NERACA
Jakarta – Pacu pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi, PT PAM Mineral Tbk (NICL) menandatangani addendum pertama perjanjian pembelian saham baru bersyarat dengan PT Sumber Mineral Abadi (SMA) pada 27 Desember 2023. Perjanjian itu sehubungan dengan rencana PAM Mineral membeli 50% saham SMA, perusahaan nikel di Morowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng). Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Dalam addendum tersebut, terdapat beberapa perubahan. Pertama, periode kondisi prasyarat yang sebelumnya 108 hari kalender setelah tanggal perjanjian menjadi 290 hari kalender. Kedua, perubahan tanggal penyelesaian yang sebelumnya paling lambat pada 29 Desember 2023 menjadi 28 Juni 2024.
Ketiga, perubahan referensi laporan keuangan SMA yang sebelumnya per 30 Juni 2023 menjadi per 31 Desember 2023. “Ini menjadi acuan definisi akun dan salah satu kondisi prasyarat dimana SMA perlu menyerahkan laporan keuangan per 31 Desember 2023 yang diaudit akuntan publik kepada PAM Mineral,”kata Direktur PAM Mineral (NICL), Roni Permadi Kusumah.
Disampaikannya, addendum ini berdampak pada perpanjangan jangka waktu penyelesaian transaksi. Namun, tidak terdapat dampak negatif terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha NICL. Di kuartal tiga 2023, NICL membukukan laba bersih Rp61,64 miliar atau naik 8,43% secara year-on-year (yoy) dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp56,85 miliar. Kenaikan laba bersih NICL terjadi meski penjualan nikel tercatat turun 1,8% yoy menjadi Rp254,88 miliar hingga akhir September 2023 dibanding kuartal III/2022 sebesar Rp738,92 miliar.
Secara rinci, penjualan nikel PAM Mineral ke pihak ketiga yakni ke PT Kyara Sukses Mandiri sebesar Rp283,44 miliar atau berkontribusi 39,05% dari total penjualan. Selanjutnya penjualan ke PT Tsingkun Dua Delapan sebesar Rp218,14 miliar atau 30,05%. Kemudian PT Zhao Hui Nickel sebesar Rp91,01 miliar atau sebesar 12,54%, dan penjualan lain-lain tercatat sebesar Rp133,27 miliar atau 18,36% dari total penjulan.
Seiring turunnya penjualan, beban pokok penjualan NICL juga turun 3,2% menjadi Rp584,93 miliar dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp604,27 miliar. Kontributor terbesar beban pokok perseroan berasal dari jasa kontraktor sebesar Rp207,85 miliar, royalti Rp69,76 miliar, manajemen stockpile Rp125,57 miliar, dan lain-lain. Alhasil, laba bruto NICL terpantau naik 4,46% menjadi Rp140,93 miliar dibanding kuartal III/2022 sebesar Rp134,65 miliar.
Berdasarkan neraca, total aset NICL tumbuh menjadi Rp931,64 miliar hingga 30 September 2023 dibanding posisi akhir Desember 2022 sebesar Rp600,87 miliar. Liabilitas perseroan naik menjadi Rp107,84 miliar dibanding Desember 2022 yang sebesar Rp103,55 miliar. Sedangkan ekuitas juga naik menjadi Rp823,80 miliar dibanding akhir 2022 sebesar Rp497,31 miliar.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…