NERACA
Jakarta - Praktisi Hukum Agus Widjajanto menyatakan perlu membentengi generasi muda Indonesia dengan pancasila, agar terhindar dari pengaruh luar dan perkembangan teknologi informasi.
"Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih, menghantarkan perubahan signifikan pada perilaku manusia, karena itu perlu proteksi dan penguatan untuk membentengi generasi muda bangsa dari pengaruh budaya baru yang datang dari luar," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (26/9).
Dia menekankan pentingnya menghadirkan fungsi dan kedudukan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk seluruh anak bangsa tanpa kecuali. Hal ini penting karena adanya perubahan yang sangat signifikan di tengah masyarakat sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi.
Pengaruh budaya asing, kata dia, dapat menggerus dan menggoyahkan jati diri bangsa. Jika tidak diproteksi melalui penguatan nilai-nilai Pancasila dikhawatirkan banyak anggota masyarakat akan terkontaminasi budaya dan ideologi asing. Dalam skala yang lebih besar akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jebolan magister hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI) itu mengungkapkan sejarah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa menjadi acuan bagi generasi muda bangsa dalam bersikap bertindak dan bertutur kata.
"Utamanya lima sila Pancasila yang isinya saling menjiwai satu sama lain," ujarnya.
Dia menguraikan, para pendiri bangsa menempatkan Sila Pertama dalam Pancasila sebagai Dasar Negara. Suatu pondasi bahwa Indonesia dibentuk sebagai negara yang berketuhanan tapi bukan Negara Agama. Melainkan dari penyatuan berbagai perbedaan, baik suku, ras, agama dan adat istiadat.
Sila Kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab, Bung Karno diilhami oleh ajaran Wulang Reh karya Sri Paduka Pakubuwono IV dari Keraton Surakarta. Raja Kasunanan Surakarta ketiga itu mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa dan dari golongan-golongan yang berbeda. Selain itu kaitannya selaku penguasa atau raja terhadap anggota masyarakat.
Ajaran Wulang Reh mengandung aspek-aspek sosiologi terutama dalam bidang intergroup relation atau hubungan antarkelompok. Seperti aspek moral, aspek sosial, aspek pendidikan, aspek ekonomi dan aspek saling asah asih dan asuh dalam masyarakat. Tentunya dengan mempertimbangkan tata nilai budaya yang hidup dalam masyarakat.
Agus Widjajanto melanjutkan yaitu Sila Ketiga Pancasila Persatuan Indonesia, Bung Karno diilhami dari kitab negara Kertagama dan kitab Sutasoma. Kitab itu mengajarkan tentang tata pemerintahan pada masa kerajaan besar masa lalu. Dimana rakyat harus bersatu padu agar mempunyai rasa nasionalisme dan menjunjung tinggi bangsa dan negaranya.
Kemudian Sila Keempat Pancasila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat, Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, Bung Karno selaku pencetus dan penggali Pancasila diilhami dari tata pemerintahan desa yang sangat harmonis dan sudah mempunyai perangkat pemerintahan sendiri sejak dulu kala pada kerajaan-kerajaan besar.
"Bung Karno menggali tata pemerintahan desa dari Kerajaan Singosari, Kerajaan Majapahit, Demak Bintoro, Kerajaan Mataram (Islam), Ngayogjokarto Hadiningrat sampai Surakarta Hadiningrat," jelasnya.
Terakhir, Sila Kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Bung Karno diilhami dari tata kehidupan dalam tulisan Kitab Negara Kertagama dan Ajaran Wulang Reh dari Sri Paduka Pakubuwono ke IV. Kitab dan ajaran itu berisi nilai-nilai luhur bangsa selaku warisan leluhur yang dijabarkan melalui hidup gotong-royong, guyub dan rukun untuk mencapai kemakmuran bersama. Ant
NERACA Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyebut pendidikan vokasi dapat menumbuhkan perekonomian lokal yang lebih inklusif. “Pendidikan…
NERACA Jakarta - Dirjen Bina Pemerintahan Desa (Pemdes) Kementerian Dalam Negeri La Ode Ahmad P. Bolombo menekankan pentingnya desa sebagai…
NERACA Jakarta - Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menyebut pentingnya pola pikir…
NERACA Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyebut pendidikan vokasi dapat menumbuhkan perekonomian lokal yang lebih inklusif. “Pendidikan…
NERACA Jakarta - Dirjen Bina Pemerintahan Desa (Pemdes) Kementerian Dalam Negeri La Ode Ahmad P. Bolombo menekankan pentingnya desa sebagai…
NERACA Jakarta - Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menyebut pentingnya pola pikir…