Sosialisasi AC Hemat Energi Perlu Diperkuat Lagi

Keberadaan air conditioning (AC) menjadi sarana penting untuk meningkatkan kenyamanan hidup. Namun di sisi lain,penggunaan AC juga punya dampak signifikan terhadap lingkungan, karena AC menjadi produk elektronik yang tinggi terhadap penggunaan energi listrik, dan karena itu AC menjadi produk yang banyak meninggalkan jejak karbon (carbon footprint).

Terkait dengan hal ini, maka kebijakan Kementerian ESDM untuk mewujudkan produk AC yang hemat energi, patut didukung karena merupakan kebijakan yang baik dan strategis. Persoalannya, apakah kebijakan ini cukup efektif untuk mendorong perubahan perilaku konsumen dalam menggunakan produk AC-nya.

Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan,  masyarakat ketika melakukan proses pembelian di toko dan pemasangan di rumah tidak ada upaya sosialisasi dan edukasi baik dari pemilik toko ataupun teknisi yang memasang AC di rumah tentang arti dari label hemat energi tersebut. “Ini sebenarnya perlu menjadi catatan, apakah mereka sebetulnya juga memahami arti dari label hemat energi tersebut atau tidak,”ujarnya di Jakarta, Kamis (27/6).

Hal ini diperkuat berdasar hasil survei bahwa rata-rata jenis kelamin responden yang ditemui adalah perempuan ibu rumah tangga, kemudian dari hasil survei tersebut juga temukan bahwa masih sedikit sekali responden yang memiliki AC dengan label tanda hemat energi dalam rumah tangga, ada juga responden yang memiliki AC dengan label tanda hemat energi, akan tetapi mereka sendiri belum paham arti dan maksud dari label tersebut.

Selain itu, survei YLKI terhadap konsumen di area DKI Jakarta membuktikan mayoritas responden memiliki setidaknya 1 AC dengan label hemat energi yaitu sebesar 44 %. Namun masih banyak juga responden yang memiliki AC tanpa label tanda hemat energi yaitu sebesar 36%. Dari hasil survei dapat disimpulkan bahwa masyarakat cenderung belum mengetahui makna dan arti dari label tersebut.

Berdasarkan hasil survei ditemukan bahwa pertimbangan terbesar responden ketika hendak membeli AC tertinggi ada pada pertimbangan besaran daya listrik yang akan digunakan sebanyak 33 orang, kemudian harga yang cenderung lebih murah sebanyak 21 orang dan pertimbangan paling rendah ada pada iklan sebanyak 3 orang. Hal ini karena responden cenderung sudah mencari tahu terlebih dahulu mengenai merk AC apa saja yang akan mereka beli.

Untuk default setting suhu tertinggi ada pada rendan suhu 16-18 °C sebesar 44%, kemudian 19-21°C dan 22-25°C sebesar 18%. Berdasarkan hasil survei juga ditemukan bahwa responden tidak mengetahui pasti berapa default setting AC ketika awal membeli dengan jawaban tidak pasti yang cukup tinggi yaitu sebesar 18%.

Untuk durasi penggunaan AC dalam rumah tangga tertinggi responden menggunakan AC selama 8-12 jam/hari sebesar 40%, kemudian 4-8 jam/hari sebesar 30% dan 12-24 jam/hari cukup tinggi sebesar 22%. Paling rendah ada pada waktu 1-4 jam/hari sebesar 2%. Merespon hal tersebut, Tulus mendorong konsumen agar lebih kritis lagi saat memilih AC yang lebih baik dengan mempertimbangkan pemilihan AC berlabel hemat energi.

Menurutnya, peran konsumen sangat penting dalam hal ini. Konsumen juga perlu memperhatikan suhu awal saat menyalakan AC, jangan terlalu rendah, agar tidak boros energi dan menjaga dampak negatif terhadap lingkungan.”Sedangkan untuk pelaku usaha agar lebih aktif lagi dalam mempromosikan AC hemat energi. Label AC harus lebih jelas agar konsumen lebih mudah memahaminya dan bagi pemerintah sebagai regulator juga harus pro aktif dalam pengawasan di pasaran, agar produk AC yang beredar benar benar mematuhi aturan,”ujarnya.

 

 

BERITA TERKAIT

Ratusan Gerai Tutup - TGUK Telan Pil Pahit Pelemahan Daya Beli

NERACA Jakarta – Menurunnya daya beli masyarakat memberikan dampak berarti terhadap pelaku usaha dan industri ritel, termasuk Food and beverage…

Sesuaikan Dinamika Pasar - Cita Mineral Targetkan Produksi Bauksit 4,7 Juta Ton

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) menargetkan produksi bauksit pada tahun 2025 di kisaran 4,7 juta…

Bidik Pertumbuhan Pendapatan - HELI Tambah Armada Baru Senilai Rp10 Miliar

NERACA Jakarta  -Pacu pertumbuhan bisnisnya, PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) melalui anak perusahaannya, PT Komala Indonesia menambah armada berupa satu…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Peduli Lingkungan dan Berkelanjutan - Midea Indonesia Tanam Coral dan Rumput Laut

Rayakan hari jadinya ke-15, Midea Electronics Indonesia menggelar kegiatan pelestarian lingkungan di Pulau Tidung Kecil, Jakarta. Dalam kegiatan ini, Midea…

Bali Green Island - PLN Icon Plus Komitment Jadi Motor Penggerak Akselerasi

PLN Icon Plus menyatakan komitmennya dalam mendukung upaya Pemerintah Provinsi Bali dalam mewujudkan kemandirian energi berbasis energi terbarukan dan percepatan…

Bidik Pasar Menengah Atas - Lagi, PT Timah Properti Hadirkan Kluster Baru Alexandrite

Mengulang kesuksesan penjualan properti di tahun sebelumnya, PT Timah Karya Persada Properti (Timah Properti) yang merupakan anak usaha dari PT…

Berita Terpopuler