Menjadi tuan di rumah sendiri dengan membangun kedaulatan energi tanpa lagi harus bergantung impor negara lain yang justru bahan bakunya dari dalam negeri, menjadi komitmen pemerintah dengan terus membangun hilirisasi di sektor mineral dan batubara (minerba). Apalagi kebijakan ini telah menjadi amanat Undang-Undang (UU) Nomor 3 tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Kewajiban hilirisasi yang melekat pada industri pertambangan tidak lain adalah untuk memberikan nilai tambah bagi hasil tambang.
Oleh karena itu, sejak Januari 2020, kebijakan larangan ekspor nikel mentah telah berhasil dilakukan. Implementasi kebijakan larangan ekspor bahan tambang mentah tersebut bukannya tidak mendapat tentangan dari dalam negeri, tetapi juga di pasar global. Pasalnya, Indonesia menguasai 37% kebutuhan biji nikel dunia. Dengan jumlah produksi nikel mencapai 1 juta metrik ton, Indonesia menjadi negara penghasil nikel terbesar di dunia.
Menurut Riset McKinsey & Company, perusahaan konsultan manajemen bisnis global menyebut Indonesia berada di peringkat 1 sebagai produsen nikel terbesar di dunia, peringkat 2 produsen timah di dunia, peringkat 3 produsen batu bara global, ranking 4 produsen bauxite, peringkat 10 produsen emas dan peringkat 12 konsentrat tembaga. Maka tak ayal, larangan ekspor nikel mentah berpotensi mengganggu pasokan nikel global yang memicu konflik dagang.
Dari dalam negeri, penolakan dating dari Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertambangan Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey menilai percepatan larangan ekspor bijih nikel itu akan menimbulkan kerugian bagi pelaku usaha pertambangan. Menurutnya, ketidakpastian pemerintah dalam menetapkan kebijakan akan mematikan aliran investasi di sektor pertambangan.
Dia mencontohkan, pemerintah mewajibkan pelaku usaha pertambangan membangun smelter sebagai sarana mengolah bahan baku mineral. Dengan rencana perubahan kebijakan, menurut dia, rencana kinerja perusahaan tambang kembali berubah, termasuk soal investasi pembangunan smelter. Pada akhirnya, devisa yang masuk ke Indonesia akan hilang.
Sementara Uni Eropa melalui World Trade Organization (WTO) tengah menggugat Indonesia terkait kebijakan larangan ekspor nikel mentah. Padahal, tujuan utama Pemerintah Indonesia menghentikan ekspor bahan tambang mentah adalah untuk meningkatkan nilai tambah domestik melalui hilirisasi produk pertambangan. Sementara itu, ekspor produk olahan dasar nikel masih sangat minim, di bawah 5%. Bahkan Indonesia tidak termasuk ke dalam lima eksportir terbesar produk olahan dasar nikel.
Di satu sisi, harga jual antara biji nikel mentah dengan komoditas nikel yang telah diolah setengah jadi di pasar internasional teramat jauh bedanya. Harga jual rata-rata biji dan konsentrat nikel di pasar dunia (London Metal Exchange/LME) hanya berkisar US$21—US$ 29 per ton, sedangkan harga produk olahan dasar nikel bisa mencapai US$ 26--27 ribu per ton pada Januari 2023.
Tengok saja, data BPS menunjukkan ekspor bijih nikel pada 2010-2019 atau 10 tahun, rata-rata mencapai US$ 710,095 juta dengan volume menembus 23,28 juta ton. Sementara itu, ekspor ferro nikel mencapai US$ 789,43 juta dengan volume mencapai 485.521 ton. Ekspor nikel dan barang dari padanya mencapai US$ 928,57 juta dengan volume 97 ribu ton.Namun pasca kebijakan hilirisasi, dengan kurun waktu tiga tahun (2020-2022), rata-rata nilai ekspor ferro nikel mampu dilipatgandakan menjadi US$ 8,48 miliar sementara nilai nikel dan barang daripadanya melonjak US$ 2,69 miliar.
Sebaliknya, ekspor bijih mineral hanya US$ 63. Dari sisi berat, rata-rata volume ekspor ferro nikel melonjak menjadi 4,05 juta ton sementara nikel dan barang daripadanya mencapai 346 ribu ton. Volume ekspor bijih nikel rata-rata hanya tersisa 654 kg. Khusus pada 2022, ekspor ferro nikel mencapai US$ 13,621 miliar atau melesat 424,8%% dibandingkan sebelum larangan ekspor pada 2019. Ekspor nikel dan barang daripadanya mencapai US$ 5,98 miliar, terbang 635,2% dibandingkan sebelum larangan ekspor pada 2019. Ferro nikel merupakan bahan utama dalam pembuatan besi baja tahan korosi dan besi baja tahan panas.
Melihat besarnya potensi nilai ekspor hilirisasi sektor minerba, Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menyakini, hilirisasi di sektor pertambangan mineral dan batubara dalam negeri merupakan suatu kebijakan yang sangat tepat. Pasalnya, hal tersebut dapat meningkatkan nilai tambah terhadap negara dan mampu menciptakan multiplier effectterhadap masyarakat.
Selain itu, dia juga menegaskan, sudah sepatutnya Indonesia menyetop ekspor produk bahan mentah (raw material) minerba. Sebab, banyak potensi yang ikut terbawa dalam ekspor bahan mentah tersebut.“Sudah cukup kita menjual isi perut bumi dan tanah air secara mentah-mentah ke luar negeri. Karena jika semuanya di bawa keluar negeri secara mentah, ada potensi mineral lain yang ikut terbawa,” tuturnya.
Dirinya mendukung sekali kebijakan hilirisasi dan tidak perlu takut dengan gugatan negara-negara lain yang selama ini sudah menikmati ekspor hasil bumi Indonesia berupa raw material.“Kini saatnya kita melakukan hilirisasi terhadap industri pertambangan dalam negeri. Sehingga terciptanya added value yang dapat dinikmati oleh masyarakat dan memberikan pendapatan terhadap negara, serta menciptakan multiplayer efek seperti meningkatnya tenaga kerja, peningkatan devisa ekspor, serapan listrik yang cukup besar dengan adanya pembangunan smelter-smelter, peningkatan teknologi yang didapatkan oleh masyarakat Indonesia. Multiplayer effect dari hilirisasi sektor pertambangan merupakan hal yang sangat bagus dan patut kita dukung,” tandasnya.
Berangkat dari upaya memberikan nilai tambah dengan kewajiban dari industri pertambangan membangun proses hilirisasi dan jadi wajib membangun smelter, BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID menjadi garda terdepan dalam memacu pertumbuhan hilirisasi industri di Indonesia. Berisikan anak perusahaan meliputi PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Timah Tbk (TINS) tengah serius menjalankan mandat hilirisasi yang diberikan pemerintah.
Setiap anggota Grup MIND ID kini menjalankan berbagai proyek hilirisasi, salah satunya di sektor pemanfaatan komoditas nikel. Melalui anggota Grup MIND ID PT Antam Tbk, sejumlah proyek hilirisasi sedang dan sebagian sudah beroperasi. Di antaranya, pembangunan pabrik peleburan atau smelter feronikel di Kolaka Sulawesi Tenggara. Antampun membangun smelter feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara. Kapasitas total produksi feronikel kedua pabrik peleburan tersebut mencapai 40.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun."Sebagai Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID terus berkomitmen untuk menggarap proyek hilirisasi. Kami siap mensinergikan dari mulai bisnis hulu melalui beberapa Unit Bisnis Pertambangan (UBP) nikel, hingga hilirisasi industri melalui pengolahannya di pabrik smelter,"kata Sekretaris Perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, Heri Yusuf.
Aktivitas pertambangan nikel anggota Grup MIND ID, PT Antam Tbk dilakukan melalui UBP yang tersebar di beberapa daerah, seperti UBP Nikel Sulawesi Tenggara yang melakukan aktivitas pertambangan nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Ada pula tambang nikel di Pakal, Maluku Utara dikelola UBP Nikel Maluku Utara, serta tambang nikel di Pulau Gag, Papua Barat yang dioperasikan cucu perusahaan MIND ID, PT Gag Nikel.
Dalam aktivitas penambangan nikel, perusahaan melakukan prosedur berkelanjutan seperti melalui selective mining dengan metode penambangan terbuka yang menghasilkan bijih nikel kadar tinggi dan rendah."Disebut berkelanjutan karena aktivitas penambangan nikel benar-benar memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, lingkungan, sosial, serta adanya integrasi aspek konservasi dan keselamatan pertambangan nikel yang dilakukan," ujar Heri Yusuf.
Gerakkan Ekonomi Daerah
Geliat pembangunan smelter yang dibangun Antam di Maluku Utara berhasil membawa dampak pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut double digit. Sepanjang 2022, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mampu melambung 22,94%. Level tersebut adalah yang tertinggi di antara 34 provinsi di Indonesia.
Hilirisasi juga membantu Maluku Utara untuk menjadi satu dari tiga provinsi di Indonesia yang tetap tumbuh pada 2020 selain Sulawesi Tengah dan Papua. Total nilai ekspor Maluku Utara pada 2022 menembus US$ 8,19 miliar atau melesat 99,6%. Besi dan baja serta nikel menyumbang 99,34% dari total ekspor.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan Maluku Utara masuk tiga besar sebagai tujuan investasi penanam modal asing. Maluku Utara mampu menarik investasi asing senilai US$ 4,5 miliar pada 2022. Mereka hanya kalah dari Sulawesi Tengah dan Jawa Barat.
Presiden Joko Widodo mengakui, lonjakan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara merupakan buah manis dari hilirisasi. Pembangunan infrastruktur yang mendukung hilirisasi juga telah membantu perekonomian setempat hingga tumbuh pesat."Maluku Utara tumbuh 27% karena apa lompatan itu karena hilirisasi. Di situ ada industri smelter ini akan tumbuh kalau di sana tambah industri turunan nikel bisa dikerjakan di Maluku Utara," tutur Jokowi, pada Pertemuann Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022, November 2022.
Sejumlah smelter nikel sudah dan akan dibangun di Maluku Utara, terutama di wilayah Halmahera Selatan. Di antaranya adalah Harita Nickel yang mengembangkan smelter nikel di Pulau Obi dengan nilai investasi US$ 1 miliar. Smelter nikel milik PT Aneka Tambang di Halmahera Timur sudah terbangun 97,7% dan kini tinggal menunggu pasokan listrik.
Selain itu, MIND ID melalui Antam melakukan kolaborasi bersama PLN dan Pertamina dalam membentuk PT Industri Baterai Indonesia (IBC). Kemudian IBC bersama Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co., Ltd., (CBL) telah menandatangani framework agreement mencakup kegiatan pertambangan bijih nikel hingga industri daur ulang baterai pada 14 April 2022 silam. Kehadiran IBC tersebut menjadi salah satu upaya MIND ID dalam menyokong perkembangan industri kendaraan listrik baik di tataran lokal maupun global.
Heri mengatakan, percepatan industri kendaraan listrik sejalan dengan The Sustainability Pathway (ESG) yang diusung MIND ID."Hal ini sejalan pula dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) khususnya pada pilar penanganan perubahan iklim melalui dukungan terhadap ekosistem dan kebutuhan EV (kendaraan listrik) di Indonesia bahkan global. MIND ID terus memberikan nilai lebih untuk Indonesia," tuturnya.
Selanjutnya, Mind ID melalui PTBA sedang mengerjakan proyek hilirisasi mulai dari pembangkit listrik hingga proyek proyek energi baru terbarukan (EBT). Untuk pembangkit listrik, PTBA sedang menjalankan pembangunan di kawasan Sumsel 8 berkapasitas 2X660 Megawatt dengan progress konstruksi mencapai 97,2% per akhir Desember 2022. Sementara itu di sektor EBT, PTBA juga menggarap pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Saat ini beberapa panel surya PTBA yang sudah beroperasi antara lain di Bandara Soekarno Hatta International Airport (SHIA) dan di Tol Bali Mandara dengan total mencapai 641 kwp.
Beberapa proyek strategis berupa renewable energy yang tengah digarap oleh PTBA dan masih dalam tahap pengembangan kebanyakan merupakan bentuk sinergi dengan BUMN lain dalam penerapan panel surya. Tidak hanya panel surya, PTBA juga tengah mengembangkan yakni pembangkit listrik tenaga angin dengan kapasitas hingga 2 GW.
Di sektor logam dan mineral timah, PT Timah Tbk (TINS) juga tak ketinggalan melakukan hilirisasi untuk mengembangkan timah nasional. Salah satu proyek strategis TINS adalah Top Submerged Lance (TSL) Ausmelt Furnace dengan biaya investasi mencapai US$ 80 juta yang bertujuan untuk menjawab tantangan yang berkaitan dengan rendahnya recovery dari proses peleburan dan berkurangnya bijih timah kadar tinggi (kadar 70%). Melalui teknologi ini, dipastikan TINS kini bisa memproses Timah dengan kadar rendah yaitu hingga 40%.
Asal tahu saja, proyek TSL Ausmelt garapan TINS yang bulan Oktober 2022 lalu mendapat kunjungan Presiden RI, Joko Widodo itu kini sudah mulai beroperasi dengan optimal. Berikutnya adalah INALUM, anggota MIND ID yang fokus ke produksi aluminium. Upaya hilirisasi dilakukan dengan pembentukan anak usaha Indonesia Aluminium Alloy (IAA) dalam rangka peningkatan kapasitas produksi smelter Kuala Tanjung, IAA akan memproduksi billet aluminium sekunder dengan kapasitas cetak sebesar 50.000 ton per tahun secara bertahap dan kedepannya akan memproduksi berbagai produk aluminium ekstrusi sebagai produk turunannya.
Sementara itu, Freeport Indonesia sedang dalam tahapan membangun mega smelter di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, dengan luas total sekitar 100 hektare. Proyek yang dinamakan Smelter Manyar ini memiliki kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 2 juta ton per tahun dan menjadikan smelter single line itu sebagai tempat pengolahan tembaga terbesar di dunia.
Hasil pengolahan Smelter Manyar akan ditambahkan dengan kapasitas pengolahan smelter yang telah beroperasi, PT Smelting, dengan kapasitas pengolahan 1 juta ton konsentrat tembaga setiap tahun. Dengan demikian, setelah Smelter Manyar beroperasi, Freeport mampu mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Terakhir adalah proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek dari ANTM dan INALUM melalui PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) ini memproses pengolahan bauksit menjadi aluminium dengan kapasitas 1 juta ton.“Wujud nyata komitmen MIND ID dalam menjalankan Program Hilirisasi adalah dengan memperbanyak smelter pengolahan komoditas dari bahan mentah, menjadi bahan setengah jadi maupun produk jadi. Harapannya dengan ini mampu meningkatkan pendapatan negara melalui penambahan nilai dari pengolahan barang tambang,” kata Heri.
Menteris ESDM, Arifin Tasrif menegaskan, hilirisasi industri minerba merupakan kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,”Kalau kita tidak manfaatkan dengan mendorong hilirisasinya, kita akan menjadi importir produk bahan jadi. Kalau kita lihat dari bijih nikel menjadi feronikel saja itu nilai tambahnya 4 kali lipat. Makanya sekarang kita lihat nilai devisa yang kita dapatkan dari ekspor produk jadi yang diproses berlipat demikian banyak dibandingkan sebelumnya,”katanya.
NERACA Jakarta – Perkuat struktur permodalan guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) bakal menambah modal lewat skema…
Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, TelkomGroup kembali menyelenggarakan Digiland 2025, perhelatan tahunan yang menjadi wadah kolaborasi teknologi, olahraga, edukasi, hingga…
NERACA Jakarta – Jaga pertumbuhan harga saham di pasar, PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) menyiapkan dana senilai maksimal Rp200 miliar…
NERACA Jakarta – Perkuat struktur permodalan guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) bakal menambah modal lewat skema…
Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, TelkomGroup kembali menyelenggarakan Digiland 2025, perhelatan tahunan yang menjadi wadah kolaborasi teknologi, olahraga, edukasi, hingga…
NERACA Jakarta – Jaga pertumbuhan harga saham di pasar, PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) menyiapkan dana senilai maksimal Rp200 miliar…