Semua aktivitas di internet akan meninggalkan rekam jejak digital yang bersifat abadi. Jejak digital yang tertinggal saat beraktivitas di internet memiliki bahaya dan risiko (berpotensi) terjadinya serangan siber dan peretasan data.”Selain itu, risiko terkait kerentanan pada sistem dan infrastruktur digital, penjualan data tanpa izin, dan penggunaan data tanpa sepengetahuan pengguna,” kata Sopril Amir, Pengamat media dan komunikasi publik dalam diskusi, Sabtu (26/8).
Dirinya menegaskan, berselancar di internet butuh etika untuk mengamankan rekam jejak digital. Salah satunya, dengan cara memegang prinsip dasar menghormati privasi diri sendiri dan orang lain. Kemudian, menghindari berbagi informasi pribadi yang tidak perlu di platformpublik. Selain itu, lanjutnya, pengamanan jejak digital bisa dilakukan dengan membuat pengaturan privasi. “Pahami dan atur pengaturan privasi di akun media sosial dan platform online Anda. Batasi siapa yang dapat melihat konten Anda,” jelas Sopril Amir.
Etika lain untuk mengamankan rekam jejak digital, menurut Sopril Amir, yakni bijaksana dalam membuka lampiran dan tautan, berkomentar dan berinteraksi, selalu berpikir sebelum membagikan, perhatian dan mau melindungi anak-anak, serta senantiasa mengedukasi diri.”Berhati-hatilah saat berkomentar atau berinteraksi secara online, dan hindari konflik atau konten yang dapat mengancam privasi Anda. Ingat, apa pun aktivitas kita di dunia digital bakal meninggalkan rekam jejak digital abadi dan bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab,” imbuh Sopril Amir.
Musisi Marcharaka Bimo mengatakan, jejak digital adalah semua rekaman aktivitas yang dilakukan di internet. ”Sederhananya, jejak digital adalah jejak informasi yang Anda tinggalkan ke mana pun Anda pergi di internet,” tegas musisi yang juga dikenal dengan nama Raka Maukar itu.
Meski begitu, lanjut Raka Maukar, jejak digital yang tertinggal di cookie sesungguhnya bisa dihapus. Penghapusan di cookie dapat menghentikan situs melakukan pelacakan dan dapat dilakukan pada seluruh browser, termasuk Chrome dan Firefox. ”Menghapus cookie dapat dilakukan satu persatu hingga semuanya sekaligus,” imbuhnya.
Sementara, kepada para pelajar peserta webinar, Kepala Balai Teknologi Informasi dan Data Pendidikan Dikbud NTB Agus Siswoaji Utomo mengingatkan, sebagai digital natives (lahir setelah 1995), jumlah generasi Z kini telah mendominasi pengguna digital di Indonesia.”Tugas Gen Z senior memberikan penjelasan terkait kompetensi kecakapan digital. Sedangkan yuniornya harus mampu menjadi role model. Saatnya Gen Z paham perangkat dan sistem operasi digital, transaksi digital, dan media sosial beserta fiturnya,” jelas Agus Siswoaji Utomo.
NERACA Jakarta - Sebagai bagian dari upaya internasionalisasi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (FF UP) secara resmi mengimplementasikan program Collaborative…
NERACA Jakarta - Menerima kunjungan PT Daikin Airconditioning Indonesia (DAIKIN), Mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Politeknik Negeri Pontianak mendapat…
Ahli Gizi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Fitri Hudayani menyarankan orang tua bisa menerapkan pola makan yang…
NERACA Jakarta - Sebagai bagian dari upaya internasionalisasi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (FF UP) secara resmi mengimplementasikan program Collaborative…
NERACA Jakarta - Menerima kunjungan PT Daikin Airconditioning Indonesia (DAIKIN), Mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Politeknik Negeri Pontianak mendapat…
Ahli Gizi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Fitri Hudayani menyarankan orang tua bisa menerapkan pola makan yang…