Tingginya biaya logistik di Indonesia yang berimbas beban yang ditanggung pelaku usaha menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya, dampak biaya tinggi logistik ini mempengaruhi daya saing di Indonesia. Hal inipun diakui Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa biaya logistik Indonesia masih terlampau tinggi dibanding dengan negara lain,”Biaya logistik kita dibanding negara tetangga masih jauh tertinggal. Biaya logsitik mereka hanya 12%, tetapi kita masih 23% lebih. Artinya ada yang tidak efisien. Maka itu dibangunlah infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, bandara dan lain-lain, karena kita ingin barang-barang kita bisa bersaing dengan negara lain,"ujar Presiden.
Ya, pemerataan pembangunan infrastruktur menjadi kunci dalam menekan biaya logistik. Hal ini sangat beralasan karena secara umum saja, infrastruktur Indonesia masih kalah dan tertinggal jauh dari negara tetangga. Terhadap daya saing, logistik Indonesia pun jadi tertinggal di wilayah Asia Tenggara. Berdasarkan data Bank Dunia, indeks performa logisitik 2018, Indonesia berada di level 3,15 dari skala terbesarnya adalah 5.
Oleh karena itu, pemerintah terus mengejar proyek infrastruktur jalan tol baik ke bandara ataupun kelabuhan dalam menekan biaya logistik, membangun konektivitas hingga mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, khususnya di kawasan Timur Indonesia agar tidak terisolir. Hanya saja, besanya kebutuhan biaya infrastruktur tidak bisa mengandalkan pemerintah tetapi juga peran swasta. Disebutkan, APBN hanya dapat menyediakan 37% dari kebutuhan pendanaan infrastruktur yang mencapai Rp6.445 triliun. Kondisi ini belum mempertihungkan pada saat negara menghadapi shock seperti pandemi, di mana dana APBN terpaksa dan dipaksa pindah prioritas ke masalah kesehatan dan bantuan sosial, serta pemulihan ekonomi.
Maka keterlibatan swasta dalam pembangunan infrastruktur strategis menjadi keniscayaan. Hal inipula yang dilakukan PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) dalam pembangunan jalan akses tol Makassar New Port (MNP),”Pembangunan jalan akses tol Makassar New Port (MNP) ini merupakan lanjutan dari komitmen Nusantara Infrastucture untuk berkontribusi mendorong pembangunan infrastruktur berkelanjutan dengan menciptakan konektivitas daerah, khususnya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan,”kata Direktur Utama META, Ramdani Basri.
Kehadiran tol MNP ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, distribusi logistik dan memperlancar jalur ekspor dan impor serta menjadi salah satu solusi dalam mengurai kemacetan bagi angkutan barang atau logistik dengan akses langsung dari dan menuju ke MNP. Hal senada juga disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Mohammad Zainal Fatah, jalan akses tol Makassar New Port diharapkan dapat meningkatkan daya saing kawasan industri di Indonesia dalam konteks regional dan internasional. "Saya berpesan agar setelah groundbreaking ini, konstruksi segera dimulai sehingga dapat selesai sesuai target Juni 2023 atau bahkan bisa lebih cepat," katanya.
Fatah menunjukkan jalan akses tol Makassar New Port ini akan mendukung operasional Pelabuhan Makassar New Port yang memiliki proyeksi kapasitas sebanyak 900.000 Teus pada 2023. Disamping itu, kehadiran jalan tol ini juga dapat memicu pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitar. Adapun, jalan tol menuju Makassar New Port ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Pembebasan lahan untuk proyek ini dilaksanakan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang sejauh ini telah melakukan 70% dari kebutuhan lahan.
Tingkatkan Konektivitas
Sementara Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono menyambut baik pembangunan akses jalan tol yang terkoneksi dengan MNP. Hal ini akan meningkatkan konektivitas akses menuju MNP dengan jalan tol eksisting, sehingga waktu tempuh transportasi peti kemas akan empat kali lebih cepat dari kondisi sebelum ada jalan akses tol,”Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran akses MNP, hadirnya akses ini tentu akan meningkatkan kelancaran arus logistik pelabuhan. Saya berharap akses jalan tol ini, tak hanya memangkas waktu tempuh tetapi juga semakin memperlancar pertumbuhan ekonomi, tak hanya di Makassar dan Sulsel, tetapi juga di Indonesia Timur,” kata Arif.
Asal tahu saja, proyek pembangunan jalan akses tol MPN adalah salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Proyek ini akan menjadi pendukung kegiatan operasional MNP, termasuk kebutuhan bongkar muat peti kemas untuk aktivitas impor dan ekspor di wilayah Indonesia Timur. Jalan bebas hambatan dengan nama jalan akses tol Makassar New Port ini akan dibangun sepanjang sekitar 3,2 kilometer dengan kebutuhan lahan seluas 2,74 hektare.
Proyek yang akan dikerjakan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk ini akan dikerjakan dalam 3 tahap. Pertama, mulai dari arah pelabuhan lama (Jalan Tol Seksi 1) menuju MNP. Kedua, akan dibangun dari arah Bandara (Jalan Tol Makassar Seksi IV) menuju ke MNP. Ketiga, dari MNP menuju ke Bandara akan dikerjakan pada tahap berikutnya.
Esksistensi PT Nusantara Infrastructure Tbk di usianya ke-16 cukup mewarnai pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melalui unit bisnis anak usahanya, perseroan agresif dalam pembangunan mulai dari jalan tol, pembangunan pembangkit tenaga listrik hingga perusahaan air minum. Teranyar, perseroan resmi mengakuisi 40% saham PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek, dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) senilai Rp4,38 triliun.
Tahun ini, PT Nusantara Infrastucture Tbk mengganggarkan capital expenditure (capex) sekitar Rp 1,5 triliun. Disampaikan Direktur META, Danni Hasan, capex ini ada dua, ada capex yang sudah disetujui dan capex yang insidentil pada waktunya nanti akan terjadi. “Kalau capex yang sudah disetujui tahun ini Rp 1,5 triliun dan sebagian besar masuk ke jalan tol. Bukan berarti kita gak mengembangkan air dan energi tapi memang air dan energi prosesnya lebih panjang studinya,”jelasnya.
Saat ini, perseroan tengah fokus pada tiga proyek pembangunan jalan tol, yakni Tol Akses Makassar New Port (MNP), mitigasi banjir Tol BSD, dan pembangunan Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Elevated. Dari seluruh proyek total yang sedang digarap perseroan, membutuhkan dana sekitar Rp 1,1 triliun dan dibiayai 70% melalui perbankan serta 30% dari ekuitas dan instrumen lainnya. META saat ini juga tengah fokus dalam mendukung penyediaan air bersih ramah lingkungan di Kota Bitung untuk meningkatkan pendistribusian air bersih yang ramah lingkungan dengan memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 400 liter/detik.
Danni bilang, perseroan juga telah melakukan roadshow di beberapa daerah terutama di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara dan terutama daerah-daerah yang memerlukan air bersih. Di samping itu, kinerja dari sektor energi pun terlihat cukup memuaskan, sebab di tengah Pandemi Covid-19, META melalui unit bisnisnya, PT Inpola Meka Energi (IME) telah resmi mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lau Gunung secara komersial sejak 16 Desember 2020. PLTA itu memiliki kapasitas 15 MW yang berlokasi di Desa Lau Gunung, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Di mana layanan ini siap melayani sekitar 10.000 Masyarakat di Kabupaten Dairi dan Karo melalui jaringan listrik PLN.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…