Realisasi Anggaran Audit Stunting Sangat Rendah

Realisasi Anggaran Audit Stunting Sangat Rendah
NERACA
Jakarta - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Novian Andusti menyatakan realisasi anggaran audit kasus stunting hingga kini masih rendah yaitu hanya 24,98 persen. “Berdasarkan laporan per 17 September 2023 realisasi anggaran audit kasus stunting masih sangat rendah yaitu baru di angka 24,98 persen,” katanya dalam acara Praktik Baik Audit Stunting Indonesia di Jakarta, Senin (2/10).
Novian menuturkan anggaran audit kasus stunting tahun ini sendiri dialokasikan oleh pemerintah melalui dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) sebagaimana tertuang dalam Peraturan BKKBN Nomor 13 Tahun 2022. Ia menjelaskan salah satu faktor anggaran audit kasus stunting masih di angka 24,98 persen karena adanya sekitar 160 kabupaten/kota yang penyerapan anggarannya masih nol persen dari total 508 kabupaten/kota penerima dana BOKB.
Kegiatan audit kasus stunting sendiri, kata dia, memiliki empat kegiatan operasional yaitu pembentukan tim di seluruh kabupaten/kota, manajemen pendampingan keluarga, diseminasi hasil audit, dan tindak lanjut. Berdasarkan laporan monitoring satuan tugas (satgas) percepatan penurunan stunting, lanjutnya, capaian kegiatan audit kasus stunting per Agustus 2023 yaitu untuk tahap pembentukan tim sudah dilakukan oleh 577 kabupaten/kota atau 93 persen.
Selanjutnya untuk pelaksanaan audit dan kajian kasus sudah dilaksanakan oleh 437 kabupaten/kota atau 85 persen, sedangkan untuk diseminasi hasil audit dan rencana tindak lanjut dilakukan oleh 278 kabupaten/kota atau 44 persen “Kemudian tahap tindak lanjut dilakukan oleh 108 kabupaten/kota atau 21 persen,” ujar Novian.
Menurutnya, hasil tersebut menunjukkan bahwa masih perlu upaya percepatan agar penyerapan anggaran dan pelaksanaan audit kasus stunting bisa maksimal sehingga target stunting di level 14 persen bisa terwujud pada 2024. “Salah satu upaya untuk menurunkan stunting adalah dengan memutuskan mata rantai faktor risiko terjadinya stunting,” katanya

 

NERACA

 

Jakarta - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Novian Andusti menyatakan realisasi anggaran audit kasus stunting hingga kini masih rendah yaitu hanya 24,98 persen. “Berdasarkan laporan per 17 September 2023 realisasi anggaran audit kasus stunting masih sangat rendah yaitu baru di angka 24,98 persen,” katanya dalam acara Praktik Baik Audit Stunting Indonesia di Jakarta, Senin (2/10).

Novian menuturkan anggaran audit kasus stunting tahun ini sendiri dialokasikan oleh pemerintah melalui dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) sebagaimana tertuang dalam Peraturan BKKBN Nomor 13 Tahun 2022. Ia menjelaskan salah satu faktor anggaran audit kasus stunting masih di angka 24,98 persen karena adanya sekitar 160 kabupaten/kota yang penyerapan anggarannya masih nol persen dari total 508 kabupaten/kota penerima dana BOKB.

Kegiatan audit kasus stunting sendiri, kata dia, memiliki empat kegiatan operasional yaitu pembentukan tim di seluruh kabupaten/kota, manajemen pendampingan keluarga, diseminasi hasil audit, dan tindak lanjut. Berdasarkan laporan monitoring satuan tugas (satgas) percepatan penurunan stunting, lanjutnya, capaian kegiatan audit kasus stunting per Agustus 2023 yaitu untuk tahap pembentukan tim sudah dilakukan oleh 577 kabupaten/kota atau 93 persen.

Selanjutnya untuk pelaksanaan audit dan kajian kasus sudah dilaksanakan oleh 437 kabupaten/kota atau 85 persen, sedangkan untuk diseminasi hasil audit dan rencana tindak lanjut dilakukan oleh 278 kabupaten/kota atau 44 persen “Kemudian tahap tindak lanjut dilakukan oleh 108 kabupaten/kota atau 21 persen,” ujar Novian.

Menurutnya, hasil tersebut menunjukkan bahwa masih perlu upaya percepatan agar penyerapan anggaran dan pelaksanaan audit kasus stunting bisa maksimal sehingga target stunting di level 14 persen bisa terwujud pada 2024. “Salah satu upaya untuk menurunkan stunting adalah dengan memutuskan mata rantai faktor risiko terjadinya stunting,” katanya

BERITA TERKAIT

Pemerintah Serap PNBP Rp115,9 Triliun

  NERACA Jakarta – Pemerintah menyerap penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp115,9 triliun per 31 Maret 2025, setara 22,6…

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Diprediksi Capai 4,6% di 2025

  NERACA Jakarta - Perekonomian Jakarta diperkirakan tetap tumbuh kuat, sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,6-5,4 persen sepanjang tahun…

Berikan Dana Hibah US$159 Juta, Bill Gates Komitmen Dukung Program MBG

  NERACA Jakarta - Filantropi sekaligus pebisnis asal Amerika Serikat (AS) Bill Gates, menunjukkan komitmennya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan global…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Kantar Worldpanel Indonesia Rilis Laporan Brand Footprint 2025

NERACA Jakarta — Kantar Worldpanel Indonesia merilis laporan tahunan Brand Footprint 2025. Laporan tersebut mengukur brand FMCG yang paling banyak…

Dorong Inovasi Digital, Confluent Gelar Data Streaming World Tour di Indonesia

  NERACA Jakarta – Confluent, Inc., pelopor data streaming, menghadirkan Data Streaming World Tour di Jakarta pada Kamis (8/5). Acara…

Kementerian PU Susun Rencana Aksi Kebijakan ODOL

  NERACA Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sedang menyusun rencana aksi untuk menindaklanjuti kebijakan Zero Over Dimension and Over…

Berita Terpopuler