NERACA
Jakarta – Sepanjang tahun 2021, emiten tambang batu bara PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk. (BOSS) membukukan rugi bersih Rp165 miliar, lebih besar dari pada rugi 2020 sebesar Rp106 miliar. Sementara itu, penjualan turun 74% menjadi Rp44 miliar dari Rp170 miliar pada 2021. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Selain itu, pos ekuitas minus Rp78,01 miliar atau turun 189% dari posisi akhir 2020 Rp87,37 miliar. Adapun sampai akhir Desember 2021, BOSS mencatatkan penurunan aset sekitar 25% YoY dari Rp699,27 miliar menjadi Rp524,52 miliar. Adapun liabilitas turun 1,69% YoY menjadi Rp601,54 miliar dari Rp611,89 miliar pada 2021. Penurunan aset yang lebih dalam daripada turunnya liabilitas menempatkan ekuitas BOSS turun drastis.
Sampai akhir 2021, ekuitas BOSS berada di posisi negatif Rp78,01 miliar atau turun 189% dari posisi akhir 2020 Rp87,37 miliar. Auditor laporan keuangan BOSS, Jamaludin, Ardi, Sukimto & Rekan dalam opini mereka menyebutkan laporan keuangan BOSS disajikan secara wajar. Laporan keuangan juga disusun dengan anggapan bahwa BOSS akan melanjutkan usahanya secara berkesinambungan. “Sebagaimana diungkapkan, ekuitas grup mengalami penurunan signifikan. Rencana manajemen untuk mengatasi hal ini juga telah diungkapkan dalam catatan 38,” tulis auditor BOSS dalam laporannya.
Manajemen BOSS telah menyiapkan sejumlah rencana strategis untuk mengatasi ketidakpastian yang muncul akibat turunnya aset dan rugi yang berlanjut. Bersama dengan entitas anak PT Pratama Natural Resources (PNR) dan PT Borneo Palma Lestari (BPL), perseroan telah telah menandatangani perjanjian awal dengan PT Anggun Miling Esajaya (AME) pada 1 Juli 2021 yang berisi kesepakatan pembuatan perjanjian yang mengatur pinjaman dana yang diterima oleh PT Pratama Bersama (PB) dari AME.
Oleh karena itu, AME akan memberi pinjaman sebesar US$4 juta yang akan dipakai. Untuk modal kerja, belanja modal, dan jaminan reklamasi PB. “Pinjaman ini merupakan salah satu upaya dari Group BOSS untuk menjalankan kegiatan usaha agar dapat berjalan dengan berkesinambungan di masa mendatang” tulis manajemen BOSS.
Dengan pinjakan ini, perseroan akan meningkatkan usaha tambang batu baranya di entitas anak Pratama Bersama dengan target penjualan batu bara 15.000 ton pada Desember 2021, 20.000 ton pada Januari 2022, 25.000 ton pada Februari 2022, dan 30.000 ton per bulannya sejak Maret 2022. Rencana strategis lain yang disiapkan BOSS adalah mempercepat pengembangan dan produksi Pratama Bersama mengingat harga komoditas batu bara yang cukup tinggi.
Hal ini diharapkan dapat menutup defisit modal untuk mempertahankan keberlanjutan usaha pada masa mendatang. Melalui ikhtisar proyeksi, manajemen BOSS memperkirakan defisit atas ekuitas sudah dapat ditutup pada 2025 oleh akumulasi keuntungan.
NERACA Jakarta -Kuartal pertama 2025, PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,31 triliun atau meningkat 1,26%…
NERACA Jakarta – Dalam rangka menjaga kesehatan keuangan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah fokus pada bisnis inti dan akan…
NERACA Jakarta -Di kuartal pertama 2025, PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) membukukan kenaikan pendapatan dan memperkecil rugi di sepanjang kuartal I/2025.…
NERACA Jakarta -Kuartal pertama 2025, PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,31 triliun atau meningkat 1,26%…
NERACA Jakarta – Dalam rangka menjaga kesehatan keuangan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah fokus pada bisnis inti dan akan…
NERACA Jakarta -Di kuartal pertama 2025, PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) membukukan kenaikan pendapatan dan memperkecil rugi di sepanjang kuartal I/2025.…