SEMUA OPERATOR NAIKKAN BBM NON SUBSIDI - Komunitas Otomotif: Produk Pertamina Tetap Jadi Pilihan

NERACA

Jakarta-Kenaikan serentak harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi di semua operator BBM awal Oktober, dinilai tidak berpengaruh terhadap pilihan konsumen. Menurut Humas Club Ayla Indonesia (CAI) Adjie Sambogo, hampir sebagian besar anggota komunitasnya tetap menggunakan Pertamax series, terutama Pertamax RON 92.

“Jadi, sebagian besar anggota memang pakai Pertamax, ada juga yang Pertalite. Saya sendiri akan gunakan Pertamax RON 92. Saya gak akan ganti produk lain, apalagi operator lain. Karena mobil saya sudah hampir 10 tahun pakai Pertamax terus dan terbukti sekarang masih enak,” ujar Adjie kepada media hari ini.

Menurut Adjie, BBM Pertamina memang sangat kompetitif dengan operator lain, termasuk Shell, BP, dan Vivo. Selain kualitas bisa bersaing, harga juga lebih terjangkau.

“Untuk Ayla yang kapasitas mesinnya lebih kecil saja, terasa banget kalau Pertamax lebih ekonomis. Saya kan isi selalu penuh, sektar 35 liter. Apalagi kalau mobil kapasitas besar, pasti lebih terasa,” kata dia

Tidak hanya itu. Keengganan Adjie berpaling dari BBM Pertamina, juga karena SPBU yang mudah didapat dan sangat menyebar di berbagai wilayah, termasuk Pulau Jawa. “Saat mudik atau _touring_ beberapa waktu lalu, misalnya. Yang banyak saya temukan adalah SPBU Pertamina. Jarang sekali SPBU lain, terutama di jalan tol. Daripada saya mencampur dengan produk operator lain, lebih nyaman pakai produk Pertamina,” kata dia.

“Yang jelas, Pertamax memang bikin enak kendaraan saya. Tarikan sangat enteng, bertenaga, manuver juga lincah. Mesin juga awet banget,” imbuhnya.

Terkait kenaikan harga BBM non subsidi, Adjie sebagai konsumen mengaku memahami. Apalagi, memang sesuai regulasi dan sudah berlangsung lama. “BBM non subsidi kan memang fluktuatif. Konsumen sudah terbiasa. Saya juga _ngikut_ saja, apalagi semua operator juga ikut naik,” pungkas Adjie.

Awal Oktober, seluruh operator SPBU memang serentak menyesuaikan harga BBM non subsidi. Kenaikan dilakukan untuk menyesuaikan harga pasar, minyak mentah dunia, dan faktor kurs. Penyesuaian tersebut sesuai regulasi, yakni Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.

Harga setelah kenaikan memang menunjukkan bahwa BBM Pertamina sangat kompetitif. Untuk Pertamax RON 92 misal, di Pulau Jawa Pertamina menjual Rp14.000/liter. Harga tersebut lebih rendah dibandingkan Shell Super (RON 92) Rp15.380/liter, BP92 yakni Rp14.580/liter, dan Revvo-92 (Vivo) yang dijual Rp15.080/liter.

Begitu pula Pertamax Green (RON 95) yang dijual Rp16.000/liter, masih lebih rendah dibandingkan Shell V Power RON 95 yakni Rp16.350/liter, dan BP Ultimate 95 seharga Rp16.350/liter.

Untuk Pertamax Turbo (RON 98), Pertamina menjual Rp16.600/liter. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Shell V Power Nitro+ yakni Rp16.730/liter.

Sementara untuk BBM diesel, Pertamina menjual Dexlite (Cetane 51) Rp17.200/liter. Harga tersebut lebih rendah dibandingkan Shell V Power Diesel (Cetane 51) Rp17.920/liter, dan juga BP Diesel yakni Rp17.240/liter.

Sedangkan untuk Pertalite, sebagai produk subsidi, harga tetap dibanderol Rp10.000/liter. Harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan Revvo90 yang mengalami kenaikan dan dijual Rp12.500/liter. owo

BERITA TERKAIT

Indonesia Pastikan Konferensi Ke-19 PUIC Aman dan Lancar

NERACA Jakarta - Indonesia siap menggelar Sidang ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) yang akan berlangsung pada…

Legislator Banten Minta Pemda Serius Tangani Pengangguran

NERACA Serang - Anggota Komisi V DPRD Banten Yeremia Mendrofa meminta pemerintah daerah (pemda) baik provinsi, kabupaten kota setempat serius…

Persetujuan Raperda DPRD "Antara Sudah dan Masih Diproses" - LKPJ Realisasi Kinerja APBD 2024 Walikota Depok:

NERACA Depok - Meski proses sudah terlambat sesuai ketentuan peraturan perundangan. DPRD Kota Depok terkesan "Ragu-ragu" untuk memberikan informasi secara…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Dorong Kolaborasi Masa Depan Rendah Emisi, GRP Berpartisipasi dalam FIH 2025

NERACA Jakarta  – PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja terintegrasi terbesar di Indonesia, kembali menunjukkan komitmen…

LKPJ Realisasi Kinerja APBD 2024 Walikota Depok: - Persetujuan Raperda DPRD "Antara Sudah dan Masih Diproses"

NERACA Depok - Meski proses sudah terlambat sesuai ketentuan peraturan perundangan. DPRD Kota Depok terkesan "Ragu-ragu" untuk memberikan informasi secara…

Pengangguran di Jabar Naik Penyebabnya Mungkin dari PHK

NERACA Bandung - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat mengungkapkan pengangguran tahunan (year on year/yoy) di Jawa Barat per…

Berita Terpopuler