NERACA
Jakarta – Melalui pengkajian yang komprehensif, Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" Ditjen Migas Kementerian ESDM memastikan Bahan Bakar Nabati pada B35 memiliki keunggulan disbanding pendahulunya yaitu B35. Sejak diterapkan pada 1 Februari 2023 lalu, Lemigas terus mengkaji secara komprehensif beberapa aspek seperti higroskopis, efek pelarutan, stabilititas oksidasi dan potensi prespitasi dan menunjukkan B35 telah lolos uji kualitas mutu.
Penggunaan aditif untuk bahan bakar campuran B35 dapat dilakukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bahan bakar tersebut, seperti aditif jenis cold-flow improver atau CFI yang digunakan untuk memperbaiki karakteristik bahan bakar B35", ungkap Kepala LEMIGAS, Ariana Soemanto di Jakarta.
Disamping itu, untuk melihat kemungkinan penyumbatan filter telah dilakukan uji dan analisis menggunakan sistem filtrasi diantaranya Filter Blocking Tendency (FBT) dan Particle Sizing and Counting (Cleanliness) yang dilakukan di Laboratorium Bahan Bakar dan Aviasi Aplikasi Produk LEMIGAS.
Hasil pengujian yang dicatat berupa jumlah partikel pada setiap ukuran (<4 um, <6 um dan <14 um) serta kode cleanliness yang mengacu pada ISO 4406. Kedua parameter uji digunakan sebagai evaluasi kualitas mutu bahan bakar pada kinerja sistem filtrasi dan potensi pemblokiran filter.
Pengujian Filter Blocking Tendency mengacu metode standar ASTM D2068 dengan menghitung tekanan dan laju alir bahan bakar yang menunjukkan nilai potensi pemblokiran filter.
Sementara itu pengujian cleanliness mengacu metode standar ASTM D7619 dengan menghitung jumlah dan ukuran partikel terdispersi, tetesan air dan partikel lainnya pada bahan bakar ringan dan menengah serta biodiesel dan campuran biodiesel menggunakan automatic particle counter.
Guna menjaga stabilitas dan peningkatan kualitas mutu bahan bakar, pengujian biodiesel harus terus diterapkan menuju perbaikan mutu kualitas bahan bakar, serta sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar. "Laboratorium uji LEMIGAS siap terus mendukung melalui layanan pengujian kualitas mutu bahan bakar dalam program pemanfaatan biodiesel," jelas Ariana.
Seperti diketahi, pemerintah telah resmi memulai program B35 yang mulai efektif pada 1 Februari 2023. Melalui B35 ini diharapkan bisa meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi.
Penerapan B35 merupakan campuran 35 persen bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit ke dalam bahan bakar minyak (BBM) solar. "Kalau untuk sisi produksi biodiesel secara kapasitas kami sudah cukup. Memang kemarin waktu awal-awal kami rencanakan B40 itu tidak cukup. Jadi, kebijakan menjadikan B35 ini memang kebijakan yang paling pas dari sisi suplai biodiesel," kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana.
Lebih lanjut, menurut Dadan, pemberlakuan program B35 diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor BBM "Penglihatan kami dari sisi data ini memastikan bahwa tidak ada impor nanti untuk solar atau hampir tidak ada impor nanti dan juga tidak ada surplus dari sisi solar dari produksi di dalam negeri. Jadi, ini udah impas dari sisi itu," kata Dadan.
Selanjutnya dari sisi distribusi, Dadan mengharapkan nantinya tidak terjadi B0 di lapangan. "Karena ini sudah berjalan agak panjang dari sisi implementasi, jadi kami punya pengalaman untuk hal tersebut tetapi target kami adalah memastikan bahwa tidak terjadi B0. B0 itu artinya bahwa di lapangan itu tidak dicampur biodieselnya karena misalnya biodieselnya telat datang, ini kami hindari untuk hal tersebut," tutur Dadan.
Dadan juga mengungkapkan sejumlah tantangan dalam pemberlakuan B35 tersebut, salah satunya belum diselesaikannya proses pencampuran di wilayah Balikpapan, Kalimantan Timur. "Masih ada tantangannya, misalnya sampai sekarang kami belum selesai menyelesaikan untuk pencampuran di wilayah Balikpapan. Sekarang kami masih mencampurnya itu dari kapal ke kapal yang barangkali secara 'safety' secara lingkungan, ini bisa lebih bagus kalau ini dilakukan di darat tetapi ini belum siap, kami belum siap untuk hal tersebut," ujar Dadan.
Tantangan selanjutnya ialah mendorong ada produsen biodiesel di Papua. "Kami terus ingin mendorong ada produsen biodiesel di wilayah Papua, kan di sana juga ada kebun (kelapa) sawit. Jadi, nanti kalau ada pabrik biodiesel di sana dari sisi logistik ini juga akan lebih banyak membantu untuk pengiriman ke wilayah timur," ungkap Dadan.
Sekedar catatan, Kementerian ESDM menetapkan alokasi Biodiesel tahun 2023 melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 205.K/EK.05/DJE/2022 tanggal 15 Desember 2022 tentang Penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Minyak dan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel serta Alokasi Besaran Volume untuk Pencampuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Periode Januari - Desember 2023.
NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengajak seluruh Pemerintah Daerah (Pemda) tingkat provinsi maupun…
NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) resmi meluncurkan Green Movement sebagai wujud nyata komitmen perusahaan dalam…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan jasa bagi para pelaku industri dan pemangku kepentingan…
NERACA Subang - Suara riuh anak-anak menyambut pagi, berpadu dengan dentingan botol plastik dan gemerisik kardus bekas. Dari lapangan sekolah,…
NERACA Jakarta – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita kembali menegaskan bahwa Indonesia tidak sedang dalam fase deindustrialisasi. Sebab, beberapa indikator…
NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia menanggapi dengan tegas kebijakan Amerika Serikat (AS) yang memberlakukan tarif impor sebesar 32 persen terhadap…