Punya IPK Tertinggi di PTN Meski Aktif Berorganisasi

 

Amadea Azzahra Sonia Pertiwi berhasil menjadi peraih IPK tertinggi, yakni 3,70 saat periode wisuda Profesi Dokter ke-47 Fakultas Kedokteran UIN Jakarta pada Kamis (25/1). Selama kuliah, dia aktif dalam mengikuti organisasi atau event di luar kampus mulai relawan dan menulis jurnal-jurnal isu kesehatan.

dr. Amadea mengaku sangat bersyukur bisa menyandang mahasiswa dengan IPK tertinggi, karena yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh selama ini membuahkan hasil yang indah. "Hal ini dapat menjadi hadiah yang dapat saya berikan kepada orang-orang yang tulus mendoakan dan mendukung selama ini. Bisa menyandang gelar mahasiswa IPK tertinggi tidak menyangka, karena saya tidak menargetkan hal ini sebelumnya," kata dr. Amadea dilansir dari laman UIN Jakarta.

dr. Amadea mengaku tidak membatasi pengetahuan bahan bacanya. Selama dia penasaran, dirinya akan terus mencari jawaban dari rasa penasarannya hingga dapat. Walaupun harus merelakan tidur hanya 3 sampai 4 jam dalam sehari. Sedangkan waktu belajarnya sampai 14 jam dalam sehari. Dirinya juga menunda momen penting keluarga dan teman-teman, agar bisa kuliah dengan cepat.

"Tidur hanya 3-4 jam. Kehilangan waktu untuk bertemu pada momen-momen penting keluarga dan teman-teman. Masuk IGD semalam langsung pulang untuk menjalani koas. Belajar 14 jam dalam sehari dalam mempersiapkan ujian nasional dokter. Banyak sekali yang terlewatkan sebagai manusia dalam menjalani pendidikan dokter. Namun dengan niat untuk selalu memberikan yang terbaik, maka Allah SWT yang akan memberikan balasannya tersendiri," tambah dia.

Semasa kuliah, dr. Amadea aktif dalam mengikuti organisasi ataupun event, mulai dari kerja sama antar universitas, lembaga-lembaga kesehatan maupun menulis jurnal internasional terkait isu kesehatan mental. Hal ini membuktikan bahwa aktif dalam organisasi tidak menghalangi untuk mencapai IPK tinggi.

dr. Amadea mengingatkan, mendapatkan ilmu tidak terbatas pada ruang dan waktu. Dia berharap teman-teman mahasiswa memiliki rasa penasaran, haus ilmu, serta melakukan yang terbaik adalah kunci. Baca juga: Ngainul, Lulus S3 di UGM pada Usia 31 Tahun dengan IPK 4,00 "Ilmu tidak memiliki batas ruang dan waktu. Bagaimana kita haus akan ilmu dan berusaha untuk terus memenuhi kebutuhan akan ilmu kita masing-masing. Dengan melakukan yang terbaik, maka Allah SWT yang akan memberikan," pungkas dia.

BERITA TERKAIT

Lebih dari 100 Mahasiswa Asing Ikuti ISS 2024

  Lebih dari 100 mahasiswa asing dari berbagai negara di dunia mengikuti kegiatan International Student Summit (ISS) 2024 di Solo,…

Dosen UI Raih Hak Paten di Inggris Tentang Sel Punca Xone Free

  Dosen Program Studi Teknik Biomedik Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI), Rizal Azis, berhasil meraih hak paten di Inggris atas penemuan inovatifnya tentang…

Pentingnya Memberi Stimulasi untuk Mencegah Keterlambatan Bicara Anak

  Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menekankan pentingnya stimulasi yang dilakukan oleh orang tua kepada anak untuk mencegah terjadinya speech delay (keterlambatan…

BERITA LAINNYA DI

Lebih dari 100 Mahasiswa Asing Ikuti ISS 2024

  Lebih dari 100 mahasiswa asing dari berbagai negara di dunia mengikuti kegiatan International Student Summit (ISS) 2024 di Solo,…

Dosen UI Raih Hak Paten di Inggris Tentang Sel Punca Xone Free

  Dosen Program Studi Teknik Biomedik Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI), Rizal Azis, berhasil meraih hak paten di Inggris atas penemuan inovatifnya tentang…

Pentingnya Memberi Stimulasi untuk Mencegah Keterlambatan Bicara Anak

  Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menekankan pentingnya stimulasi yang dilakukan oleh orang tua kepada anak untuk mencegah terjadinya speech delay (keterlambatan…