Era Bisnis Digital

 

Model digitalisasi bisnis kini menjadi salah satu bentuk langkah bisnis pada era ini. Perubahan perilaku pelanggan pasca pandemi Covid-19 dan disrupsi digital yang makin masif mensyaratkan adopsi digital dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses bisnis. Bahkan beberapa waktu terakhir praktik bisnis digital menjadi suatu yang menarik untuk dibahas, sebab adanya pro dan kontra terkait platform bisnis dan prosedural bisnis yang digunakan secara digital.

Dampak tutupnya pasar tradisional terbesar di Asia Tenggara, Pasar Tanah Abang, tampaknya menjadi bukti bahwa digitalisasi bisnis seakan memaksa hal tersebut terjadi. Artinya digitalisasi memungkinkan perubahan permintaan dan perilaku konsumen untuk transaksi jual beli dilaksanakan secara real time online.

Hal tersebut membentuk pasar baru dan pola baru dalam praktik bisnis. Dengan demikian, adopsi digital menjadi sebuah keniscayaan dalam praktik bisnis. Sebab, dalam era disrupsi mengadopsi atau diadopsi menjadi sebuah pilihan yang kian jelas. Mengadopsi dan diadopsi seakan memberi gambaran siapa yang kemudian lebih cepat dan menjadi yang tercepat.

Bagaimanapun, digitalisasi menjadi solusi bisnis era ini. Kewajiban pelaku usaha untuk mengadopsi digital menjadi salah satu langkah untuk mendekat pada konsumen. Sebagaimana konsepsi dasar sebuah bisnis yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen guna meningkatkan kepuasan mereka. Transaksi secara real time online menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen pada era ini, sehingga menjadikan adopsi digital pada setiap transaksi bisnis adalah tuntutan.

Secara teoritis, dapat dijelaskan bahwa sebuah bisnis tentu akan mengacu pada pemenuhan kebutuhan konsumen atau consumer centris. Konsep tersebut mendorong pemahaman yang mendalam terkait kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam menjalankan hal tersebut digitalisasi dengan mudah memberikan saran kepada konsumen melalui kebiasaan pencarian. Artinya, pelaku bisnis tidak perlu bersusah payah untuk melakukan survei pada konsumen terkait kepuasan atas suatu produk.

Kebermanfaatan digitalisasi juga ditawarkan kepada pelaku usaha melalui pengurangan upah tenaga kerja. Asumsi tersebut didasarkan pada kajian McKinsey & Company yang mengungkapkan, dalam beberapa tahun kedepan sejumlah pekerjaan akan digantikan dengan robotisasi. Beban upah tenaga kerja akan direduksi dengan penggunaan robot yang kian tahun mengalami amortisasi, namun menawarkan depresiasi produktivitas.

Artinya kebermanfaatan digital tersebut akan dirasakan oleh penjual dan pembeli. Transaksi antara penjual dan pembeli tampaknya dilaksanakan dengan perantara digital yang mampu melakukan perintah secara real time. Tentunya, perkembangan tersebut akan terus terjadi. Kompleksitas struktur digital akan terus dikemabangkan untuk menjawab setiap kebutuhan umat manusia. Sehingga pertanyaan yang sama adalah mengadopsi digital atau tersingkir secara alamiah?

Adopsi digital yang kian menjadi kewajiban, menjadikan bisnis offline terkikis. Fakta yang terjadi di Tanah Abang pada dasarnya hanya satu dari contoh dampak disrupsi teknologi. Melihat digitalisasi bisnis melalui sudut pandang berbeda tampaknya menjadi suatu hal yang menarik. Melalui kacamata pelaku bisnis offline nampaknya digitalisasi bukan menjadi solusi, melainkan menjadi predator bisnis. Tidak hanya kebermanfaatan real time online melainkan juga penawaran harga yang lebih murah menjadi faktor terkikisnya bisnis offline.

Bagi sejumlah pelaku usaha high tech, adanya digital bukan suatu tantangan. Namun, bagi pelaku usaha high touch, bisnis digital tampak seperti monster. Indikasi tersebut memberi gambaran bahwa peningkatan pemahaman dan keterampilan pada pelaku usaha menjadi sangat diperlukan. Agar supaya, bisnis digital tidak tampak seperti predaktor bagi mereka. Semoga.

BERITA TERKAIT

Mimpi Besar Terancam Macet

  Program 3 (tiga) juta rumah yang digagas pemerintahan Prabowo-Gibran memang memiliki tujuan mulia: menyediakan hunian layak bagi rakyat, mengentaskan…

Dewan Kesejahteraan Buruh

    Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan mengambil langkah strategis dengan melibatkan unsur pengusaha dan serikat pekerja dalam pembentukan Dewan…

Waspadai Narasi Negatif

    Perekonomian Indonesia kembali menunjukkan performa yang solid pada kuartal I-2025, dengan mencatat pertumbuhan sebesar 4,87 persen (yoy). Capaian ini…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Mimpi Besar Terancam Macet

  Program 3 (tiga) juta rumah yang digagas pemerintahan Prabowo-Gibran memang memiliki tujuan mulia: menyediakan hunian layak bagi rakyat, mengentaskan…

Dewan Kesejahteraan Buruh

    Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan mengambil langkah strategis dengan melibatkan unsur pengusaha dan serikat pekerja dalam pembentukan Dewan…

Waspadai Narasi Negatif

    Perekonomian Indonesia kembali menunjukkan performa yang solid pada kuartal I-2025, dengan mencatat pertumbuhan sebesar 4,87 persen (yoy). Capaian ini…

Berita Terpopuler