya pemerintah dalam memperkuat pangan nasional di masa mendatang.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga mengatakan, program tumpang sari padi gogo di lahan perkebunan merupakan suatu keharusan untuk mempercepat akselerasi swasembada dan jadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia, dengan memaksimalkan segala potensi yang ada untuk mencapai kedaulatan pangan.

Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto pun mengatakan, “adanya program Kementan khususnya penanaman padi gogo yang diterapkan di lahan atau kebun PSR ini, dapat saling menguatkan, baik itu menjaga ketahanan pangan nasional maupun pengembangan serta penguatan perkelapasawitan Indonesia tetap berjalan lancar dan optimal.”

“Saya berharap, dengan kerja keras dan semangat gotong royong, kita akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan pertanian Indonesia termasuk tersedianya keberlanjutan pangan di masa mendatang,” harap Heru.

Sehingga dalam hal ini Heru meminta agar semua pihak mempercepat musim tanam padi pada periode Januari-Maret 2025 dan memastikan kesiapan benih serta kebutuhan maupun perlengkapan pertanian lainnya.

“Keberhasilan program ini akan sangat berdampak positif bagi pertanian di masa mendatang. Untuk wujudkan pertanian berkelanjutan dan kemandirian pangan, sangat bergantung pada kerjasama dan komitmen yang baik antara semua elemen. Mari kita wujudkan bersama, bersama kita pasti bisa,” tutup Heru.

Pemerintah menargetkan peningkatan produksi padi melalui pengoptimalan berbagai lahan di seluruh Indonesia, termasuk lahan perkebunan. Langkah strategis ini diyakini dapat mendorong peningkatan produksi pangan dan mengoptimalkan lahan kering, sesuai dengan arahan Menteri Pertanian.

Cita-cita besar Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada pangan Indonesia secepatnya. Ini bisa kita wujudkan bersama.

Program swasembada pangan dimaksudkan untuk memastikan ketersediaan pangan tercukupi bagi seluruh masyarakat Indonesia di masa mendatang.

Terlaksananya swasembada pangan dapat menghemat devisa hingga USD5,2 miliar. Menaksir penghematan itu dapat tercapai jika swasembada untuk empat komoditas, yaitu beras, gula, garam,  dan  jagung, berhasil dilakukan.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Kontraktor Diajak Garap Carbon Capture

NERACA Tangerang - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengajak Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) minyak dan gas…

Ekosistem Industri Minyak Atsiri

NERACA Jakarta – Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia dan memiliki kekayaan biodiversitas flora atsiri…

Di Forum BRICS, Indonesia-Brasil Sepakat Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara

NERACA Jakarta – BRICS bukan sekadar forum ekonomi biasa, tetapi aliansi ini juga mencerminkan tatanan dunia baru di mana negara-negara berkembang membangun solidaritas…

BERITA LAINNYA DI Industri

Kontraktor Diajak Garap Carbon Capture

NERACA Tangerang - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengajak Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) minyak dan gas…

Ekosistem Industri Minyak Atsiri

NERACA Jakarta – Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia dan memiliki kekayaan biodiversitas flora atsiri…

Di Forum BRICS, Indonesia-Brasil Sepakat Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara

NERACA Jakarta – BRICS bukan sekadar forum ekonomi biasa, tetapi aliansi ini juga mencerminkan tatanan dunia baru di mana negara-negara berkembang membangun solidaritas…

Berita Terpopuler