NERACA
Jakarta – Rencana pemerintah menghapus kebijakan Pemberkaluan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) direspon positif pelaku usaha, termasuk PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang akan memanfaatkan sinyal pencabutan kebijakan PPKM tahun depan untuk memperluas ekspansi dalam jangka pendek dan panjang.
Presiden Direktur Kalbe Farma, Vidjongtius seperti dikutip bisnis di Jakarta, kemarin mengatakan, jika sinyal pemberhentian kebijakan PPKM tetap membuat KLBF memperkirakan pertumbuhan pendapatan tahun mendatang akan lebih besar. Meski tidak menyebutkan angka pasti, namun secara persentase akan lebih baik dibandingkan 2022.
Dirinya juga membenarkan jika belakangan ini mobilitas masyarakat sudah mulai meningkat dengan dilonggarkan PPKM, hal ini berdampak positif pada mulai bergeraknya roda ekonomi berbagai tingkatan. "Pemulihan ekonomi diharapkan lanjut ke 2023 sehingga bisa mengurangi tekanan negatif dari ekonomi global," katanya.
Lebih lanjut, pihaknya mengklaim akan terus melakukan ekspansi bidang kesehatan jangka pendek dan panjang dengan memberikan akses kesehatan seluas-luasnya ke berbagai daerah menuju kemandirian obat dan alat kesehatan Indonesia. "Prioritaskan investasi di area alat kesehatan, bahan baku obat, diagnostika, digital kesehatan dan produk nutrisi serta herbal Indonesia," lanjutnya.
Kalbe terus membangun ekosistem kesehatan, kata Vidjongtius, mulai dari aksi preventif sampai ke kuratif. Sebagai informasi, KLBF beberapa waktu lalu telah mendirikan perusahaan patungan bernama Global Starway Synergy Co., Ltd beberapa waktu lalu guna memperkuat rantai pasok bahan baku untuk produk-produk farmasinya. Pendirian perusahaan patungan tersebut melalui entitas anak usaha KLBF yaitu PT Global Chemindo Megatrading (GCM) dan Synergy Investment (SI), dimana perusahaan itu berkedudukan di Shenzen, China.
Diketahui perusahaan tersebut bergerak di bidang eksportasi dan penjualan bahan baku obat-obatan untuk manusia maupun obat-obatan untuk hewan. Kuartal tiga 2022, emiten farmasi, PT Kalbe Farma Tbk membukukan laba bersih Rp 2,48 triliun. Angka ini naik 8,6% dibandingkan periode sama 2021 yang sebesar Rp 2,28 triliun. Selain itu, perseroan juga membukukan penjualan bersih mencapai Rp 21,18 triliun di sembilan bulan tahun ini atau naik 10,9% dibandingkan sembilan bulan pertama tahun 2021.
Perseroan menjelaskan, ketidakpastian kondisi makro ekonomi global telah menciptakan tekanan inflasi yang luas dan masalah rantai pasokan berkepanjangan yang semakin diperburuk oleh krisis Rusia–Ukraina. Untuk itu, perseroan terus memperhatikan pentingnya pengelolaan atas peningkatan biaya bahan baku melalui kebijakan kenaikan harga, pengelolaan portofolio dan pengelolaan efisiensi biaya operasional. Perseroan juga menjaga posisi likuiditas yang kuat untuk mengelola kebutuhan modal kerja ke depan. Inovasi terus dilakukan dalam rangka menyediakan produk dan layanan yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
NERACA Jakarta – Menurunnya daya beli masyarakat memberikan dampak berarti terhadap pelaku usaha dan industri ritel, termasuk Food and beverage…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) menargetkan produksi bauksit pada tahun 2025 di kisaran 4,7 juta…
NERACA Jakarta -Pacu pertumbuhan bisnisnya, PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) melalui anak perusahaannya, PT Komala Indonesia menambah armada berupa satu…
Rayakan hari jadinya ke-15, Midea Electronics Indonesia menggelar kegiatan pelestarian lingkungan di Pulau Tidung Kecil, Jakarta. Dalam kegiatan ini, Midea…
PLN Icon Plus menyatakan komitmennya dalam mendukung upaya Pemerintah Provinsi Bali dalam mewujudkan kemandirian energi berbasis energi terbarukan dan percepatan…
Mengulang kesuksesan penjualan properti di tahun sebelumnya, PT Timah Karya Persada Properti (Timah Properti) yang merupakan anak usaha dari PT…