Oleh: Dr.Aswin Rivai, MM., Pengamat Ekonomi Lingkungan UPN Veteran Jakarta
Dalam laporan yang diterbitkan baru-baru ini, “Perubahan perilaku dalam pengelolaan limbah padat: Ringkasan kasus,” penulis menilai 30 studi kasus dari berbagai negara dengan gabungan tingkat pendapatan dan geografi untuk mengeksplorasi bagaimana perubahan perilaku dapat berdampak besar pada kesehatan masyarakat. Proses pengelolaan sampah melibatkan banyak pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha, pemerintah, rumah tangga, organisasi masyarakat, dan pemulung.
Limbah menyumbang 3.3 persen terhadap emisi gas rumah kaca global pada tahun 2022, dengan tempat pembuangan sampah sebagai sumber utamanya. Ketika perubahan iklim terus menimbulkan ancaman nyata terhadap dunia dan penduduknya, pengelolaan sampah secara lebih berkelanjutan dan efisien sangatlah penting. Proses pengelolaan sampah melibatkan banyak pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha, pemerintah, rumah tangga, organisasi masyarakat, dan pemulung.
Para pemangku kepentingan ini mempengaruhi di mana dan bagaimana sampah dihasilkan, dipilah, didaur ulang, dan dibuang, serta bagaimana layanan sampah dibayar. Dalam laporan yang diterbitkan baru-baru ini, “Perubahan perilaku dalam pengelolaan limbah padat: Ringkasan kasus,” penulis menilai 30 studi kasus dari berbagai negara dengan gabungan tingkat pendapatan dan geografi untuk mengeksplorasi bagaimana perubahan perilaku dapat berdampak besar pada kesehatan masyarakat. Proses pengelolaan sampah melibatkan banyak pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha, pemerintah, rumah tangga, organisasi masyarakat, dan pemulung.
Keberhasilan pengelolaan sampah bergantung pada partisipasi pemangku kepentingan, dukungan sosial, dan kontrak sosial yang kuat dengan warga. Banyak hambatan yang menghalangi masyarakat untuk mengadopsi praktik-praktik terkait sampah berkelanjutan, termasuk kebiasaan yang sudah mendarah daging, kurangnya pengetahuan, ketidaknyamanan, beban waktu, dan keterbatasan struktural seperti infrastruktur yang tidak memadai atau biaya yang mahal.
Ilmuwan perilaku telah menyelidiki apa yang memengaruhi pengambilan keputusan masyarakat dan alat yang diperlukan untuk memfasilitasi perubahan yang dapat ditindaklanjuti. Alat-alat ini dapat melengkapi kebijakan tradisional dan memudahkan masyarakat untuk mengadopsi praktik pengelolaan sampah berkelanjutan. Misalnya, Korea memperkenalkan sistem pelabelan ramah lingkungan untuk memudahkan konsumen membeli lebih banyak produk daur ulang atau isi ulang.
Tonga menciptakan mekanisme umpan balik yang memungkinkan warga mengomentari pemberian layanan dan menawarkan saran perbaikan. Mengenakan biaya yang lebih rendah bagi rumah tangga yang berpartisipasi dalam memilah sampah mereka ke dalam kategori yang berbeda, misalnya sampah yang dapat didaur ulang dapat meningkatkan tingkat partisipasi dan hasil yang lebih berkelanjutan. Misalnya, di Rumania, pemerintah memperkecil ukuran wadah sampah sisa untuk mencegah pembuangan sampah yang tidak perlu dan penduduk membayar biaya pengumpulan yang lebih rendah jika mereka memilah sampah. Studi penulis membahas tiga kategori perilaku yang berbeda, dengan melihat cara membuat orang melakukan, pertama, menggunakan layanan limbah, kedua, lebih ramah lingkungan dalam pembuangan limbahnya, dan ketiga, menghasilkan lebih sedikit limbah.
Studi kasus ini melihat apa yang memotivasi pemangku kepentingan dan mekanisme yang dapat membantu mengubah perilaku pengelolaan sampah yaitu berupa pertama, mekanisme keuangan berupa insentif positif, negatif, atau acak mempengaruhi perilaku secara berbeda. Penulis menyertakan alat tradisional dan variasi yang direkomendasikan oleh ilmu perilaku, seperti imbalan materi dan insentif negatif. Mekanisme keuangan yang banyak digunakan untuk memberi insentif pada perilaku adalah lotere untuk mendapatkan imbalan finansial atau materi. Misalnya, di Bangkok, pekerja kantoran diberi insentif untuk memilah dan mendaur ulang sampah dengan mengubah barang daur ulang menjadi tiket undian untuk memenangkan hadiah, seperti emas dan voucher belanja. Namun, insentif harus digunakan dengan hati-hati karena insentif dapat menurunkan motivasi internal masyarakat.
Kedua, mekanisme sosial dan motivasi berupa jaringan sosial, motivasi pribadi, dan harapan teman sebaya dapat mendorong perubahan perilaku. Misalnya, menyoroti bahwa sebagian besar orang dalam komunitas daur ulang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Di Oldham, dekat Manchester di Inggris, mengenali kinerja daur ulang di atas dan di bawah rata-rata dengan emoji wajah tersenyum dan cemberut mendorong daur ulang limbah makanan.
Ketiga, mekanisme desain sistem yaitu mengubah lingkungan fisik dapat memfasilitasi perilaku yang diinginkan atau mencegah perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya, menempatkan tempat sampah daur ulang di lokasi yang mudah dijangkau atau membuatnya lebih terlihat secara visual dapat mendorong orang untuk mendaur ulang. Di Kolombia, pemerintah memperkenalkan Program Wadah Ramah Lingkungan dan mendistribusikan sampah dan Bokashi yaitu bahan pengomposan yang terbuat dari dedak padi atau gandum kepada rumah tangga, sehingga memudahkan rumah tangga untuk membuat kompos. Mekanisme-mekanisme ini tidak eksklusif satu sama lain.
Pilihan mekanisme bergantung pada situasi. Karena seringkali terdapat berbagai hambatan dalam pengambilan keputusan yang ramah lingkungan, mekanisme-mekanisme ini dapat bekerja sama untuk memandu perubahan perilaku. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan menerapkan alat perilaku, menurut hemat penulis pembuat kebijakan dapat mendorong perilaku pengelolaan sampah berkelanjutan.
Oleh: Indriani Nova, Pengamat Perkoperasian Transparansi menjadi salah satu fondasi utama dalam tata kelola kelembagaan yang sehat…
Oleh: Aryo Wijaya, Pemerhati Hukum dan Kemasyarakatan Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat supremasi hukum nasional melalui pembaruan…
Oleh: Sidya Wiratma, Pengamat Ekonomi Internasional Pemerintah Indonesia menunjukkan kesiapan menghadapi kebijakan proteksionis Amerika Serikat melalui pendekatan yang…
Oleh: Indriani Nova, Pengamat Perkoperasian Transparansi menjadi salah satu fondasi utama dalam tata kelola kelembagaan yang sehat…
Oleh: Aryo Wijaya, Pemerhati Hukum dan Kemasyarakatan Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat supremasi hukum nasional melalui pembaruan…
Oleh: Sidya Wiratma, Pengamat Ekonomi Internasional Pemerintah Indonesia menunjukkan kesiapan menghadapi kebijakan proteksionis Amerika Serikat melalui pendekatan yang…